Ghalea - Bab VI . Undangan

50 8 0
                                    

Seisi rumah sakit digegerkan dengan adanya undangan dimeja mereka masing-masing. Bahkan sampai ibu kantin dan securitypun dapat undangan ini. 

"Ini Ibra nggak nge-prank kan Ghal?" dokter Ayu menanyakan hal tersebut ke Ghalea yang baru saja duduk. 

"Lah, dikira geng Gledek, nge-prank doang hiudpnya, nggak lah dok, beneran ini mas Ibra sama mbak Azhari merit, tadinya mau diem-diem gitu, ya nggak seru dong kalau diem-diem bae, kaga ada pesta kaga makan enak. Betul tidak?" komentar Ghalea panjang lebar.

"Ghal, yang sabar ya," dokter Ayu berucap prihatin.

"Lha? Kok?"

"Ghal... Lo bener ditinggal merit dokter Ibra?" pertanyaan lain dari dokter Shinta yang masih terlihat terkejut dan histeris membaca undangan.

"Untung dokter lo berdua," Ghalea berujar sengit.

"Ih, selama ini beredar gossip kalau lo ada main sama dokter Ibra tau, cuman karena lo selingkuh sama Setyo jadinya semua bubar, tapi karena dokter IBra memang orangnya baik jadi dia sering nolongin kalau Setyo gabisa." dokter Ayu terlihat serius menyampaikan segala unek-unek dihatinya.

"Drama sih, lo kan nggak cakep banget Ghal, gw sih gapercaya tapi yang namanya gossip ya kan," dokter Shinta menimpali

"Kok gw selingkuh sih? Nggak ya Allah, mas Ibra sama mbak Azhari emang udah lama, kalian aja yang nggak ngerti. MAs IBra kan pemalu orangnya," protes Ghalea

"Apa kabs bebs... Duh telat gw, eh lo gimana jadi berangkat sama Ibra?" Setyo tiba-tiba datang menyela. 

"Nih berdua udah histeris, masa katanya gw pacaran sama mas Ibra terus selingkuh sama lo Yo!"

"Eh siapa yang ngomong?" Setyo ikut-ikutan bermimik tidak terima. 

"Ininih dokter Ayu, padahal gw kalau nyari selingkuhan ya yang lebih tajir lah, masa yang kaya Setyo, modelan gw mah, beh... minimal Christ Hemsworth lah ya," 

"Songong nih, punya plastik sampah nggak kalian pengen muntah nih, apa muntahin ke Lee sekalian?"

Penjuru IGD tertawa mendengar seruan Ghalea dan Setyo memang duo lawak ini tidak ada bandingan. Untung saja pekerjaan mereka pun begitu, Setyo yang telaten dan sigap dan Ghalea yang teliti dan waspada. KEduanya termasuk tim gercep rumah sakit ini. 

Semua terjadi berkat Ibra juga. Seandainya Ibra menjemput Ghalea waktu itu, tidak lahir duo gila di Wikrama. 

***

Ghalea melirik jam tangannya sekali lagi, dia amat sangat penat dan memilih duduk di bangku panjang dekat parkiran sejenak. 

Manusia banyak berlalu lalang meski ini sudah pukul 11 malam. 

Tidak peduli. Tidak peduli jam berapapun anda melangkahkan kaki, manusia akan tetap banyak bergentayangan disini. Mulai dari orang sakit yang tidak kenal waktu, hingga penolong orang sakit yang kehabisan waktu. Seperti Ghalea ini. 

Mulai dari pukul setengah tujuh pagi, hingga jam sebelas malam Ghalea baru bernafas lega. Waktu  memperbolehkannya untuk memandang lingkungan sejenak tanpa tuntutan. 

"Kamu belum pulang?"

Ghalea memandang manusia tersebut dengan malas. Bukannya dia tau dirinya adalah junior yang sedang diperbudak menggantikan senior yang tidak masuk. Ghalea yang kesal rasanya tidak mau menjawab. Tapi senioritas sangat kental di Indonesia, salah-salah besok cutinya dibatalkan.

"Saya sudah selesai shift," Ghalea menjawab agak ketus. Sekilas ia melihat seniornya menahan tawa. Laki-laki jangkung itu mengangguk memberi senyum maklum.

"MAu bareng? Sepertinya dokter koas itu belum datang juga, sudah malam, kamu juga butuh istirahat," 

Ghalea sekejap bingung, setelah mengetahui yang dimaksud adalah IBra, dia ingin tertawa hingga punggungnya melengkung. 

Ibra memang tidak akan menjemput dan ia masih belum pesan ojek online, terlalu pening. 

"Tapi..." meski jiwa peritungannya tinggi Ghalea tetap waswas, biar bagaimana dia tidak ingat senior ini termasuk daftar laki-laki yang perlu dihindari apa tidak. 

Seminggu setelah masuk Ghalea punya daftar lelaki yang sudah menikah dan punya pacar, agar tidak menghambat kariernya. Ghalea belajar dari pengalaman.

Matanya berlari melihat tanda nama yang tidak terlihat. 

"Saya sama lelahnya seperti kamu, mari, jangan sungkan," 

Laki-laki berkacamata, yang kemarin mengeluh karena kebanyakn IGD daripada nongkrong di Cafe. LAki-laki yang dihujat seisi IGD karena install tinder di hpnya kemudian karena malu diunnistal lagi. 

Selalu ikut acara kantor tanpa gandengan, berkali-kali makan siang bersama dengannya tanpa bertegur sapa. 

Ok fiks, LAki-laki ini jomlo karatan. Ghalea memandang wajahnya sekilas. 

Pantes sih, jelek. 

Tapi tidak masalah yang penting Ghalea irit ongkos, diantar pakai motor bebek juga gamasalah yang penting tidak mogok dijalan. 

Ingat, jual mahal!

"Tapi kontrakan saya jauh kak," Ghalea mulai sopan menjawab. 

"Tidak apa-apa. Ayo," Setyo mulai memimpin langkah, hingga Ghalea mengikuti perlahan.

"Kamu tunggu sini aja deh, saya ambil mobil dulu ya, kamu tinggalnya dimana?"

Kini tanpa ragu Ghalea menjawab, "Alparis kak," 

Setyo mematung sejenak, 

Waduh beda arah bro, tapi terlanjur nyebur.

"Setyo aja gausah kakak, tunggu bentar ya,"  

Ghalea sedikit tersenyum ternyata hari ini ia tidak sepenuhnya sial. Dia mulai bersyukur setidaknya bisa meregangkan punggung sejenak dijok mobil nanti. 


***





GhaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang