21. Perasaan Terselubung

240 26 25
                                    

Happy Reading

❤❤❤❤❤

Di dunia kalian akan diberi beberapa pilihan untuk merubah takdir, entah itu akan membawa kedalam sebuah kehancuran atau sebaliknya. Semua mengalir seperti air dari mata kaki.

Definisi dari kehancuran belum tentu bisa kita jabarkan secara rinci, yang hancur di matamu belum tentu hancur di mata orang lain. Begitu juga dengan keadaan yang Rara ambil saat ini. Ia memilih berpura-pura bodoh dan seakan melupakan kejadian yang sudah berlalu. Mengalihkan pembicaraan saat Alta berdiri di depan pintu dengan aura mendominasi. Kenyataan menjelaskan bahwa ia agak shock dengan kejadian yang sedikit lagi membuat jantungnya nyaris copot.

"Gue pingsan ya!?" Rara mengutuk lidahnya yang mempertanyakan jawaban yang bahkan bisa ia tebak sendiri. Sungguh bodoh! Setelah mengusir dan berkata kasar kepada Alta secara terang-terangan dengan tidak tahu malunya alam bawa sadar membuatnya sukses menahan malu.

Tapi well itu bahkan lebih baik daripada harus kehabisan nafas karena perlakuan Alta yang kelewat bikin anak orang melting plus plus.

"Minum dulu, jangan gegayaan bilang kenyang padahal lambung ngemis minta diisi" ujar Alta tanpa nada. Pria itu tahu jika Rara mengalihkan topik ia juga sendiri masih belum mengerti dengan dirinya yang asal main nyosor seperti entok. Bibir sialannya ini saja yang langsung mengambil alih ia hanya menuruti.

Rara dengan gaya seadanya tanpa berniat protes menyodorkan tangannya menerima pil lambung serta air putih. Tapi masih bisa ia rasakan wajahnya yang terasa panas membuat gerakan tangannya terasa kaku.

"Bangun dulu makan, nanti lanjut tidur" tangan Alta yang terulur itu kini menjadi objek penglihatan Rara. Ia menatap tangan kekar yang entah mengapa seperti pas untuk digenggamnya. Tapi sebisa mungkin ia mengeyahkan pikiran unfaedahnya terhadap Alta.

Rara menyibak selimut tebal yang melingkupi tubuhnya. Lalu bergerak perlahan turun dari ranjang yang ia yakini milik Alta, hanya dari aroma mint yang disertai musk membuat ia sangat yakin. Kaki telanjang Rara menyentuh lantai marmer yang entah mengapa terasa dingin, sebisa mungkin ia menghilangkan rasa canggung yang sejak tadi mengganggunya.

"Mau minta uang? Gue gak ada. Masih belum dapat gaji. Nanti aja akhir bulan gue traktir. Okay?" Seraya menepuk pelan telapak tangan Alta ia menampilkan senyum lima jarinya. Mengusir rona merah yang mampu membuat ia sejak tadi merasa canggung berlebihan.

Alta dengan raut tak bergairahnya menurunkan tangan kemudian berbalik tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Untuk soal gue berkata kasar tadi gue benar-benar minta maaf. Tapi ini bukan sepenuhnya salah gue lho! Ini juga salah lo. Pake acara nempel-nempel hidung lagi"

Tidak sepenuhnya berbohong bukan?! Rara memang benar jika tadi ia tidak suka dengan moment saat hidung mereka bersentuhan,seperti ada aliran listrik yang mengaliri seluruh aliran darahnya hingga membuat ia susah bernafas untuk sesaat. Rasanya ia akan terbang seketika jika saja Alta melakukan hal lebih,tapi pria kulkas itu seakan menjatuhkannya kedasar jurang paling dalam. Menghempaskannya dalam dasar jurang hingga membuat sesak tak berujung.

"Gue gak bermaksud soal itu"

Well! Pria itu sepertinya memiliki ego yang tinggi membuat ia sangat susah mengatakan 'maaf' atau sejenisnya. Udah, Ra, biarin aja. Orang sabar kuburannya dibuatin istana.

Percakapan ini memang masih berlangsung dengan mata Rara yang meneliti setiap sudut kamar Alta sambil mencepol asal rambutnya yang berantakan. Kamar yang luasnya dua kali lipat dari kamarnya.

Saat Alta membuka pintu kamar pemandangan ruangan begitu besar menjamah matanya, beberapa figura ilmuwan terpajang dengan rapi di tembok putih gading. Tak ada satupun foto pria itu yang dipajang. Rara hanya diam dengan rasa kagumnya yang mengambang, memang hanya dua lantai tapi cukup mewah untuk seukuran pelajar. Tangga yang terbuat dari kaca pegangannya memberi fasilitas mewah sendiri. Dengan hati-hati Rara menuruni tangga mengekori tubuh Alta, tidak begitu banyak barang yang berada diruangan besar ini. Tapi mungkin cukup memenuhi ruangan yang ada di rumahnya.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang