Chapter 29: Undangan

392 42 23
                                    

Seorang Dokter yang sibuk dengan pekerjaannya kini meluangkan waktu untuk mengurus dirinya.

Lebih tepatnya, mengurus pernikahannya.

Dokter Ali yang sekiranya tiga hari lagi akan menikah tentu kini ia harus mengambil cuti dan sibuk dengan pernikahannya.

Dan kini, waktunya ia membagikan undangan. Untuk membagikan undangan yang lumayan banyak, sudah ia serahkan pada rekannya.

Khusus untuk undangan sahabat serta kerabatnya, ia memilih membagikan nya sendiri.

Seperti, undangan untuk Ara dan Rey.

"Datang nih yaa..."

Ucap Ali sembari menyerahkan undangan pada Rey. Rey dan Ara menerima dengan senang hati.

"Pasti lah!" seru Rey bersemangat. Dirinya cukup terkejut, tidak tahu apa langsung dikasih undangan.

Sebelumnya, kalian perlu tahu, ada si ratu cendol diantara mereka. Siapa lagi jika bukan, Fellycia?

"Undangan buat gue mana?" ujar Felly sembari menyodorkan tangan kanannya pada Ali.

Ali menatap sinis, "Nggak perlu diundang juga dateng sendiri nanti, kan katanya musuhnya Rey, berarti?."

Felly menampilkan raut kesalnya, Ali kembali berucap, "Berarti setan kan? Dan setan tuh dateng nggak diundang!" sinisnya lagi.

Felly berdecak-decak, bibirnya berkomat-komat seperti mengejek ucapan Ali.

"Lagian nanti kalau pakai undangan nambah-nambahin dana." imbuh Ali menyeringai.

***

Berhubung siang ini Ummi Maryam akan datang mengunjungi anak mantunya, menjadikan Ara sibuk dengan bahan-bahan masakan.

Padahal Mbok Siti-- selaku pembantu dirumah Ara dan Rey-- sudah ingin membantu, hanya saja Ara menolak.

Ia ingin memasak sendiri untuk mertua tercintanya itu.

Tapi, Ara tidak seorang diri. Ada Felly yang sok-sokan membantunya. Sejak tadi Felly dan Ali belum pulang, Ara mencegahnya agar ikut makan bersama.

Meski ada Felly didapur, tetap saja Ara bekerja sendiri. Apa guna Felly? Gadis itu hanya asik menyender didinding dan bermain-main ponsel.

Pekerjaan gadis itu hanya mencicipi saja, dan komentarnya selalu...

"Emm...udah cukup, enak kok!" komentar Felly setelah diminta Ara untuk mencicipi sup kaldu ayam.

Ara berdecak, sedari tadi jika Felly dimintai pendapat akan masakannya hanya kalimat itu yang muncul.

Mungkin bagi Felly, semua makanan itu enak.

"Ck! Yasudah, kamu bawa kedepan tuh!" titah Ara langsung diangguki Felly.

Felly membawa sup itu yang sudah tersaji dalam mangkuk yang lumayan besar---sedang.

Felly membawanya hanya dengan kanan kanannya, sedangkan tangan kiri dan matanya terfokus pada ponselnya.

Ara berdecak ketika melihat Felly yang hendak membawa mangkuk itu dengan satu tangannya, "Ck! Fell, itu panas, ditambah juga itu lumayan berat, isinya banyak. Pakai tangan dua!" protesnya.

"Iya-iya." finish Felly menurut. Yang menurut hanya mulutnya, sedang'kan tubuhnya tidak. Dan...

Prank!

Suara benturan antara mangkuk dengan lantai membuat Ara juga Felly terpekik kaget. Felly reflek menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Astagfirulah Felly! Bocahh!! Ngeyel banget sih kalau dibilangin?!" omel Ara pada sang sahabat yang masih setia menutup wajahnya.

Suara itu mengundang kedangan Rey juga Ali. Keduanya sama-sama geleng kepala melihat kondisi dapur sekarang.

Mereka sudah bisa menyimpulkan kelakuan siapa ini.

"Sudah, biar nanti dibersihkan mbok Siti saja." ucap Rey tak mengerti harus bagaimana, jika mengomeli Felly? Ia takut membuang tenaga.

Felly perlahan menurunkan tangannya, ditatapnya berganti tiga orang dihadapannya ini sembari menyeringai tak berdosa.

"Yasudah. Yuk kemeja makan!"

Antusiasnya sembari berjalan mendahului. Tiga orang itu terbelalak, sebegitunya kah?

Rey tertawa pelan melihat raut kesal sang istri, dengan jahilnya ia mencubit gemas pipi kanan Ara. Membuat si empu meringis lalu mengelus pipinya sakit.

"Nggak usah manyun-manyun gitu, minta dicium tuh bibir hm?" goda Rey berhasil membuat Ara panas pipinya. Dengan sigap Ara langsung mencubit perut Rey, gantian sekarang Rey yang meringis.

Ali menggeleng melihat kejadian dihadapannya, ia mendengus lalu melangkah pergi sembari bersenandung.

"Allah oh Allah berikan Ali kesabaran..." ucapnya bersenandung mengganti lirik lagu upin-upin itu.

***

Tok tok tok...

Ketukan pintu itu membuat beberapa pasang mata menoleh, Felly langsung berdiri dari duduknya.

"Itu pasti ummi Maryam. Biar gue yang buka!" serunya langsung berlari membuka pintu.

Dibukanya pintu dengan lebar-lebar, menampilkan sosok wanita, tapi bukan ummi Maryam.

Felly mengernyit heran, ia asing dengan wanita ini. Gadis modis, seksi dan cukup cantik.

Charisa. Ya, gadis yang selalu berpakaian ketat dan tipis.

"Haii? Rey ada?" sapa Charisa dengan senyum manisnya. Felly mematung, ia heran, lelaki shaleh seperti Rey bisa kenal dengan gadis seperti ini?

Felly tak menjawab, ia memilih langsung masuk dahulu.

"Rey, ada yang nyariin lo."

"Sia--"

Belum juga Rey melayangkan pertanyaan, ia sudah mendapat jawabannya.

Charisa tiba-tiba saja masuk dengan santainya.

Ali dan Rey berusaha menjaga pandangannya, sedang'kan Ara mendadak kesal, Felly dibuat tambah bingung.

Ara langsung berdiri dari tempatnya, "Gadis tak beretika! Cuih!" sinis Ara dengan seringaiannya.

Felly terbelalak, sungguh ia sangat terkejut. Bersahabat dengan Ara sudah cukup lama, sejak SMP. Dan baru kali ini ia melihat Ara berkata seperti itu.

Dapat disimpulkan, gadis ini gadis menyebalkan.

Charisa tersenyum sinis, "Etika? Oh etika, saya tak perduli tuh." sinisnya dengan langsung duduk disamping Rey.

Ara semakin kesal, ia mencoba meredup rasa kesalnya. Sifat setan seperti Charisa, jika dibalas dengan hal sama, maka akan semakin menjadi.

Felly mulai angkat bicara, "Gadis cantik, gue kasih tahu ya, kalau masuk kerumah orang, otaknya dipakai!" timpal Felly dengan nada lembut namun tetap sinis.

Charisa menatap mereka satu persatu, seringaiannya muncul.

"Kakak saya bilang, kalau mau kesini tinggal masuk saja. Anggep rumah sendiri katanya." jawab Charisa tersenyum lebar.

Mereka terbelalak dengan heran. Kakak? Siapa?

"Siapa kakak anda yang seenaknya itu?!" tanya Ara dengan nada lumayan tinggi.

Charisa tersenyum penuh arti. Rasa penasaran semakin membeludak.

"Farel Ali Husain. Yang beli rumah baru itu."

***

Tuh gimana? Adiknya Farel tuh... Gimana ya?

Jodohku Ya Kamu[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang