Bab 36: Berbohong demi kebaikan.

197 19 14
                                    

Stella sudah berada di rumahnya yang kebetulan ada keluarga pradipta sedang berbincang dengan kedua orang tuanya.

"Assalamualaikum," salam Stella dan Huda bersamaan. Mereka langsung di sambut ke empat orang tua dan adik Velan.

"Waalaikumsalam, eh udah selesai joggingnya?" tanya Tia, Stella dan Huda mengangguk bersamaan. Stella mulai mencium tangan Velani dan Elang, dan begitupun dengan Huda.

"Stella mau mandi dulu ya, nanti kesini lagi," pamit Stella yang mulai masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan tubuhnya dari keringat.

Annisa mulai mengetuk pintu kamar milik Stella, untungnya Stella sudah mandi dan berbaju. Stella mulai membukakan pintu kamarnya.

"Ka, aku boleh ke kamar kakak gak nih?" tanya Annisa, dengan senang hati Stella mengizinkan Annisa untuk masuk ke kamarnya. Stela mengangguk, Annisa mulai masuk ke dalam kamarnya.

"Tapi, nanti kita kebawah, gak enak." Annisa mengangguk, Stella mulai memakai cadarnya kembali berwarna cream. Annisa terpukai dengan putih dan mulus wajah Stella miliki.

"Kakak tadi ketemu abang gak?" tanya Annisa, Stella mengangguk. "Iya Nis, kenapa kamu gak ikut jogging?" tanya Stella kembali.

"Mama sama papah ajakin aku kesini, dan aku rindu ka Stella hehe," ujar Annisa sangat jujur membuat Stella tersenyum dan memeluk tubuh Annisa. Annisa langsung membalas pelukan dari Stella.

"Sejujurnya Abang juga nanti kesini, mungkin lagi mempersiapkan diri," ujar Annisa berbelit-belit, membuat otak Stella meumat gak bisa berpikir jernih.

"Maksud kamu Nis?" tanya Stella sambil mengernyitkan keningnya, Annisa mulai tertawa membuat Stella menghela napasnya dengan kasar.

"Mungkin Malam nanti jawabannya ka. Oh iya, kita ke Mall yuk, temenin aku nyari hadiah buat sahabat aku, dia minggu depan mau Ultah," ujar Annisa sambil memohon kepada Stella.

"Kan masih sibuk Nis itu mama papah kita, emang dapet di izinin?" tanya Stella, Annisa mulai terdiam.

"Atau gak kita bertiga, Abang Velan, Ka Stella sama Nisa," ujar Annisa membuat Stella hanya bisa pasrah, "Iya kakak ngikutin aja," sahut Stella.

Velan sudah datang ke rumah Stella, Velani dan Elang mulai beranjak dari ruang tamu karna sudah selesai acara meetingnya mereka.

"Ko udah mau pulang? Velan kelamaan ya?" tanya Velan yang mulai menggaruk tekuknya yang tak gatal sambil nyengir, Velani menggeleng. "Enggak ko, Mama nyuruh kamu kesini ajakin Stella jalan-jalan. Tuh Annisa ngajakin kamu, biar bertiga berjalannya." Velan mulai mengangguk, Velan mulai mencium kedua tangan orang tua Stella.

"Nah sudah ada Abang, langsung aja yuk," ujar Annisa sambil menarik lengan Stella. Stella mengangguk.

"Papah, Mama, Stella izin ya," pamit Stella yang mulai mencium tangan kedua orang tuanya, begitu pula dengan kakak adik di sampingnya itu.

Mereka bertiga mulai berangkat menuju Mall yang cukup terkenal disini.

Stella, Annisa dan Velan beneran ke Mall bersama hanya saja yang belanja itu Annisa. Stella dan Velan sedari tadi di jalan cuman berdiam.

"Ka, nanti kita mampir ke miniso yuk," ajak Nisa, sedangkan Stella hanya mengangguk saja. Velan cuman bisa nyimak obrolan betina.

"Nanti kita sekalian ke toko emas atau berlian ya," ujar Velan benar-benar mengejutkan Stella dan Annisa. "Buat apaan bang?" tanya Annisa kepo.

"Buat hadiah mama," sahut Velan berbohong, Sebenarnya ada maksud lain dari sana.

Setelah lama asik mengobrol, mereka sudah sampai di sebuah Mall yang penuh dengan beribu umat. Stella mulai meangkah beriringan di samping Annisa, sedangkan Velan di kanan Annisa. Jadi Annisa lah yang di tengah.

"Bang, kalau udah ke Singapore jangan lupa loh ya," ujar Annisa, Mana mungkin Velan lupa kalau masih ada bidadarinya di Indonesia walau nanti.

Selepas Velan mengutarakannya nanti, Velan memutuskan untuk berangkat ke Singapore untuk menjalankan bisnis kedua orang tuanya.

Prayes group memang ada di Indonesia, tapi Di indonesia sudah ada yang megang. So, Velan di turunkan ke singapur.

Annisa sudah dapat untuk hadiah sahabatnya, jadi giliran Velan menuju tempat tujuannya.

Royale gold diamond.

"Silahkan masuk, ada yang boleh saya bantu?" tanya Pelayan toko ini. Velan mulai menghampiri sebuah tempat yang menaruh beberapa berlian dan emas dengan bentuk cincin.

Tadinya Stella gak mau ke sini, kalau gak di paksa sama Annisa baru dia mau.

"Coba kamu pilihin deh Stell, aku mana tau selera Mama," ujar Velan basa-basi biar gak ketahuan Bohongnya, Stella mulai mendekat diri kepada Velan.

"Nis, Mama suka yang kaya gimana?" tanya Stella, Annisa hanya duduk sambil menyeruput boba yang di traktir oleh Velan.

"Ehm kaya kecil gitu, tapi indah. Satu selera sama ka Stella, pilih aja yang kakak suka bakalan mama suka juga," ujar Annisa memanipulasi otak Velan dan Stella, Velan mulai mengacungkan jempolnya dari balik tubuh Stella yang langsung di senyumin oleh Annisa.

"Itu aja deh Mba, cantik. Masya allah," ujar Stella yang mulai berbinar saat melihat kecantikan cincin yang ia pilih, padahal itu buat dirinya sendiri.

"Kamu suka?" tanya Velan, Stella mulai mengangguk. "Coba aja," ujar Velan. Stella mulai memasangnya, tak ada yang muat di jarinya kecuali jari manisnya yang begitu menawan.

"Cocok," gumam Velan, Stella sangat menyukainya. Entah kenapa Stella gak ada merasa curiga.

"Menjadi dekat dan selalu melihat senyummu, Adalah kebahagiaan aku tersendiri," batin Velan.

"Yaudah kalau suka, Aku beli ini." Velan mulai mengeluarkan dopetnya yang berisi beberapa kartu Atm.

Stella mulai melepsnya, dan menuju ke Annisa untuk mengajaknya ke luar.

"Yuk Nis, kita duluan," Annisa mulai mengangguk, sedangkan Velan masih stay di dalam toko.

"Tunggu abang bentar," ujar Annisa yang mulai duduk di bangku panjang dekat toko itu.

Velan tersenyum bahagia, "Alhamdulillah kalau dia suka," ujar Velan.

"Jadi yang tadi itu calonnya Mas?" tanya Mba toko, Velan mengangguk.
"Tapi kami gak pacaran Mba, menjalankan syariat islam. Doakan besok semoga lancar, Oh iya saya mau ambil pesanan saya yang minggu lalu sebuah kalung untuk Mama saya yang beneran" ujar Velan, Mba itu langsung mengambil dan membungkuskan Dua perhiasan itu.

"Semoga Samawa, terima kasih," ujar Mba, "Makasih kembali," sahut Velan.

Velan mulai menghampiri ke dua gadis yang sedang duduk di depan toko, "Yuk pulang, Stella kamu mamir dulu atau langsung pulang?" tanya Velan, "Langsung aja,"sahut Stella.

Malam ini benar-benar hari keberuntngan seorang Velan, Dan Velan menjadi dekat karna usaha, doa dan tahajudnya.





Happy readings teman-teman.

Vote dan Komennya jangan lupa

VELANSTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang