Ciri Khas Perasaan

159 3 0
                                    

1. Subyektif

Kesukaan saya terhadap tempe hangat, termasuk jika dibandingkan dengan ayam goreng, terkesan tidak obyektif. Dari tinjauan nilai gizi jelas ayam lebih bergizi, dari unsur bahan daging lebih enak daripada kedelai (saya bukan seorang vegetarian). Dari unsur harga meski terkesan mahal tapi saya pernah beli sepotong ayam seharga Rp1.000 sama dengan harga tempe. Secara obyektif seharusnya ayam lebih dipilih daripada tempe hangat. tapi bagi saya berbeda, bagi saya tempe lebih punya "taste". Saya nggak peduli orang mau bilang apa, suka-suka saya mau makan apa. Inilah subyektifitas saya tentang tempe hangat. Sangat mungkin setiap orang memiliki selera perasaan yang berbeda-beda, terserah dia secara subyektif.

2. Mudah Berubah

Apa yang kita benci hari ini, bisa jadi menjadi kita sukai keesokan hari. Apa yang anda rasakan saat ini ketika membaca ini akan berubah ketika anda membacanya kembali di lain waktu. Nasi goreng yang terasa nikmat saat kita sarapan sangat mungkin membosankan bagi kita kalau kita memakan menu yang sama siang harinya. Begitulah, perasaan kita senantiasa berubah-ubah. Namun kadar perasaan itu sangat di pengaruhi oleh prosesnya. Sebuah proses yang lama akan melahirkan perasaan yang lebih mendalam di bandingkan dengan proses yang cepat. Orang yang jatuh cinta karena proses pembiasaan akan lebih bertahan daripada yang cinta pada pandangan pertama.

3. Tidak Berdiri Sendiri

Perasaan tidak bisa muncul tanpa adanya stimulasi atau berhubungan dengan proses jiwa yang lain. Perasaan baru muncul ketika kita melakukan pengamatan, atau berfantasi atau berpikir, atau ketika kita mengindra. Perasaan tidak akan merasakan apa-apa jika tidak ada stimulasi apapun.

4. Mengandung Penilaian

Dalam merasa sebenarnya kita membandingkan dengan perasaan-perasaan yang pernah kita rasakan sebelumnya, sebelum kemudian kita menilainya. Ini menyenangkan atau tidak menyenangkan, apa yang menyenangkan bagi seseorang belum tentu menyenangkan bagi orang lain. Seseorang mungkin sangat menyenangi uang karena pernah merasakan nikmatnya punya uang atau karena menderitanya orang tidak punya uang.

5. Bekerja Berdasar Prinsip Kesenangan

Perasaan tidak memilih apa yang benar-benar atau baik-buruk. Ia hanya memilih berdasar prinsip kesenangan, mana yang menyenangkan bagi jiwa itu yang selalu ia pilih. Perasaan tidak pernah memilih jalan penderitaan, setiap penundaan terhadap kesenangan akan menimbulkan penderitaan, karena itu ia bersifat hedon.

MEMBACA PIKIRAN ORANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang