[24] Arti Kekecewaan

3.2K 467 16
                                    

“Kamu berkata cuma aku yang bisa kamu andalkan, namun nyatanya! Kamu nggak naruh kepercayaan sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu berkata cuma aku yang bisa kamu andalkan, namun nyatanya! Kamu nggak naruh kepercayaan sama sekali. Lidah ternyata memang nggak bertulang yah.”

***


HANYA karena itu?” Dodit bertanya masih tidak percaya pada Husein. “Mas Raja meninggalkan Mbak Nadia?”

Husien mengalihkan mata dari langit malam ke Dodit. Dia tersenyum sedih. “Hanya karena itu cukup bagi Raja untuk melepaskan Nadia, cukup untuk memutuskan tali persahabatan di antara kami berempat.”

Angin malam menyapa begitu kejam, belum kering kemeja yang Dodit kenakan karena hujan, sekarang tubuhnya menggigil karena keringat. Husien melangkah lebih mendekat ke Dodit, sehingga Dodit bisa melihat dengan jelas ekspresi lelaki itu sekarang.

“Dan setelah mendengar ini semua. Apa lo juga akan melakukan hal yang sama?” Husein bertanya, kedua matanya memerah. “Apa lo juga akan seperti Raja Pangestu dan menganggap Nadia kotor? Apa lo akan berpaling dan memilih meninggalkan Nadia seperti yang Raja lakukan?”

Husien tidak mengharapkan jawaban dari Dodit. Dia menepuk bahu Dodit sejenak, memaksakan kaki untuk melangkah dan masuk ke dalam kamar rawat Nadia. Dia meninggalkan Dodit di bawah kelam malam dengan angin yang menusuk di setiap jengkal kulitnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dan di sinilah Dodit berada sekarang. Berdiri berhadapan dengan Raja setelah mendengar penjelasan Husein. Rasa kecewanya bercampur aduk dengan kemarahan, saat Raja balas menatap dengan ekspresi datar. Tidak menunjukkan penyesalan.

“Kenapa aku harus merasa bersalah? Kenapa aku harus merasa berdosa?” tanya Raja lagi.

“Apa Mas Raja nggak mencintai Nadia?

Raja tertawa datar. “Cinta? Cinta nggak bisa menjamin kita akan bahagia Dit. Kamu jangan terlalu polos. Bukannya aku sudah memberikan kamu nasihat? Jadi orang jangan terlalu baik.” Dia menepuk bahu Dodit.

“Jangan!”

Dodit melangkah mundur, menjauh. Dia takut tidak bisa menahan emosi, di dalam hati, dia ingin sekali menghantamkan tinjunya lagi ke wajah Raja.

“Jangan bersikap seperti Raja Pangestu yang ada di dalam ingatan saya. Raja yang saya kenal sudah tiada,” cetus Dodit seraya menggelengkan kepala. “Saya nggak tahu apa yang telah merasuki pikiran Mas Raja. Apa yang telah membuat kamu berubah menjadi orang berhati dingin?”

Raja mengangkat kedua bahunya, seakan tidak peduli dengan ucapan dingin Dodit. “Semua orang berubah Dit! Ketika dewasa kita harus memikirkan apa yang terbaik untuk kita.”

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang