Sudah tiga minggu ini Kayla menjauhi Keano. Ia selalu pulang di atas jam tujuh malam demi menghindari Keano yang selalu saja nongkrong di rumahnya. Untung saja sekolah Kayla tak pernah benar-benar tutup, selain itu sekolah juga tak akan benar-benar kosong sebelum setengah delapan malam. Sekolahnya memiliki banyak kegiatan ekstrakulikuler, begitu pun jumlah siswanya menyentuh dua ribu siswa yang terdiri dari lima kelas akuntansi, empat kelas administrasi perkantoran, perbankan, pemasaran, multimedia, teknik komputer jaringan, dan usaha perjalanan pariwisata yang masing-masing terdiri dari dua kelas di tiap angkatan, yang artinya memiliki lima puluh tujuh kelas. Kalau masing-masing kelas berisi tiga puluh tujuh siswa, berati kira-kira ada dua ribu seratus tujuh siswa. Penghitungan mudahnya, dua ribu siswi dan sisanya siswa. Ketidak adilan jumlah mengingat jurusan yang kebanyakan menarik minat siswi. Hal ini berbanding terbalik dengan sekolah Kayndra. Sekolah saudaranya itu jauh lebih besar dan beberapa tahun lebih tua dari sekolahnya. Kayla tidak bisa membayangkan kalau harus sekolah di sekolah Kayndra. Hidupnya pasti tidak tenang dikelilingi begitu banyak cowok.
Selain menjauhi Keano, Kayla juga menjauhi Kayndra. Karena ia tahu, saudaranya itu pasti akan merecokinya, bertanya alasannya menjauh dari Keano padahal ia sendiri yang bilang jika telah membuka hati. Sejujurnya Kayla memang menyukai Keano, hanya saja yang membuatnya ragu adalah alasannya. Ia tidak tahu alasannya menyukai Keano dan ingin memastikan hal itu tidak ada hubungannya dengan bayang-bayang masa lalunya. Kayla ingin memastikan bahwa perasannya pada Keano adalah karena Keano itu sendiri.
Entah sial atau beruntung bagi Kayla, ia hari ini pulang jam lima sore gara-gara teman-temannya yang mengeluh ingin pulang cepat, dan entah kebetulan atau memang menunggu, Keano kini berada di depannya. Duduk di teras sambil menatapnya sendu. Di depan garasi ada beberapa motor yang artinya teman-teman Keano juga berada di sini. Cowok itu menggunakan seragam bengkel berwarna hitam dengan sedikit variasi merah. Sangat berbeda dengan dirinya yang menggunakan kemeja biru pastel, jas dan rok span selutut berwarna biru dongker, juga scraft putih motif polkadot yang melilit kerah kemeja. Wajah Keano sedikit pucat dengan kantung mata yang terlihat jelas. Di bawah cahaya senja, matanya yang selalu hitam tampak coklat keemasan seperti mata kucing, alisnya mengerut menahan beban cahaya, sedangkan sorot matanya seolah ingin menembus pertahanan Kayla. Hampir saja Kayla berlari untuk memeluk Keano karena tak sanggup menahan diri. Ia berkedip berusaha mengembalikan kesadarannya, ia harus meyakinkan hatinya dulu sebelum mendatangi Keano. Namun, entah karena Keano tidak mau mengerti kemauannya, atau karena sudah sangat ingin mendengar jawabannya, cowok itu menghampirnya lengkap dengan tatapan sendu sarat akan rindu.
"Kay," gumam Keano seraya memeluknya. Pelukan itu terasa kaku bagi Kayla, tentu saja, Keano pasti canggung, pikirnya. Kayla terpaku beberapa detik sebelum tangisnya tumpah. Ia membalas pelukan Keano yang seketika terasa lembut. Kayla meremas seragam Keano, meredam isakannya di dada cowok itu sambil berharap tidak ada yang melihat mereka terutama Kayndra. Bisa habis Keano dihajar Kayndra, saudaranya memang telah mengizinkannya bersama Keano, tapi kalau melihatnya sampai berpelukan seperti ini, Kayla bisa membayangkan Kayndra yang mendadak lebih kejam, apalagi kalau Reyza tahu, entah apa yang dilakukan kakaknya itu nantinya. Kayla menggeleng pelan untuk menghilangkan pikiran buruknya, menenggelamkan wajahnya lebih dalam di dada Keano, dan memeluk cowok itu lebih erat. Kayla ingin melepaskan semua perasannya barang sejenak saja. Namun, berkat pelukan ini Kayla menjadi yakin dengan perasaannya. Perasaannya pada Keano memang karena Keano sendiri, mata Keano adalah bonus yang bisa membuatnya lebih nyaman dengan cowok itu.
"Gue suka, Ken." Kayla mengurai pelukannya, lalu menatap Keano sambil tersenyum manis. Sedangkan Keano menatapnya tidak percaya.
"Gue nggak percaya, peluk lagi, baru gue percaya." Kayla langsung menjauh Keano dengan sebal. Dasar modus! Pikirnya.
"Gue serius. Peluk lagi baru gue bisa percaya sama lo," kata Keano dengan nada yang terdengar putus asa. Mau tak mau Kayla berbalik, kembali mendekati cowok itu dan memeluk Keano sebentar. Namun, ketika Kayla ingin melepas pelukannya, ia ditahan Keano. Cowok itu memeluknya erat bahkan mengendus rambutnya yang sudah pasti bau keringat, tetapi tampaknya cowok itu tidak masalah dan bahkan semakin mengeratkan pelukan. Kayla bisa merasakan Keano kini tengah tersenyum di lehernya yang tertutupi rambut.
