18. Aku Pulang Areta

4.7K 629 395
                                    

Setiap hal yang telah terjadi dalam hidupmu, adalah pijakan untuk belajar bersyukur atas nikmat pemberian-Nya.

• You Are The One •  

• You Are The One •  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Areta menutup telepon dari Danish, senyumnya belum juga hilang. Dia mengusap perut yang masih datar, hatinya kembali berbunga saat mengingat tentang keadaanya saat ini.

Sore tadi dia memang datang memeriksakan kesehatannya, Areta di paksa Alisha agar periksa ke dokter kandungan, karena menurut Bundanya itu dia sedang hamil. Dan ya itu benar.

Areta tengah mengandung, usia kandungannya baru memasuki empat belas hari, beribu syukur dia ucapkan pada sang Mahakuasa atas rezeki yang telah dititipkan lewat bayi kecil yang ada dikandungannya.

Areta meminta orang tuanya untuk tidak membocorkan hal ini pada Danish, karena dia ingin memberi kejutan pada sang suami saat pulang nanti.

Areta merunduk menatap perutnya. “Ada Kak Danish kecil di sini,” ucapnya dengan diakhiri senyum.

“Besol malam Ayah kamu pulang, kita kasih kejutan untuknya. Kau tahu? Bunda sudah tidak sabar melihat raut bahagia dari Ayahmu.” Areta sangat bahagia. Dia tidak menyangka akan menjadi seorang ibu dalam waktu dekat.

Namun di sisi lain, dia tidak tahu bahwa sang suami tengah berjuang untuk hidup.

Danish mengerjap dan berasakan sakit luar biasa di bagian kepalanya, samar-samar dia mendengar suara tangis.

Seingatnya, tadi dia menolong gadis yang ditabrak olehnya. Tapi kenapa dia bisa sampai di sini?

Mata bulat Danish terbuka, betapa terkejutnya dia saat menyaksikan sosok gadis yang tengah di siksa persih di hadapannya.

Ada tiga laki-laki di sana. Dua berbadan kekar dan raut wajah yang menyeramkan, sedangkan satunya memiliki perawakan seperti dirinya.

Laki-laki yang memiliki perawakan seperti Danish, berjalan lalu berjongkok di depan Danish. Danish baru sadar jika kedua tangan dan kakinya diikat.

Laki-laki yang ada di hadapannya itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Dompet Danish, ya! Itu dompet Danish. Dia membukanya dan mengambil kartu nama yang ada di sana.

“Danish Hamizan Rabbani. Wow! Orang kaya rupanya,” ucapnya diakhiri senyum menyeramkan.

“Siapa kamu?!” tanya Danish tegas.

“Jalaludin, kalau anda bermain di kelab, pasti tahu siapa saya. Tapi jika dilihat dari tampangnya, anda orang baik-baik ya.”

Mata Danish tertuju pada gadis yang tengah dicambuk oleh dua laki-laki berbadan kekar itu, jeritan serta tangisan memenuhi ruangan kecil bernuansa remang-remang ini. Niat membantu orang malah menyeretnya pada satu masalah besar dalam hidup.

You Are The One [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang