Casa Fuente Club, Las Vegas.Suara dentuman musik yang memekakan telinga, dikolaborasikan apik dengan cahaya lampu disco yang mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Udara terasa kental tercium perpaduan aroma nikotin dan alcohol. Membawa jiwa-jiwa yang gila kebebasan pada puncak tertinggi kenikmatan.
Lantai dansa seakan sesak dengan orang-orang yang berlomba meliuk-liukan tubuhnya dengan gila, seakan tidak ada hari esok bagi mereka.
Tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang saling berpangutan panas atau saling melakukan penyatuan di bagian pojok ruangan yang sudah disediakan sofa-sofa.
Tidak jauh dari area club, disebuah kamar yang memang diperuntukan untuk penyewa para kupu-kupu malam. Seorang pria yang ditemani dua orang wanita yang hanya memakai bra & G-strings yang saling menindih di atas ranjang king size itu.
Kedua wanita itu melakukan sentuhan-sentuhan seduktif memancing sang pria untuk merasakan kenikmatan. Wanita berambut pirang memangut bibir sang pria dengan panas, menekan tengkuk lebih dalam, mengabsen setiap inci yang ada, tanpa ada yang terlewatkan. Lain halnya, wanita berambut merah yang melakukan permainan mulut pada daerah inti sang pria, memangutnya dengan liar bagai orang yang kesetanan.
"Sshhhhhh...ahhh...yeahh....com'on, babe." racau sang pria menikmati permainan mereka.
"Uhhhh...ashhh... Fuck off."
"Sudah selesai main-mainnya, lady. Mari ku tunjukan pergulatan yang sesungguhnya pada kalian." smirk tersungging pada wajah adonis bermanik hazel, berhidung mancung, dengan tubuh menggiurkannya yang eksotis.
Dengan mudahnya, ia memutar balikan posisi, memegang kendali permainan. Mendominasi seluruh gerakan, seakan seorang ahli yang sudah sangat berpengalaman. Mengentak-hentakan dengan lembut, bermain-main dengan erotis.
"Ahhh fastt. " desah sang wanita pirang.
"Uhhh yeahh there please. " racau wanita berambut merah. Dengan tangan sang pria yang mengrilya di dadanya.
Kringg... Keringg....
"Shitt, akan ku tembak keluar isi kepala orang yang menelfon di saat seperti ini." Dengan malas ia meraih handphone yang tergeletak di atas nakas, menggeser tombol hijau tanpa melihat sang penelfon. Tentu saja tanpa menghentikan hujaman pada wanita pirang di bawahnya.
"Ben, sedang dima--"
Ahh...sshhh...
Kalimat sang penelpon terpotong oleh suara desahan si pirang.
"BENNJAMIN D'RODIX, WHAT ARE YOU FUCKIN' DOING, HUHH!?" bentak sang penelfon. Seakan mengenal suara itu, ia bergegas melihat layar handphone, tertera tulisan Big boss pada bagian penelfon.
Holly shitt, mati aku.
"Tinggalkan jalang merah dan pirang-mu itu. Aku tidak mau tahu, kau harus sudah ada di markas malam ini!" bentak suara berat di ujung sana, dengan intonasi tanpa bantahan.
Tutt..tutt...tuttt....
Dasar pria tua menyebalkan batinnya.
Dorr... Dorr
"Kalian terlalu berisik, dasar jalang!" umpat pria bermanik hazel itu.
Melepaskan penyatuannya, melenggang santai menuruni ranjang, tanpa peduli dengan dua mayat wanita yang teronggok tanpa sehelai benang pun. Dengan luka tembakan di atas rahang yang menembus otak, yang masih mengeluarkan cairan merah dari mulut dan hidung mereka, seakan itu pemandangan yang biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEDOM
General FictionApa sebenarnya definisi sebuah kebebasan? Disaat jiwa masih terbelit ambisi, obsesi, dan egoisme. Demi sebuah kebebasan, mereka setuju untuk menjalankan sebuah misi. Misi yang awalnya terlihat mudah, namun setelah peristiwa rumit yang bertubi-tubi...