5. Bimbingan Pertama

613 100 23
                                    

"Jeff?" Sapa Yeri saat baru saja datang dan melihat Jeffrey sedang berdiri didepan salah satu ruang dosen di dalam gedung fakultas. Dia bersandar pada tembok seberang. Tangan kanannya memainkan handphone, sedangkan tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celana jeansnya.

Jeffrey menolehkan wajahnya ke samping, "Yeri?" kemudian tersenyum, "Selamat pagi."

"Eh?" Yeri sedikit bingung, nggak biasanya seseorang menyapanya dengan ucapan selamat pagi selain dosen, karena sepertinya sapaan seperti itu terdengar terlalu formal untuk hubungan pertemanan, "Pagi juga Jeff." Balas Yeri, sedikit kaku.

"Mau bimbingan ya?" Tanyanya setelah melihat map berwarna merah jambu yang dibawa Yeri.

"Iya, lo juga?"

"Iya, tapi dospem gue belum dateng."

Yeri berjalan menuju depan pintu ruang dosen. dirinya berjinjit untuk mengintip apakah dosennya sudah disana atau belum. setelah itu dia kembali lagi berdiri disamping Jeffrey, "Belum dateng juga dospem gue ternyata."

"Akhirnya gue ada temennya." Jeffrey merasa lega, "Pegel banget kaki gue daritadi berdiri. Mana diliatin adek tingkat terus, gara-gara berdiri sendirian kayak patung sesembahan!"

"Siapa yang mau nyembah lo?"

"Mana tau nanti ada yang lempar kemenyan ke muka gue?"

"Lo mau? Gue lemparin kalo mau."

"Jangan, nanti gue malah kesurupan. Emang lo bisa ngatasin nanti kalau gue tiba-tiba kejang-kejang?"

"Kalo nggak sampe berbusa sih bisa."

"Lo apain?"

Yeri terkekeh, "Gue iket doang."

"Emang gue kambing apaaaa?" Katanya, "btw, Lo milih dospem siapa, Yer?"

"Pak Budi. lo sendiri milih siapa?" Yeri bertanya balik.

Jeffrey terkejut, "Sama, gue juga milih Pak Budi." jawabnya, "Kok gue bisa nggak tau ya kalau dosen pembimbing kita sama?"

"Loh, serius? gue juga nggak tau." Ujar Yeri yang nggak kalah terkejut dengan Jeffrey.

"Tau nggak?" Kata Jeffrey, mendekatkan dirinya dengan Yeri. berbisik, "denger-denger, Pak Budi kalau nguji Skripsi ngeri, apapun yang kita ucapin nantinya beliau udah pasti ngebantah. Dosen paling ditakutin sih katanya di fakultas."

"Serius? berarti nanti kita bimbingan dibantah terus dong?" Yeri jadi takut, tiba-tiba nyalinya ciut. Sedikit terbesit rasa penyesalan juga karena sudah memilih Pak Budi.

"Bisa jadi— tapi nggak masalah, minimal nanti pas sidang Skripsi kita nggak dibantai abis-abisan sama Pak Budi soalnya beliau kan pembimbing kita." Ujarnya, "makanya gue pilih jadi dospem gue, biar gue malah dibelain sama Pak Budi pas sidang, bukan malah didebat sampe pusing, hehehe."

Yeri cuma gedek aja dengerin alasan Jeffrey yang sangat nggak akademis,ya walaupun logis juga sih, "Dasar lu ya, nggak jelas banget."

"Tapi bener kan gue?" Kata Jeffrey, "emang lo nggak mikir gitu juga?"

Sebelum sampai tahap bimbingan ini, Yeri harus mengajukan kepada dosen pembimbing setelah lembar persetujuannya disetujui oleh Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi. berkas pengajuannya harus disetujui oleh pembimbingnya, tetapi Pak Budi waktu itu memang nggak langsung setuju begitu saja. Perdebatan hingga berhari-hari harus dilalui oleh Yeri. untung saja hasilnya cukup bagus, lembar persetujuannya sekarang sudah terbubuhi tanda tangan Pak Budi. Berarti perkataan Jeffrey yang tadi nggak salah juga, Pak Budi emang galak, tegas dan teliti.

SEMESTER AKHIR; Jung Jaehyun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang