Bab 1

160 67 26
                                    

Tak ada yang dapat menduga takdir-Nya seperti apa, termasuk pertemuan kita.
//

"Ham! melon nya udah dibeli belum?" Teriak Revan sambil menata buah-buahan di baskom.

"Eh Belum Pan! lupa astaghfirullah," sahut Dirham yang sedang memecahkan es batu.

"Terus gimana? Ini tinggal melon doang yang belum dipotong," timpal Revan.

Dani yang baru datang setelah membeli plastik pun menghampiri mereka, "Woy! ini ada apaan? suara kalian kenceng banget."

"Aku lupa beli melon Dan, ini lagi mecahin es batu." Jawab Dirham.

"Padahal udah kesepakatan dari tadi dia yang beli melon Dan," Sahut Revan tidak mau kalah. Revan dan Dirham memang jarang akur diantara mereka. Hal sepele pun bisa jadi masalah besar kalau mereka yang menghadapi.

"Ya udah sih namanya aku lupa Pan,"

"Udah udah! Kalian ribut terus, aku aja yang beli melon." putus Dani.

Belum sempat Dani beranjak dari tempatnya, ia melihat Ramadhan sedang berjalan. "Eh Ram! kamu mau kemana?"

Rama yang merasa terpanggil pun menoleh, "Ini Dan, mau beli sirup. Ada apa?"

Dani menghampiri Rama, "Ya udah bareng aja, aku juga mau beli melon ke pasar." Rama menoleh, "eh sekalian aja aku yang beli, kamu bantu yang lain aja disini."

Dani mengiyakan, kemudian Rama pergi menuju pasar dengan menggunakan motornya.

Ia berjalan menyusuri pasar mencari toko buah, namun setiap penjual yang ia tanyakan selalu mengatakan kalau melonnya sudah habis. Akhirnya ia masih terus mencari sampai melihat toko buah diujung pasar, sepertinya masih menyediakan melon. Rama mempercepat langkahnya, menghampiri toko tersebut.

"Permisi pak, melon satu kilo nya berapa ya?" Tanya Rama ketika berhasil sampai. Di sebelahnya ada seorang ibu dan anak perempuan yang mungkin seusianya.

"Melon satu kilo nya 5 ribu dek,"

"Mau yang ini ya pak," Rama menunjuk melon dengan ukuran sedang.

"Eh iya, makasih ya bu." Jawab penjual itu pada pembeli disebelah Rama. "Maaf ade mau yang mana tadi?" Penjual itu kini beralih pada Rama.

"Iya pak, yang ini aja pak."

"20 ribu ya de," kata bapak penjual itu sambil menyerahkan sekantong plastik isi melon. "Ini uangnya ya pak," Rama menyerahkan uang 30 ribu namun menolak kembalian.

Rama sudah selesai, ingin beranjak dari toko itu namun sebuah dompet yang tergeletak di meja buah menghentikan langkahnya.

Rama mengambilnya, "Maaf pak, ini punya bapak?" tanya nya.

Bapak penjual melihat dompet tersebut, lalu menggelengkan kepalanya. "Bukan punya saya itu de,"

"Mungkin punya bu Khadijah," sambung bapak itu.

"Bu Khadijah yang mana ya pak?"

"Yang beli bareng adek tadi, cuma mereka pergi duluan."

"Berarti yang sama anak perempuan ya pak?" Tanya Rama memastikan.

"Iya dek, tolong anterin atuh ya."

"Rumahnya di belakang masjid Ar-Rahman, cat nya warna biru muda." Ucap bapak itu yang sebelumnya melihat Rama hanya diam.

Rama akhirnya mengangguk, "Oh disitu pak, rumah saya juga deket situ. Kalau begitu saya permisi pak," Rama pamit dan langsung menuju rumah bu Khadijah.

Ramadhan bersama ZainabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang