EMPAT

341 91 50
                                    

Sekarang hari Jumat pukul 18.30 dan Ghea dan Tania sudah ada di rumah Ara. Tadi mereka ikut pulang bersama Ara. Tadi sehabis pulang sekolah mereka sekalian membuat tugas kelompok di sekolah. Nah setelah itu mereka ikut pulang Ara yang dijemput Bang Alfa dan sesuai rencana mereka, mereka akan pergi ke pasar malam.
Untung saja Ghea dan Tania sudah membawa pakaian ganti. Jadi tak masalah.

"Ini kita kesana naik apa?" Tanya Ghea.

"Bareng bang Alfa aja. Dia juga sekalian mau keluar katanya," jawab Ara dan diangguki Ghea juga Tania.

Mereka lalu memasuki mobil bang Alfa, setalah pamit ke Papa Mama Ara.
Dengan Ara yang duduk di samping kemudi. Dan Ara dan Tania di belakangnya.

"Ini langsung ke pasar malem lapangan citra?" tanya Bang Alfa sebelum melajukan mobilnya.

"Hooh mau ke mana lagi," jawab Ara, "lo mau ke mana bang?" sambung Ara.

"Kepo!" jawabnya.

"Mau ngapel pacarnya ya bang?" tanya Ghea. Ghea dan Tania memang sudah kenal dekat dengan keluarga Ara.

"Iya kah, Bang? Ngapel siapa lo? Kak Azna itu?" ujar Ara.

"Enggak. Mau tau aja," balasnya.

"Iya juga gapapa kok bang. Kak Azna keliatan baik. Pas kemarin lo ajak ke rumah aja kak Azna bantuin gue sama Mama buat kue," ujar Ara sebelum menyengir lebar.

"Soktau lo," jawabnya pada sang adik.

"Ck. Susah ngomong sama orang susah," kata Ara sembarangan.

"Mulut lo Ra," kata Ghea sambil terkekeh.

"Nanti abang gak bisa jemput. Lo bareng siapa?" ujar bang Alfa.

"Naik ojek bisa." katanya santai.

"Oke, tapi jangan pulang malem-malem. Naik ojek juga," kata Bang Alfa.

"Siaappp."

"Tapi nanti kalo abang dah selese, abang jemput kok," ujar Abang lagi.

"Hooh oke."

Mereka telah sampai di pasar malem. Setelah berpamitan dengan bang Alfa, mereka bertiga lalu memasuki area pasar malem. Ketiganya sudah hampir berkeliling namun belum naik satu wahanapu. Ara ingin naik bianglala, tapi Tania dengan Ghea ingin naik kora-kora. Ara tidak ikut? Jelas tidak. Mana berani Ara menaiki wahana seperti itu. Jujur saja wahana yang paling ekstrim yang pernah dinaikinya adalah bianglala. Bisa dibayangkan kan bagaimana penakutnya Ara?

"Naik kora-kora aja, sekali-kali lah, Ra," kata Ghea pada Ara.

"No, sekali no tetep no," katanya tegas.

"Ck udahlah udah, mending kesana kuy, ke stand penjual boneka itu. Gue kemarin minta dibeliin Radim boneka beruang tapi dia bilang uangnya cuman cukup buat makan kita berdua. Yaudah lah akhirnya gue gajadi beli. Gue juga gak bawa uang huhu." Curhat Tania pada keduanya.

"Yaampun kasian banget lho, Tan," ejek Ghea pada Tania.

Tania mendengus keras. "Setan lo." dan dibalas gelak tawa dari Ara dan Ghea.

Mereka bertiga akhirnya berjalan ke stand penjual boneka, dan meninggalkan area permainan. Demi mengantar Tania yang katanya mau beli boneka itu sendiri, mumpung sekarang bawa uang banyak, katanya.

Waktu ingin masuk ke stand penjual boneka. Mereka terkejut karena berpapasan dengan Radim yang membawa boneka dengan Darren dan Fabian di belakangnya.

"Lhooo Dim. Ngapain kamu kesini? Dan Darren, Fabian kalian ngapain juga?" Kata Tania masih dengan ekspresi terkejut.

"Kamu juga ngapain disini? Aku beliin boneka ini. Sorry kemarin gak bisa beliin." Kata Radim sembari mengulurkan boneka beruang yang sudah terbungkus plastik pada Tania.

About TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang