"Jadi berangkat jam berapa nanti? "
Soobin menoleh lalu tersenyum, mendengar jika ternyata Yeji masih peduli dan ingin tahu tentang dirinya.
"Enggak usah dipikirin, masih lima hari lagi. Masih lama, " kata Soobin.
Mereka tengah berjalan-jalan dipinggir pertokoan yang berjajar dipinggir kota, meski hari sedang terik mereka tidak menghiraukan hal itu.
"Cuman nanya juga, " ucap Yeji. Ia terdengar kesal. Seharusnya ia bisa mencari topik pembicaraan yang lain.
"Gimana liburannya? " Yeji menoleh. "Ah, enggak gimana gimana, lihat aja gue. Sekarang malah terjebak jalan sama lo, liburan gue enggak menarik. "
Soobin mengangguk, ada rasa kecewa dalam hatinya. Yeji sama sekali tidak merasa terkesan dengan waktu bersama mereka.
"Hari ini lo enggak ada acara kan? " tanya Soobin dan langsung dibalas gelengan Yeji.
Gadis itu menatap lurus kedepan, fokus.
"Makan yuk gue laper, " ajak Soobin sembari tersenyum lebar tapi Yeji kembali membalas dengan gelengan.
"Terus mau ngapain? " Yeji berhenti menatap Soobin sejenak, setelah itu tatapanya turun ke tangan Soobin yang kosong. Ia meraih tangan itu dan menariknya mengikuti pikirannya. "Mau kemana? "
"Udah ikut aja, "
Soobin agak kaget, tidak tahu angin dari mana Yeji tiba-tiba ngajakin dia ke sebuah studio foto. Yeji lagi mau bikin foto pasport atau gimana, mana canggung banget susananya.
"Duduk disini, " ajak Yeji yang udah siap difoto. Dia bukan tipikal cewek yang eksis, bukan juga yang main foto sembarang sana-sini.
Ini formal banget gayanya bikin Soobin bingung.
"Kita mau ngapain sih? " tanya Soobin.
"Berak! "
"Ya foto lah, gimana sih lo. Btw yang tegak! " Yeji mukul punggung Soobin, cewek kasar. Itu yang terbesit dipikiran Soobin, agak malu juga diliatin sama tukang fotonya.
Mereka memulai sesi fotonya, gayanya emang formal banget. Kayak yang mau foto keluarga, eh. Foto keluarga juga enggak kayak gini, ini lebih kayak foto wisuda atau enggak foto buat ditaro dimana gitu.
Setelah berfoto-ria, Yeji keluar sama Soobin. Tempatnya agak sepi juga, makanya pas masuk mereka langsung disuruh foto dan enggak ngantri.
"Dicetak lima ya. " ucap pengedit sembari memeriksa hasil foto.
Yeji duduk menunggu fotonya selesai dicuci, berbeda sama Soobin yang masih enggak sadar apa yang dia lakukan ditempat ini.
"Heh! Duduk sini, mondar-mandir melulu. Ngalangin jalan! " tungkas Yeji, dia kalau ngomong sama Soobin emang enggak pernah nyantai. Pasti suka ngegas dan nyolot bikin orang yang denger pengen adu ketangkasan.
Akhirnya dengan rasa malu yang makin bertambah Soobin duduk disamping Yeji, sebagai cowok Soobin malu lah dimarahin terus sama Yeji. Diteriakin terus dinyolotin, padahal dia enggak tahu salahnya dimana.
Sabar, rip Soobin.
"Kak ini hasilnya, " Yeji berdiri dan berjalan untuk mengambil hasil fotonya dan membayar tunai.
Yeji memasukkan foto itu kedalam tas selempang kecilnya lalu menaikkan salah satu alisnya ketika Soobin menatapnya.
"Mau kemana lagi? " tanya Soobin dan dengan malas ia mengikuti Yeji yang tidak mengurbis pertanyaannya dan malah berlenggang pergi.
Soobin terus membuntuti Yeji, ia enggan untuk bertanya. Takutnya disambar lagi sama Yeji, tapi ini malah bikin Soobin jadi jengkel. Harusnya mereka jalan bareng-bareng bukannya kayak gini.
"Gue bukan babu lo, " kata Soobin tiba-tiba. Yeji berhenti terus berbalik ngeliat Soobin yang merajuk.
"Siapa yang bilang lo babu gue? "
Soobin menghela nafas dan berjalan mendahului Yeji, Yeji mendecak dan mengikuti Soobin.
"Lo juga bukan bos gue! " kini giliran Yeji, Soobin berhenti dan menengok ketika Yeji mensejajarkan langkahnya dan ikut berhenti.
"Jadi yaudah, jangan ada yang ngeduluin. " Soobin meraih tangan Yeji begitu saja dan berjalan sembari bergandengan.
Awalnya Yeji kaget dengan tingkah Soobin, tapi setelahnya ia hanya diam dan mengikuti kemana tangan ini ditarik.
—
"Gue bukan anak kecil! " Soobin berbalik.
"Siapa yang bilang lo anak kecil, " kata Soobin dan mengedarkan pandangan. "Gue cuman pengen kesini aja sama lo, tadi kan lo ngajak gue foto-foto. Itu kemauan lo, sekarang kemauan gue pengen main disini. "
Yeji membuang nafas, matanya melihat banyak anak-anak berlalu lalang. Bahkan ada yang berteriak-teriak karena sangking senangnya bisa bermain arena permainan yang dia suka.
"Katanya tadi lo laper, kenapa enggak ke resto aja sih. " imbuh Yeji yang malas ke tempat-tempat ramai dan bising.
"Gue berubah pikiran, perut gue bilang pengen rekreasi dulu. " kata Soobin yang memang tidak akan Yeji percaya, mana mungkin perut pengen rekreasi.
"Ayo masuk, "
Soobin narik tangan Yeji terus dia beli beberapa koin, indra penglihatannya melihat permainan yang biasanya dilakukan oleh dua orang. Itu menarik.
"Kesana yuk, " ajak Soobin sambil menunjuk salah satu permainan, tapi Yeji menggeleng dengan cepat.
"Gak ah males, harus loncat-loncat. Mana kadang susah lagi nyerasiin mana lantai yang harus diinjek, "
"Emang siapa yang minta persetujuan lo? "
Akhirnya mau enggak mau Yeji main itu bareng Soobin, kakinya yang agak sedikit kaku disuruh gerak cepat. Alhasil setelah main itu Yeji ngos-ngosan sambil mukul-mukul lengan atas Soobin.
"Gara-gara lo nih, kaki gue jadi pegel. "
"Ya maaf, lagian lo payah banget sih! Masa main itu doang langsung pegel-pegel, " cibir Soobin dan membuang muka.
Menyebalkan.
"Anjir! Ngeremehin gue ya lo, kita adu main baket. " kata Yeji yang langsung berdiri, semangat untuk mengalahkan Soobin dan tidak sabar mengejek lelaki itu. "Yang skornya paling sedikit harus traktir makan sepuasnya, "
"Ayo! Siapa takut, lo enggak tahu ya kalau gue jago main baket. "
"Dih! Itu mah dilapangan, dipermainan siapa yang tahu? "
Yeji masukkin koinnya begitu juga sama Soobin, mereka saling natap tajem gitu. Dan mulai mencet tombol untuk memulai permainan, Yeji keliatan banget semangatnya sampai dahinya keringetan.
Dibandingkan Soobin dia santai aja, meski skornya udah ketinggalan jauh sama Yeji. Dipikirannya cuman mikirin gimana caranya Yeji mau main bareng-bareng sama dia, full time hari ini.
"Yes gue menang! " pekik Yeji dan meletin lidah ke Soobin soalnya kalah.
"Inget janji lo! Traktir gue sepuasnya setelah ngabisin ini koin, " timpal Yeji.
Soobin datarin bibirnya dan berdehem males gitu, padahal dalam hati dia jingkrak-jingkrak. Karena sekarang Yeji yang paling semangat buat bermain permainan yang lain.
"Gue gak yakin bakal rela ninggalin lo, Ji. " gumam Soobin.
"Woy! Diem-diem bae, sini lo. Main adu tembak! " teriak Yeji yang udah siap didepan permainan tembak zombie.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakel Choi vs Dekel Hwang「Byuntae Namja」
Fiksi PenggemarEND [ Suatu kejadian membuat mereka menjadi pasutri ] "Lo enggak hamil kan? " ☑nonbaku ☑up kadang ☑banyak typo start: end: