EMPAT BELAS: One day before

318 44 5
                                    

Lilia POV


"Bisa minta lihat cctv pak?" ujarku pada pak Jun.

"Neng gak apa?" tanya satu orang security yang lain memastikan.

"Iya, pak, tapi temani saya lihat rekaman cctv"

"Iya, hayuk ke kantor" ujar pak Jun.

Kami berjalan di sepanjang koridor menuju ke lift di pojok lorong. Pak Jun dan satu orang security lainnya hanya diam tak berbicara. Bulu kudukku sempat merinding ketika melintas di sepanjang lorong itu. Lampu utama dimatikan, hanya beberapa lampu dinding saja yang hidup, tetapi redup.

"Untuk ada pak Jun, ya pak" ujarku berusaha mengalihkan ketakutanku.

"Hehehe, kebetulan saja neng" ujarnya sambil mengusap lehernya.

Sepertinya pria tua itu tersipu malu dengan pujianku, aku tersenyum.

Eh, apa itu?

Mataku terhenti menatapi kulit leher pak Jun yang mengerut cukup besar hingga membuat banyak lipatan di leher bagian belakangnya. Apa kulit orang berumur 46 tahun seperti itu ya? Kenapa kulitnya tidak kembali lagi. Layaknya karet yang kehilangan elastisitasnya, kulit leher pria itu benar-benar menumpuk, seperti terlepas dari dagingnya.

Apa karena kurang terang saja?

Ah, mungkin karena sudah malam, mataku yang tampaknya bermasalah.

***

Kami tiba di lantai dasar. Tepat ketika pintu lift terbuka, kami berjalan berbelok ke arah ruang kontrol security.

"Neng sama pak Jun saja ya, bapak mau patroli lagi" ujar security yang ikut bersama tadi.

"Iya pak" jawabku. "maaf sekali sudah merepotkan"

Iya mengangguk pergi.

"Ini bukan merepotkan neng, tapi memang kewajiban kami" ujar pak Jun sambil terkekeh.

Aku hanya membalas dengan senyum.

Kreett...

"Duduk dulu neng, bapak cari rekamannya dulu" ujarnya.

Aku mengangguk masuk duluan ke dalam. Sementara pak Jun menutup pintu.

"Biasanya berapa orang yang jaga kalau malam, pak?" tanyaku yang memang sejak awal pintah ke sini tak terlalu peduli dengan hal ini.

"Dua orang neng, saya sama bapak yg tadi"

Sreet...

Pak Jun memundurkan kursinya untuk berdiri dari hadapan layar monitor.

"Kenapa pak?" tanyaku. "Sudah ketemu?"

"Oh, enggak neng, bentar ya" jawabnya. "Bapak mau keluar sebentar"

"Oh, iya pak, tak apa"

Aku mengangguk sambil menatapi pak Jun melewatiku ke arah pintu tadi.

Kreet...

Sunyi kembali. Hanya ada aku di dalam ruangan ini. Kalau saja tak bisa menahan keinginanku, rasanya aku mau langsung duduk ke depan monitor itu dan langsung menonton rekaman cctv itu. Tapi rasanya lancang kalau aku melakukannya.

Aku hanya diam di tempat, menatapi ruangan itu. Ada dua buah meja besar yang memunggungi posisi dudukku dan dua buah lemari kayu. Dan sekumpulan monitor kecil penuh dengan semua gambar rekaman video di tiap sisi gedung apartment.

"Kok lama sekali?" gumamku menyadari kalau pak Jun sudah hampir sekitar 10 menit tak kembali lagi.

Rasa bosan mulai menggangguku hingga akhirnya aku berdiri dan mencoba menghibur diri dengan berjalan ke sekeliling.

THE STITCHES (Sibling 2nd season)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang