Bel sekolah berbunyi otomatis, tepat di pukul sebelas siang. Semua orang termasuk kamu keluar, untuk melakukan kegiatan istirahat pada umumnya.
“Chan, makan siang bareng yuk. Gue denger kantin di depan sekolah baru buka lagi. ” ajak kamu kepada Haechan, teman sebangku mu.
Haechan berpikir sejenak, namun pada akhirnya dia tetap mengangguk. “Boleh, tapi sebaiknya lo izin dulu sama pacar lo. "
Kamu mengerti apa yang di maksudkan Haechan. Cowok itu meminta kamu supaya meminta izin dari Jaemin, pacar kamu.
Kamu tertawa samar, “Jaemin bisa di urus, yang terpenting sekarang kita harus cepet-cepet ke sana. Nanti makanannya keburu abis. ”
Dengan tergesa-gesa, kamu menarik lengannya. Cowok itu hanya terdiam, pasrah ketika kamu menarik-narik tangannya seperti itu.
Sampailah kamu dan Haechan di sebuah kantin yang lumayan ramai. Semua murid termasuk geng nya pacar kamu, yaitu Jaemin ada di sana. Tapi ketika kamu mencari-cari sosok cowok itu, kamu sama sekali tidak melihatnya.
Apa dia sakit, makannya gak sekolah? Pikir kamu selagi mencari tempat duduk.
Setelah menemukan bangku yang kosong, kamu kembali menarik tangan cowok itu agar duduk sebelum memesan.
“Rame banget ya, padahal baru buka. ” kamu menoleh, ketika Haechan bergeming.
Tanpa memedulikan cowok itu, kamu mengamati menu yang tergeletak di meja.
“Mau makan apa?” tanya kamu padanya.
“Apa aja. ” Haechan menjawab asal.
Kamu yang tak mau ribet, akhirnya memilih menu yang sama. Dua porsi mie ayam serta jus jeruk akan menyegarkan di tengah teriknya sinar matahari.
“Yaudah gue pesenin ya, lo duduk aja. ” Haechan mengusulkan sarannya.
Kamu hanya mengangguk.
Di saat Haechan sedang memesan, dari ujung mata kamu merasakan beberapa anak cowok yang terduduk tidak jauh dari tempatmu, sedang memperhatikanmu intens.
Kamu menyadari akan satu hal, mereka itu gengnya pacar kamu. Karena salah satu dari mereka itu selalu berbisik-bisik tentang Jaemin.
“Woi ngapain kalian liatin cewek gue kaya gitu. ” kamu terperangah ketika mendengar suara cowok yang hampir satu setengah bulan menjabat sebagai pacar kamu itu.
Ketiga cowok itu menggeleng keras.
“Lo sama cewek lo, baik-baik aja kan bro?”“Yaiyalah, emang kenapa sih. ”
“Gak, kita cuma heran. Soalnya tadi dia datang sama Haechan, gue kira lo sama pacar lo itu lagi ada masalah. ”
Kamu yang mendengar semua itu hanya memejamkan mata, kesal yang hanya bisa ia tahan dengan penuh sabar.
Perasaan kamu mendadak aneh, saat Jaemin mendekat ke arahmu. Memelukmu dari belakang hingga mengecup pipimu lembut.
Desiran darah terpacu sangat cepat, kamu gugup meski kamu dan cowok itu adalah sepasang kekasih.
Aduh semoga aja Haechan lama di sana, gue gak mau Jaemin salah paham. Kamu terus berdoa dalam hati, berdoa untuk kemungkinan yang pastinya bakal kamu sesali.
“Kamu datang kesini sama siapa, babe. ” tanya Jaemin kepada kamu.
“Sama Hae__. ” kalimat kamu terputus, saat cowok berambut hitam arang itu meletakan nampan di meja.
Jaemin mengangguk. “Gue ngerti, oke, ternyata lo perginya sama cowok ini. ”
Terdengar nada meremehkan dalam kalimatnya. Namun Jaemin tetap memasang wajah acuh, untuk tidak memperburuk keadaan.
“Gue pergi aja ya, gak enak kalo gue ganggu acara makan siang kalian. See you, honey. Gue tunggu penjelasan lo. ”
Jaemin membawa langkahnya pergi.
Kamu hanya bisa menghela napas, lalu menatap Haechan sesaat. Berharap ada saran dari kesalahpahaman ini.
“Makan aja dulu, cemburunya cowok lo itu wajar. Lo butuh tenaga buat minta maaf, abisin makanannya. Abis itu kita ke kelas. ”
Kamu hanya mengangguk samar, mematuhi perkataan cowok itu dengan memakan mie ayam di mangkuk yang hampir dingin.
***
Gabut sumpah ih:v
Kasih saran atuh euyy, gabut abdi teh.
Btw itu teh, masih ada lanjutannya. Tapi abdi na hoyong di dua part keun.