20. Hati Yang Tersakiti

4.9K 678 376
                                    

Aku tidak pernah merasakan dikecewakan oleh kamu, tapi sekalinya kecewa. Kamu mampu meremukkan hati dalam sekejap.

• Faatina Areta Khavira •

• Faatina Areta Khavira •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















"Hoek…hoek…" Areta berusaha memuntahkan isi perutnya, namun nihil.

Sejak subuh tadi perutnya bergejolak, benar-benar menyiksa. Namun dia tahu bahwa sekarang tengah mengalami morning sickness.

Areta membasuh mulutnya dengan air yang mengalir dari wastafel. Air matanya kembali turun. Areta menangis, lagi.

Harusnya saat-saat seperti ini ada Danish yang menemani, harusnya pagi ini dia tengah bermanja, meluapkan segala kerinduan yang tercipta. Namun semua hanya angan semata.

Danish pulang membawa luka, membawa duka yang mampu meremukan hatinya dalam sekejap.

Areta duduk di atas lantai, menyender pada kasurnya. Menangis seorang diri dan hanya ditemani oleh rasa sakit dan sepi.

Areta menekuk kedua kakinya, memeluk dan menenggelamkan wajah di sela-sela kedua kaki.

"Mama…" ucapnya pelan. Areta butuh sebuah pelukan hangat dari sang Mama, sebuah pelukkan yang akan menghantarkan pada sebuah kenyamanan.

"Mama… Kak Danish jahat hiks…"

Pernikahannya baru seumur jagung, namun badai yang datang begitu besar. Rasanya sungguh berat untuk bertahan dalam kondisi ini, rasanya ingin pergi sejauh mungkin dan lupa akan rasa sakit yang tengah dialami.

Areta sudah mengadu pada Dia yang menulis takdir hidupnya, bukan maksud untuk membantah jalan hidup. Areta hanya ingin lebih dibimbing untuk menentukan sebuah pilihan setelah ini.

Bersiap untuk tetap menjadi satu-satunya atau justru pergi dan membiarkan dia yang akan menjadi satu-satunya dalam hidup Danish.

“Ya Allah… ini sangat sakit, namun atas izinmu hamba memohon. Kuatkan hamba dalam melangkah menjalani hidup.”

Di sisi lain, Danish baru saja masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju dapur. Tangannya menenteng satu kantong plastik besar berlogo mini market, dia membeli susu untuk ibu hamil.

“Sudah pulang Dan?” ada Humaira di sana, perempuan itu tengah menyiapkan sarapan. Danish tersenyum tipis.

“Sudah, Areta belum turun?” tanyanya sambil menaruh plastik itu diatas meja pantry. Humaira menggeleng.

You Are The One [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang