With You - 55

381 22 8
                                    

Setelah perbincangan singkat tadi, Nana mengajak Getha ke ruangan lain. Getha kali ini tidak banyak tanya, ia hanya mengikuti langkah Nana. Mereka melewati sebuah lorong lalu masuk ke dalam sebuah lift dan beberapa detik setelahnya mereka sampai di ruangan yang di tuju.

Ruangannya sangat luas dan sepi, Nana berjalan mendekati meja besar yang di atasnya tertutup kaca transparan, dalamnya terdapat sebotol kecil cairan kental berwarna hijau. Nana mengetik beberapa kode di sebuah layar hologram yang ada di atas meja, sedangkan sejak tadi Getha hanya diam memperhatikan Nana.

"Kemari lah," Ujar Nana pada Getha.

Getha melangkah lebih dekat.

"Ini salah satu hasil dari eksperimen kami selama ini. Kami menyebutnya obat." Nana mengambil botol dari atas meja lalu menyerahkannya pada Getha. "Obat ini bisa menyembuhkan manusia manapun yang terjangkit virus yang Stevano dan Pusaka buat."

Getha menggenggam botol itu.

"Obat ini bisa menyembuhkan ayah ku." Nana berujar lirih, lalu beralih menatap Getha dengan penuh harap. "Simpan lah obat ini dengan baik."

Getha merasa jika dirinya sedang di beri tanggung jawab yang besar. "Baik." Ia mengangguk dengan yakin.

"Untuk bisa masuk ke dalam markas mereka, aku membutuhkan mu, Getha." Nana menyentuh bahu Getha.

"Satu hal yang tidak perlu kamu bingung kan," Nana menatap Getha dengan raut serius, "Kamu adalah anak biologis Pusaka. Apa yang saya ucapkan adalah fakta yang akurat."

Getha tersenyum tipis. Hatinya merasa lega setelah mengetahui kebenaran yang sejak lama ingin ia ketahui. Sekarang Getha sudah tidak ragu lagi.

"Setelah ini, bersikap lah seperti biasa. Jangan lupa untuk menemui teman mu di rumah sakit dan antar dia pulang, usahakan jangan libatkan siapapun dalam hal ini. Apa kamu paham?" Sorot matanya mengisyaratkan jika dirinya mempercayai Getha untuk misi ini. Getha pun membalasnya dengan anggukan kepala, berusaha yakin.

***

Keesokan paginya.

Getha membeli sekeranjang buah lalu membawanya ke dalam ruangan Arga.

Ketika pintu terbuka, senyuman Arga menyambutnya dengan penuh cinta.

"Selamat pagi, Ge." Arga menyapa ramah, Getha pun memberi senyuman.

Menaruh sekeranjang buah ke nakas, Getha pun kini duduk di kursi samping brankar. Tangan kanannya terulur menyentuh perban di kepala Arga dengan sorot mata penuh penyesalan.

Tahu apa yang Getha pikirkan, Arga pun meraih tangan Getha. "Ini musibah. Bukan salah siapapun gue seperti ini, jangan merasa bersalah atas musibah yang gue alami, oke?"

Getha tersenyum tipis, namun matanya terlihat berkaca-kaca. "Gue benar-benar minta maaf, Arga."

"Iya deh, gue terima maaf lo." Arga merangkul Getha, mengusap lembut puncak kepala gadis tersebut. Berusaha menenangkan perasannya.

Getha mengurai pelukan mereka, lalu menarik ingus sebelum berucap, "Gue bawa buah. Mau makan buah bareng?"

Arga tersenyum. Ia merasa bahagia sekali atas perhatian yang Getha beri.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang