02

698 91 2
                                    

"Kalian sepasang kekasih ?" pertanyaan Dasom berhasil membuat Seulgi membulatkan matanya.

02.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Dia bukan tipeku." Seulgi menjauhkan tubuhnya dari Taeyong. Mendekat ke arah Dasom. Taeyong hanya diam. Membungkukkan badannya kepada Dasom,

Dasom juga membungkukkan badannya pada Taeyong. Membuat Seulgi bertanya-tanya. Ia lantas beralih menatap Dasom. Seakan paham dengan tatapan mata Seulgi, Dasom tertawa.

"Ah- Taeyong ini adik dari temanku." Dasom mencoba memperkenalkan Taeyong pada Seulgi. Namun sepertinya Seulgi butuh keterangan lebih.

"Kakaknya adalah temanku saat kuliah di Seoul." lagi Dasom menambahkan sebuah kebenaran. Dan benar saja itu berhasil membuat Seulgi mengangguk anggukkan kepalanya tanda ia paham. -"Dia satu tahun lebih muda dari kita."

"Dia bahkan lebih muda dari aku. Tapi apa yang dia perbuat tadi ? Berani sekali." batin Seulgi.

"Taeyong-ssi, apa kau menginap disini juga ?"

"Oh. Ne Noona. Kamarku tepat di depan kamar anda." Tersenyum. Taeyong tersenyum. Melihat hal itu Seulgi mendegus kesal.

"Ck. Sok manis sekali dia."

"YA! Berhati hatilah kalau bicara." Dasom mencoba memperingatkan Seulgi agar berhati-hati dalam berbicara.

"Eugh. Noona, sepertinya aku harus segera pergi."

"Oh- begitu ya ? Baiklah hati-hati di jalan." Dasom terlihat melambaikan tangannya. Sedangkan Taeyong memilih membungkukkan badannya lalu pergi. Tak lupa ia juga membungkukkan badan kepada Seulgi. Namun gadis itu malah membuang muka.

"Seulgi jangan terlalu keras padanya."

"Apanya ? Aku ? YA! Perlu kau tau, aku ini adalah korban disini." Seulgi melipat tangannya di depan dada.

"Korban ? Korban apa ?"

"Ah- aku terlalu malas untuk menceritakannya. Ayo kita makan cupcake saja."

Dasom hanya tersenyum. Lalu, ia dan Seulgi memilih masuk ke kamar dan memulai obrolan yang mungkin akan berakhir sampai malam.

***
Taeyong terlihat duduk bersila di bibir sungai Han. Sesekali ia melempar batu kecil yang ada di sekitarnya ke sungai. Sampai akhirnya di lemparan terakhir, Taeyong bersiap melempar. Ia bangkit dari duduknya dan melemparkan batu kecil tersebut dengan sekuat tenaga.

"Arrghh-" teriak Taeyong. Wajahnya terlihat memerah, matanya mulai berkaca-kaca. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dan akhirnya, air matanya mulai mengalir, melewati pipinya, rahangnya dan jatuh.
Taeyong terduduk, ia terisak pelan. Mengingat kejadian semalam. Tentang perjodohan, Taeyong muak dengan sikap ayahnya. Ayahnya selalu melakukan sesuatu hal seenaknya, tanpa terkecuali mengatur hidup Taeyong.

***

"Seulgi, sepertinya kau harus pulang sekarang." Dasom berdiri dari duduknya, mengambil mantel coklatnya.

"Kau mengusirku ya ?" Seulgi memicingkan matanya kepada Dasom.

"Tidak- bukan seperti itu. Tapi aku ada janji dengan ayah." Dasom mengambil tas kecil berwarna hitam yang tergeletak di meja riasnya.

"Ah- begitu. Baiklah aku akan pulang. Hati-hati di jalan ya ?" Seulgi ikut bangkit dari duduknya. Menghampiri Dasom yang sudah berada di dekat pintu, memeluk Dasom.

Dasom membuka pintunya, Seulgi mengikuti Dasom untuk keluar dari kamarnya. Mereka berdua berjalan menuju lift. Dan berpisah di depan penginapan. Dasom menawarkan tumpangan kepada Seulgi namun gadis itu menolak, dengan alasan tak ingin membuat Paman Kim menunggu.
Akhirnya Seulgi memilih untuk pulang dengan menaiki bus. Setelah tiba di pemberhentian bus yang tak jauh dari penginapan, Seulgi segera duduk, memasang earphone dan mulai memutar lagu dari Sejeong - Plant.

Everything To You : SeulYong [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang