VII. Hidup Eza

754 96 0
                                    

"Woy bentar woy bentar! Gua foto dulu anjir, mau gua jadiin story dulu! Woy Sa, jangan dimakan dulu, ah elaah!" Eza tampak sibuk memotret dari berbagai sisi untuk mendapatkan gambar potret yang bagus.

Mau diupload di story katanya.

Eza dengan segala keributannya. Eza memang paling heboh diantara yang lain. Paling suka tertawa paling nyaring, paling receh, dikit-dikit ketawa, Abel ngejokes sedikit saja dia sudah ketawa kayak orang kesurupan. Eza memang paling rame di Barudak. Makanya anak-anak seringkali bilang, kalau nggak ada Eza nggak akan rame.

Sabtu malam kali ini, setelah makan di luar anak-anak Barudak tengah berkumpul di rumah Eza.

"Lu nggak tau kan gimana mukanya bang Nata pas kepergok kencan sama gua sama Yuri. Gila mukanya itu loh cengok banget hahahaha."

"Hahahaha... Gua bisa bayangin gimana muka begonya si Nata hahahahaha." ujar Eza sambil tertawa.

"Emang nih bocah nggak tau sikon banget anjir. Pake bawa-bawa nama Yolla lagi. Ah tai." sungut Nata kesal.

"Tapi kan dia nggak marah. Mana bisa dia marah sama lu. Iya kan?" tanya Abel.

"Siapa bilang nggak marah. Dia ngambek di mobil pas gua anter pulang, diem-dieman tuh di mobil sampe ke rumahnya. Begitu dia turun gua langsung tancap gas pulang. Pikiran gua nih, kalo sampe ini cewek marah-marah nggak jelas ke gua, gua nggak bakal mau jalan lagi sama ini cewek. Pacaran aja belum udah sok-sok an cemburu. Eh besoknya dia nge-whatsapp gua, minta maaf. Anjaaayy hahahaha.. Susah emang ya kalo punya tampang ganteng gini." ujar Nata sambil menaikturunkan alisnya.

"Sombong banget lu!" Eza melempar kacang ke arah Nata yang disambut dengan tawa dari yang lain.

"Eh gua balik dulu ya, bigboss nge-wa suruh cepet pulang." Ansell bangkit dari duduknya sembari memasukkan ponsel ke dalam saku celana dan meraih kunci motornya yang ia letakkan di atas meja kaca yang ada di tengah-tengah mereka.

Tak lama kemudian satu persatu dari mereka mulai pergi meninggalkan kediaman Eza untuk pulang. Entah benar-benar pulang atau mampir ke tempat lain, hanya mereka yang tahu.

Kini hanya tersisa Eza dan Galen yang masih terduduk di sofa yang ada di ruang keluarga Eza.

"Sepi ya." Galen memecah keheningan yang sempat tercipta diantara mereka berdua.

"Banget."

"Gua yang kadang suka ditinggal orang tua ke luar kota aja suka kesepian Za, gimana lu yang udah ditinggal bertahun-tahun."

Eza tersenyum kecil. Meraih kaleng soda dan meminumnya.
"Gua udah terlatih, Len. Bahkan sejak kecil udah biasa diginiin."

"Lu bahkan ngelihat sendiri gimana terpuruknya gua tiga tahun yang lalu." lanjut Eza.

Galen terdiam. Pikirannya melayang pada kejadian saat itu.

***

Maret, 2017

Eza masuk ke dalam rumahnya dengan langkah sedikit berat. Suasana rumah yang sepi dan dingin membuatnya tak nyaman. Eza terus melangkah menuju ruang makan untuk melihat ada makanan apa di meja makan. Eza lapar, sungguh.

"Baru makan kamu, Za?" tanya seorang wanita paruh baya yang sedang berjalan menuju ke arah Eza yang tengah melahap makanannya.
Eza hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan dari mamanya.

"Mama mau pergi, mungkin nggak akan pulang dalam beberapa hari ini. Kamu bisa urus makan mu sendiri kan? Lagian kamu juga udah dewasa."
Eza hanya menggumam menjawab ucapan mamanya.

Barudak Tampan Squad ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang