Mobil yang mereka tumpangi berjalan dengan lambat. Mereka tidak bisa bergerak dengan kecepatan tinggi jika tidak ingin menganggu monster-monster itu. Kondisi di daerah ini sangat bersepah. Kanan dan kiri jalan terdapat banyak rumah yang senyap dan bahkan sebagian ada yang hancur karena terkena tiang listrik dan pohon yang roboh. Beberapa rumah terdapat monster di dalamnya. Monster itu mendobrak jendela agar dapat keluar rumah dan mencari mangsa. Tanaman yang berada di pinggir jalan sangat tidak terawat bahkan ada yang mati terinjak-injak. Hewan liar seperti kucing banyak yang mati secara mengenaskan. Bulu mereka hampir rontok semua, banyak darah yang mengelilingi tubuh mereka, dan sekarang macam-macam serangga mengerubunginya. Jalanan di sini banyak yang rusak dan berlubang. Padahal sebelum para mosnter itu datang, jalanan ini masih mulus dan rapi. Semuanya kacau dalam waktu sehari semalam.
Frei menyetir dengan tangan dan kaki gemetar. Sementara itu Paman Leo dan David memperhatikan sekitarnya dengan waspada. Paman Leo terus memperhatikan depan dan David memperhatikan belakang. Mereka berjaga-jaga jika sesuatu yang tidak diinginkan tiba-tiba terjadi. Jika lengah sedikit pun, maka nyawa mereka akan terancam. Berbeda halnya dengan Davka. Anak laki-laki itu sama dengan Kakaknya. Dia terus menunduk dan takut menatap ke jendela. Dia trauma dengan kejadian tadi. Kejadian dimana wajah monster menempel pada jendela mobil yang ada di sampingnya.
Beberapa kali Davka mencoba untuk menatap jendela. Namun dia tidak berani dan mengembalikan pandangannya ke bawah lagi. Dia terus mencoba untuk memberanikan diri dan meyakinkan dirinya bahwa tidak ada apa-apa di luar sana. Hingga akhirnya dia dapat mengalahkan ketakutannya dan bisa menatap jendela.
Beberapa saat kemudian mobil yang mereka tumpangi melewati jalan raya--tetapi bukan jalan utama. Kondisi di sini lebih parah dari jalan yang sebelumnya. Semua mobil saling bertabrakan dan mengeluarkan asap serta api. Sepeda motor berjatuhan dan berserakan dimana-mana. Pohon-pohon banyak yang berjatuhan. Bangunan yang berada di kanan dan kiri jalan hampir semuanya rubuh. Hanya meninggalkan segelintir gedung. Itu pun kondisinya sudah hancur dan menyisakan sedikit tembok. Tanaman-tanaman yang ditanam di pot pinggir jalan berjatuhan dimana-mana. Trotoar dan aspal dipenuhi dengan noda merah.
Davka sangat prihatin dengan kondisi yang ada di depannya. Saat terakhir kali melihat jalan ini kondisinya jauh berbeda dengan yang sekarang. Malam itu dia pergi ke pusat perbelanjaan bersama Kakaknya. Suasana jalanan sangat ramai. Banyak kendaraan bermotor yang berlalu lalang. Bus kota sibuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Restoran dan toko sangat ramai, bahkan ada yang antriannya panjang sekali. Orang-orang berjalan di trotoar dengan santai dan menikmati suasana malam. Lampu jalan menyala dengan kelap-kelip, membuat suasana menjadi lebih hidup. Saat itu Davka terpukau dengan jalanan ini dan berharap bisa melewati jalan ini lagi suatu saat. Tetapi harapannya musnah ketika melihat keadaan di depannya.
Dari kejauhan, dia melihat seorang anak yang sedang duduk dengan memeluk lutut di atas trotoar. Sekilas anak itu terlihat seumuran dengan Davka. Anak itu menundukkan kepalanya seperti sedang bersedih dan merasa putus asa. Davka bertanya-tanya apa yang dilakukan oleh anak itu di tengah kota yang porak-poranda ini. Apa dia tidak takut jika tiba-tiba monster menyerangnya? Davka hanya menatap anak itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Tidak ada pikiran untuk membantunya di dalam akalnya. Pikirannya masih dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang apa dan bagaimana anak itu bertahan di kota mati ini. Mobil terus berjalan meninggalkan anak itu. Semakin lama, anak itu semakin terlihat kecil. Tidak ada orang yang tahu ada anak seusianya duduk termenung di situ kecuali Davka. Saat anak itu mengangkat kepalanya, Davka amat terkejut. Dia mengenal anak itu. Ma...Made. Davka menggosok matanya untuk memastikan apakah dia tidak salah lihat. Benar saja anak itu adalah Made. Ma...de, apa yang dia lakukan di sana?
"Kak, tolong hentikan mobilnya!" Davka menepuk kursi yang diduduki Frei.
"Eh, ada apa Davka?" kata Frei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone in This Country
TerrorFreisy dan Davka yang memiliki hubungan kakak dan adik hidup ketika dunia sedang kacau. Saat itu krisis moneter berkepanjangan terjadi dan banyak pemimpin dunia yang gugur, sehingga menyebabkan politik tidak stabil. Tidak hanya itu, kini sosial buda...