"Dunia nggak perlu tau masalah gue, tapi tentang kebahagiaan gue semua wajib merasakannya juga,"
Aquaren L. R.***
Kringg... Kringg... Kringg!
"Mampus gue! Jam tujuh tiga puluh?" Seorang gadis yang tengah berbaring cantik terlonjak kaget saat melihat alarmnya. Tanpa basa basi dia melempar alarm itu ke sembarang arah, masuk ke kamar mandi lalu menyelesaikan ritual paginya.
"MAMA GANTENG, PAPA CANTIK, MAGGIE LINDEMANN BERANGKAT DUKU! PIE, PIE!" teriak gadis itu sambil menyalami kedua orang tuanya.
"DASAR ADEK DURHAKA! ABANG TERGANTENG LO INI KAGAK LO SALAMIN?!" teriak seorang laki-laki tampan dengan setelan jas yang sudah rapi ditubuhnya.
"HEH! Anak siapa sih itu? Mana ada mama ganteng, papa cantik!" gerutu wanita cantik berumur sekitar 50 tahunan.
"Emang dasarnya itu anak minta disekolahin, yak! Ngomong aja kagak ada yang sinkron sama KBBI," ujar seorang laki-laki berumur tak jauh diatas istrinya dengan ayam digendongannya.
"Bukannya emang tuh bocah mau sekolah ya, Pa?" tanya laki-laki tampan berjas.
"Ah, iya, lupa. Udahlah, papa mau urus anak-anak papa tersayang," ujar laki-laki itu sambil melenggang pergi meninggalkan dua insan yang menatapnya dengan pandangan lelah.
"Nggak pernah berubah," gumam mereka berdua.
"Papa kamu tuh!" celetuk wanita cantik dengan apron yang menghiasi pakaiannya.
"Suami Mama juga kan?! Udahlah, anak mampap tergans ini mau berangkat. Assalamu'alaikum," pamit laki-laki tampan dengan jas sambil menyalami wanita itu.
"Untung tuh anak satu masih ada 10 watt kewarasannya," gumam wanita itu sambil geleng-geleng kepala.
Di lain tempat, gadis dengan motor sportnya tengah berkendara dengan ugal-ugalan di jalan raya, bahkan hingga tak sadar banyak insan tak berdosa yang mengumpatinya. Setibanya di sekolah, ia langsung memarkirkan motornya ke warung belakang sekolah lalu mencari cara agar bisa masuk ke sekolah tersebut.
"Mal--eh! Assalamu'alaikum pak satpam, bisa tolong bukakan pintunya?" Gadis itu memelankan nada bicaranya membuat nada itu seanggun mungkin.
"Nggak bisa atuh, Neng. Eneng telat, jadi nggak bisa masuk," ujar seorang satpam bernama Malik.
"Ehm, begini Pak, saya ini anak pindahan. Kalo di sekolah saya dulu masuknya jam 8 jadi kelupaan tadi," ucap gadis dengan kerudung hitam yang berada di depan gerbang.
"Loh? Indonesia teh yang sekolahnya masuk jam 8 anak TK, Neng. Eneng geulis jangan berani-berani bohongin saya, ya," balas Malik sambil menodongkan tongkatnya.
"Saya memang bukan dari Indonesia, Pak. Saya pindahan dari Mesir dan tadi malam saya sampai di Indonesia. Itu juga salah satu alasan saya telat. Apa saya masih tidak boleh masuk? Sebentar-sebentar." Gadis itu mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya, lalu menempelkannya pada telinganya.
"Na'am. Tapi saya tidak boleh masuk, Pak. Oh, iya, ini saya coba buat bicara sama Pak Malik. Bu Agatha? Oh, iya, Bu, baik. Iya, saya sepupu kepala sekolah. Benar, iya, Bu. Wa'alaikumsalam," ucap gadis itu seraya kembali mengantongi ponselnya.
"Kamu kenal dengan Bu Agatha? Dan tadi kamu bilang kamu sepupu kepala sekolah?" Gadis itu mengangguk perlahan dengan anggun.
"Na'am. Maksud saya, iya, saya sepupu kepala sekolah, Pak," ujar gadis itu sambil tersenyum.
"Yah, nggak bilang dari tadi, Neng. Ya sudah silahkan masuk, maafkan bapak, ya, Neng geulis," ujar Malik sambil membukakan gerbang.
Gadis itu berjalan masuk dan berterima kasih pada Malik. Kemudian dia berjalan cepat menuju kelas.
"Aqua!" Teriakan seorang laki-laki menghentikan langkah gadis itu.
"Lo kesurupan syaiton alim dari mana? Abis kepentok gagang pintu masjid ya, lo?" ujar laki-laki dengan jambul disampingnya.
"Asem ya lo berdua! Mau bogem kanan apa kiri? Masih pagi nih," ucap gadis itu sambil melepaskan kain dikepalanya.
"Eh, gue kayak kenal tuh kain," ujar laki-laki dengan tindik di telinga kanannya.
"Gue ambil dari ruang BK kemarin," ujar gadis itu santai.
"Wedeh! Itu mah taplak meja, Ontong!" celetuk laki-laki dengan jambul.
"Lah, itu sarung gue, 'kan? Woah, iya! Itu sarung gue! Pantes gue cari kagak ada! Lo yang curi, A?!" lanjut laki-laki itu.
"Enak aja lo, derek mobil! Gue ambil dari laci yang kebetulan gue bobol hari jum'at," jawab Aqua santai.
Aquaren Lightine Renanta. Cewek kelas XII IPS 3 yang terkenal suka buat onar di SMA GUNADARMA tercinta. Dan dua temannya itu adalah kawan setia yang menemaninya disaat dia memulai aksinya.
Si cowok manis bertindik, namanya Jeremi Bagaskara. Panggil saja Jere, si tukang nyolong tahu walik di kantin Mbok Sri. Yang satunya lagi, si laki-laki berjambul yang sok cool, itu namanya Darel Agha Leonel. Tapi Aqua lebih suka memanggilnya 'derek mobil'. Dia itu playboy yang mengandalkan jurus 1001 gombalan maut yang ia curi dari jinnya Aladin dan tentunya ketampanan amatirnya juga.
Tidak lupa dengan gelarnya sebagai anggota tim basket GUNADARMA yang terkenal dengan permainannya yang bagus dan sering menjuarai pertandingan. Mereka satu kelas di kelas XII MIPA 3. Kenapa mereka bisa masuk kelas MIPA padahal mereka itu badboy dan sering bolos? Itu adalah rahasia Tuhan.
"Balikin, A! Entar gue kalo jumatan make apa dong? Cuma satu itu elah yang gue bawa ke sekolah," ujar Darel merengek.
"Nyoh, Mas! Aku wes ra butuh!" Dengan kasar Aqua melemparkan sarung yang baru ia lepas tepat ke wajah Darel.
"AQUAREN, DAREL, JEREMI!! KEMARI KALIAN!" Mereka bertiga menoleh cepat ke sumber suara membuat suara heels itu semakin mendekat dengan nada tajam.
"Hukum bertindak, A! Mampus kita," ujar Jere sambil meneguk ludahnya sendiri.
"Tenang aja, gue jamin kalian nggak akan dapet masalah seperti biasa," ujar Aqua santai.
"Kalian mau bolos, 'kan?" Guru cantik itu memasang wajah murka, dengan sekali gertakan, dia mampu membuat kedua laki-laki yang mengapit Aqua ketakutan.
"Nggak. Karena kalo kami bilang iya, pasti nggak bisa juga, 'kan, Bu? Karena apa? Karena ibu akan membawa kami ke BK, benar?" ujar Aqua dengan santai membuat perempuan cantik di depannya melotot garang.
"Santai Bu Agatha cantik! Tadi pas saya mau ke kelas, saya liat mereka baru dari toilet. Eh, kebetulan saya mau sekalian kembaliin sarung Derel yang ketinggalan di rumah kakek saya, jadi saya panggil mereka," jelas Aqua dengan sopan pada Agatha.
"Baiklah, sekarang kalian cepat masuk kelas!" Mendengar ucapan Agatha barusan, mereka langsung berbalik hendak menuju kelas agar tidak terkena masalah.
"Eh, kamu mau kemana, Aquaren Lightine Renanta?" tanya Agatha saat melihat Aqua ikut berbalik.
"Tadi ibu suruh kami pergi ke kelas, lupa apa pikun, Bu? Cantik-cantik kok udah melihara penyakit pikun, sih," celetuk Aqua membuat Agatha seketika naik darah.
"Apa? Mau marahin saya? Ti-ati darah tinggi ibu kumat!" tukas Aqua sambil tertawa bahagia melihat Agatha yang terdiam karenanya.
Tapi entah kerasukan monyet dari mana, tiba-tiba Agatha tersenyum manis membuat Aqua waspada dan menaruh milyaran curiga pada guru cantik tersebut.
"DARIUS!"
***
Hello, Guys! I'm back! AQUARIUS PINDAH LAPAK YAU!🤩🤩 Yang awalnya di lapak Naturalwriting jadi di sini ya, Guys! Lapak aslinya author. Thank you for your stay:) RAMAIKAN!
KAMU SEDANG MEMBACA
AQUARIUS [END]
Teen Fiction[PINDAH KE HOTBUKU] [PART LENGKAP ADA DI HOTBUKU] "Lo bisa jadi sempurna, kenapa harus berpura-pura? Saat lo yang sebenarnya bisa milikin semuanya, kenapa lo milih menantang diri lo sendiri, Cewek Bunglon?" Darius Bintang Septihan, ketua osis tampan...