Eps 3

1.8K 176 16
                                    

Di tempat persembunyiannya, Bright sedang berusaha mendengar lebih dekat. Mendengar percakapan itu, dalam pikirannya pemuda itu adalah uke nya. Namun ternyata ia salah, di depan Win telah berdiri seorang pemuda dengan badan tegap, lebih tinggi dari Win, dan wajah yang lumayan tampan seperti wajah fuckboi. Namun pastinya Bright lebih tampan, dalam pikiran Bright tentunya.

Sedangkan dalam posisi Win, wajahnya tetap tenang walaupun keringat dingin tlah menguncur dari dahinya. Bagaimana bisa ia tak gugup bila berhadapan dengan orang yang dahulu ia suka? Namun tentunya sekarang mereka tlah lost kontak, dan pemuda ini tiba tiba datang lagi padanya.

"maafkan aku phi Ohm, tapi aku sudah punya seorang kekasih" ucap Win.

"hah? Siapa? Aku tidak pernah melihatmu bergaul dengan siapapun"

kau tak perlu tau dia siapa" ucap Win, ia lalu melangkah menjauh dari Ohm dan menarik Bright keluar dari persembunyiannya dan pergi dari sana. Pemuda bernama Ohm tadi jadi kesal, bahkan kepada Bright.

"bagaimanapun kau akan jadi milikku, Win" ucap Ohm dengan yakin.

--

Bright dan Win kembali ke ruang klub musik yang sepi. Bright menatap kesal ke arah Win.

"hey Win, bagaimana kalau dia kira aku pacarmu gara-gara kau menarikku sembarangan dari tempat persembunyianku?" ucap Bright sedikit panik.

Win hanya mengedikkan bahunya cuek, "aku tak bilang kau pacarku" ucap Win.

"terserah deh" ucap Bright pusing, ini hari pertama ia mengikuti Win, dan ini menurutnya sangat memusingkan, jauh dari kata 'damai' dan 'tanpa masalah' yang ia harapkan dari si pendiam Win.

--

Berakhir pada jam pulang para mahasiswa/i, tlah berdiri seorang Bright yang menunggu Win dengan bersandar pada mobilnya. Win memintanya untuk mengantarnya pulang ke asrama, bagaimana pun Bright tlah menyetujui syarat menjadi 'babunya Win' untuk beberapa lama, jadi ia hanya dapat menurut.

Win datang dengan wajah masam, Bright jadi tertarik untuk menanyakan mengapa Win terlihat sedang badmood begitu. "ada apa?" tanya Bright, lalu membukakan pintu mobil untuk Win.

"orang itu...Ohm, dia mengikuti ku, untung aku bisa kabur kesini" ucap Win. Bright hanya mangut mangut mengerti. "kalau begitu aku harus selalu menemui mu..." ucap Bright tiba-tiba, Win menoleh ke arah Bright yang masih diam di depan pintu yang terbuka, mereka menatap lekat satu sama lain, tak berniat untuk memutuskan pandangan itu secepat mungkin. Hingga Win menoleh ke arah lain, membuat Bright kembali tersadar dan melanjutkan kalimatnya.

"jangan salah paham, a-aku hanya khawatir dia menyakitimu" ucap Bright dengan kikuk. Bright menutup pintu mobil penumpang dan kembali duduk ke kursi pengemudi. Win, di sampingnya, masih berkutat dengan rasa khawatir. Apalagi Ohm salah satu senior yang akan mengurus ketersediaan alat-alat musik untuk band mereka, Win khawatir gara-gara ia menolak Ohm, Ohm jadi jahat kepada bandnya dan tidak mau menyediakan alat-alat musik untuk latihan dan konser.

"Win, mari bertukar nomor telfon. Kalau ada apa-apa biar aku bisa datang, kau tak perlu terlihat kuat lagi, dari gelagat mu yang suka kabur aku tau kau tak bisa mengatasi apapun sendiri" ucap Bright, lalu ia menyerahkan hpnya kepada Win. Mereka bertukar nomor ponsel.

Sejak saat itu mereka banyak mengobrol tentang satu sama lain. Bercerita bagaimana rasanya ini dan itu. Ketika semua terasa sangat lancar asal berdua, mempertemukan mereka pada sebuah perasaan asing yang agak menganggu.

Bright menyadari bahwa perasaan aneh ini adalah sesuatu hal yang salah, yang seharusnya seorang teman tak miliki. Win bukan tipe yang terlalu mementingkan asmara, maka ia beranggapan bahwa ini perasaan senang dan nyaman ketika ia dapat mengobrol dengan orang yang cocok dengannya.

Stop Fooling Urself • BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang