"Hey, Kyungsoo."
"Hey, Jongin."
Jongin mengerjapkan matanya berkali-kali. Berusaha meyakinkan dirinya atas apa yang baru saja dilakukannya. Sedikit merutuki diri sendiri, namun dia mengesampingkan rasa penyesalannya. Tatapannya tertuju pada mata Kyungsoo yang sebulat kelereng; berbeda dengan miliknya yang cenderung hilang ditelan kelopak layaknya menahan kantuk. Jongin membiarkan suasana hening perpustakaan menyapa dirinya, hingga semuanya tergagalkan setelah terdengar sebuah seruan.
"Do Kyungsoo? Kyungsoo-ya!"
Lelaki bernama Kyungsoo itu terperanjat dan menegakkan badannya. Earphone yang tidak mengeluarkan suara apapun itu ia lepaskan dari kedua telinganya. Kepalanya menoleh ke segala arah, hingga seruan itu terdengar lagi.
"Kyungsoo!"
Senyumnya pun merekah ketika mengenali siapa dalang dibalik seruan tersebut. Segera ia berdiri, dan beranjak dari tempatnya duduk; hingga meninggalkan Jongin yang ditelan sebuah tanda tanya besar karenanya.
"Jaehyuk Hyung!"
Jongin berdiri dari kediamannya, dan mencari apa yang menjadi tujuan awal; sebuah buku dan literatur untuk bahan awal tugasnya. Dia mulai menyusuri lorong demi lorong dan meneliti satu-persatu buku yang dipajang di sana. Sejenak ia merasa frustasi karena tidak tahu-menahu dengan tugas yang diberikan; karena dia selalu tertidur jika mata kuliah itu diadakan. Dia bersumpah, dosen Jang benar-benar berhasil menghipnotis dirinya dengan segala macam racauan yang lebih mirip dengan gumaman itu.
"Aku akan menunggumu di tempat parkir, Soo."
"Eh? Tidak perlu, Hyung! Masih ada bis hingga dua jam ke depan, kau tidak perlu mengantarkanku pulang."
"Ayolah, aku sudah merelakan waktuku untukmu—ah! Bukannya kau menginginkan bibimbap kemarin? Kita bisa membelinya malam ini."
"Benarkah? Hm... tapi aku benar-benar bisa pulang sendiri, Hyung."
"Aku memaksa, Kyungsoo."
Jika menguping adalah perbuatan dosa, maka dosa Jongin sudah bertambah dengan cepat. Dia berdiri di balik rak buku teknik composing dan memasang sensor pendengarnya kuat-kuat. Dia tidak bermaksud menguping, hanya saja, dia sedang mendengarkan bagaimana ada nada ceria di setiap kata yang terlontar dari bibir Kyungsoo; tidak seperti dirinya yang mendapatkan dinamika crescendo pada sebuah lagu mars saja.
Jongin menggerakkan kakinya, dan berjalan mendekat ke arah di mana Kyungsoo dan Jaehyuk Hyung-nya berada. Tidak, Jongin hanya ingin tahu, dan tidak memiliki maksud lain. Dia hanya merasa penasaran mengapa Kyungsoo bertindak begitu dan siapa Jaehyuk itu. Ketika Jongin sudah menginjakkan kakinya pada langkah kedelapan, ia pun berhenti.
"Pemain cello itu?" gumamnya setelah melihat sosok Jaehyuk.
Ia melihat Kyungsoo berdiri di depan Jaehyuk yang duduk di ujung meja besar perpustakaan. Berkali-kali Jaehyuk mengacak-acak rambut Kyungsoo ataupun membetulkan kacamatanya yang memang selalu turun ketika dia bergerak. Jongin mendapati perubahan diri Kyungsoo yang menjadi ceria dan bubbly. Berbeda ketika berhadapan dengan dirinya.
"That's unfair," dia mendengus, "tapi bukan urusanku." Gumamnya walaupun tidak mengalihkan matanya dari kedua orang tersebut.
Dia kembali menyibukkan dirinya ketika merasa keingintahuannya terjawab. Dia menyusuri semua buku-buku yang memungkinkan untuk menjadi sumber papernya; dan tidak memperdulikan apa yang dilakukan oleh kedua orang tersebut.
"Ah, masih ada orang disini?"
Langkah Jongin terhenti ketika mendengar sebuah suara baritone menggema dia sunyinya perpustakaan. Dia menoleh, dan mendapati Kyungsoo serta Jaehyuk sedang menatap dirinya. Jongin merasa sedikit kesal, karena keberadaannya seakan tidak diinginkan—walaupun memang kenyataannya mungkin seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET AND SOUR
FanfictionJongin membenci musik klasik. Dia lebih suka musik cadas yang selama ini dia geluti. Dia bersumpah untuk tidak akan pernah menyukainya. Apalagi setelah musik yang dia sukai dihina oleh seorang violist bernama Kyungsoo. Mulai saat itu, Jongin berteka...