"Lepas, Ken. Gue nggak mau lo dibantai kembaran gue." Akhirnya pelukan Keano mengendur, cowok itu mundur satu langkah sehingga Kayla bisa melihat ekspresi Keano dengan jelas. Sama sepertinya, Keano juga tampak merona. Meski begitu, cowok itu menatapnya lurus, menjelajahi mata Kayla hingga Kayla hampir lupa bernapas.
"Gue percaya." Keano mengacak pelan rambut Kayla lalu tersenyum manis. Sedetik kemudian Kayndra datang sambil teriak-teriak.
"Gue kira lo nggak bakal lepasin Kayla, Ken. Baru aja mau gue gampar, lo. Jadi, udah resmi jadian?" Kayla ditarik Kayndra untuk menjauh. Ditanya seperti itu membuat Kayla merona, rasanya seperti ketika ditembak Keano beberapa minggu lalu. Keano sepertinya sama saja. Cowok itu juga merona meskipun tidak terlalu merah.
"Udah, 'kan, Kay?" Keano! Kenapa Keano malah bertanya padanya? Batin Kayla kesal. Kayla mengangguk malu-malu kemudian berjalan cepat menjauhi kedua cowok itu, tetapi sialnya, empat teman Kayndra yang lain kini tengah menatapnya dengan heran.
"Woro-woro, cuk! Kembaran gue, a.k.a. Kayla udah jadian sama si bangke Keano ini. Jadi, buat kalean-kalean yang pengen deketin Kayla, udah, nyerah aja, Keano menang duluan, geng! Sialan!" Kayla mendengar dengan jelas suara Kayndra dari kamarnya, begitupun sorakan teman-teman Kayndra yang dipenuhi umpatan. Apa-apaan, sih, Kayndra? Malu-maluin aja! Pikir Kayla.
Mendadak Kayla teringat dengan buku birunya. Rasanya sudah lama ia tak menulis puisi, bahkan ketika perasaannya gamang akhir-akhir ini ia juga tidak menulis. Biasanya ia selalu menuliskan apapun yang dipikirkannya atau yang dirasakannya dalam sebuah puisi. Kayla tidak tahu cara menulis buku diary, jadi ia mengubahnya menjadi puisi. Ia juga memublikasikan puisinya di Wattpad yang saat ini pembacanya sudah mencapai lima ratus tujuh puluh ribu pembaca. Kayla mengambil buku itu, membuka pada halaman yang dibatasi oleh seuntai pita biru gelap. Kayla mulai menulis dengan pensil mekanik warna biru langit yang terselip di buku itu.
-Jika Ini Memang Cinta-
Cinta ini membuncah
Rindu ini tiba di puncak
Kasih ini telah di ujung
Renjana ini sudah terpikatEntah bagimana
Cinta ini mendadak tumbuh
Seolah bersemi ketika aku tak terjaga sehingga aku tak tahu
Sadar-sadar cinta ini telah menari-nariTuhan,
Jika ini memang cinta
Beri aku cinta yang sebenar
Cinta yang menuntunku sehingga tertawaJika ini memang cinta
Kuharap cinta ini tak pernah berakhir sebelum senja
Atau bahkan ketika waktu tak sanggup lagi berdetik
Kuharap cinta ini akan terus mengusikJika ini memang cinta
Izinkan aku menyimpan cinta ini
Biarkan cinta ini memenuhi relung hatiku yang lama sunyi
Perkenankan cinta ini tumbuh hingga matiKayla membuka lembar baru, kemudian mulai menulis lagi. Air mata menitik di bukunya tanpa ia sadari.
-Aku Ragu, Aku Rindu-
Aku ragu, aku rindu
Aku ragu, aku juga rindu
Aku ragu dengan cintaku
Tetapi aku masih egois merinduSedangkan aku sendiri belum mengerti
Apa arti cinta ini
Apa alasan cinta ini
Kutakut aku hanya terbuai dan lupa diriTetapi rindu ini terus mengejekku
Terus menyuruhku menghampirimu
Mendorongku untuk memelukmu
Demi melihat lagi gelap matamuHingga akhirnya kamu datang lebih dulu
Entah lelah menungguku, atau lelah merinduku
Kamu memelukku
Air mataku jatuh menghapus ragukuAku mencintaimu karena dirimu
Kayla tersenyum dalam tangisnya, menertawakan sekaligus menangisi kebodohannya. Jika meyakinkan dirinya semudah ini, sudah sejak tiga minggu lalu ia akan memeluk Keano lebih dulu. Namun, sudah terlanjur, yang terpenting baginya adalah sekarang ia sudah yakin dengan perasaannya.
•••••
BersambungPendek dulu, ya, gaes. Gue gatau lagi mau nulis apa di part ini. Tetep gue update biar gue bisa lanjut di pov nya Keano.
Thanks.
Salam, penulis.Kediri, 19 April 2020. 7.40 am
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Bunga
Teen FictionTelah tersedia di store guepedia.com Blurb : Di antara bunga-bunga yang mekar Aku bisa melihatmu dengan jelas Di antara bunga-bunga yang mekar Aku mencintaimu dengan lugas Dan di antara bunga-bunga yang mekar pula Kamu bersembunyi dariku, mencegahku...