Untuk kesekian kalinya aku mengusir seseorang yang telah lebih dulu duduk di sini.
Entah apa yang mereka sukai dari perpustakaan ini, selain karena koleksi bukunya yang lengkap, menurutku ini sama seperti perpustakaan lainnya; membosankan!
Aku jijik jika harus berkumpul bersama makhluk berkaca mata tebal yang menjadikan buku sebagai makanan pokoknya itu.
Lalu kenapa aku di sini? Pertanyaan yang bagus! Aku di sini bukan karena guru setan yang memberikan tugas bertumpuk dan memaksaku selalu berada di tempat penyimpan buku yang besar ini, tapi karena gadis yang kucintai selalu mendekam di sini.
Jangan berfantasi bodoh dengan membayangkan gadis yang kusukai adalah penjaga perpustakaan, atau justru gadis dengan rambut dikepang dua dan kacamata bundar yang tebal lalu wajah menyedihkan yang membuatnya disiksa senior!
Gadis itu adalah gadis biasa pada umumnya, gadis yang menyukai warna cerah dan make up tipis layaknya selebriti Korea. Rambutnya pendek sebahu dan berwarna hitam gelap, setiap datang ke sini dia duduk di dekat jendela yang terbuka.
Alasan kenapa aku selalu ingin duduk di sini, di samping rak yang berjejer tinggi adalah karena ini adalah tempat terbaik untuk menatapnya. Setiap inci wajahnya terlihat jelas dan bersinar, sejenak aku pikir dia telah keluar dari komik yang ia baca.
Oh! Benar, aku belum memberitahu kalian. Sebenarnya, gadis ini bukan tipe kutu buku yang sangat terobsesi dengan nilai, prestasi, atau semacamnya. Dia bukan jenius, sebaliknya ia adalah gadis terbodoh yang sangat mencintai komik Jepang! Bahkan beberapa kali aku mendapatinya menatap penuh keinginan ke baju aneh Sailor Moon yang terpajang di toko sebelah sekolah kami.
Angin menggerakkan rambutnya lembut, dan cahaya matahari membuat wajahnya seakan memiliki sinar sendiri, jarinya yang mungil membuka lembar demi lembar komiknya. Dia tertawa ketika gambar itu menampilkan adegan yang lucu, dan dia menautkan alisnya ketika adegan tampak lebih mengejutkan. Setiap ekspresi dari wajahnya selalu menjadi favoritku.
Sejenak, rasanya aku ingin menghancurkan, merobek, dan membakar seluruh komik di dunia ini agar dia tidak selalu menundukkan kepalanya, agar dia tak selalu menghalangi wajahnya dengan sampul buku, agar aku setidaknya berkesempatan melempar senyum padanya, dan agar aku bisa mendekatinya lalu menaklukkannya untuk menjadi gadisku.
Tidak seperti biasanya, kali ini gadis itu menyelesaikan bacaannya dengan cepat. Ia menutup komiknya dan berencana keluar perpustakaan.
Aku memanggil namanya untuk pertama kalinya. Ia menoleh ke arahku dengan bingung.
Saat itu, aku gugup setengah mati. Aku bingung dengan kejadian mendadak ini, benar-benar tanpa persiapan.
"Kau murid di sini?" Aku bertanya padanya dengan senyum idiot.
Sangat bodoh, jika dia bisa masuk perpustakaan sekolah ini, sudah pasti dia adalah murid di sini.
"Iya, bukankah kau sekelas denganku?" tanyanya.
Mengejutkan, aku pikir dia tidak memperhatikan lingkungan karena selalu berkutat dengan komiknya. Tak kusangka dia akan mengenaliku.
Dia masih dalam ekspresi wajah yang datar dan memperhatikan kecanggunganku.
"Zilan, sebenarnya, apa kau sangat menyukai Sailor Moon?" tanyaku.
Yang ku tahu, cara mendekati seorang wanita ialah melalui kesamaan hobi. Aku saat itu sangat tolol karena mengatakan aku menyukai kartun bodoh, Sailor Moon! Seharusnya kukatakan saja aku adalah pencinta ninja jepang dan memiliki impian melintasi gunung Fuji dengan pakaian hitam yang melilit tubuhku juga samurai panjang yang terselip di punggungku.
"Tidak terlalu, aku lebih mencintai Tanaka senpai," jawabnya seraya tersenyum ramah.
"Aku tahu dia! Aku juga penggemarnya," jawabku santai.
"Benarkah? Apa yang kau sukai darinya?" Zilan menatapku dengan antusias.
Mungkin seorang gadis memang selalu sangat bersemangat jika membahas hobinya.
"Karena Tanaka sangat keren, ia tinggi dan memiliki rambut yang keren," jawabku bersemangat.
Rata-rata pria komik pasti memiliki rambut yang sedikit gondrong dengan poni terjatuh di dekat matanya, jadi aku menyebutkan kriteria Tanaka dengan ciri umum pria komik itu, dan ternyata...
"Tanaka senpai itu botak! Dia tidak memiliki rambut, idiot."
Itu pertemuan terakhirku dengannya karena setelah itu ia menghilang entah kemana.
Menurut rumor, ayahnya menyalahgunakan uang milik perusahaan untuk kepentingannya sendiri, lalu kepolisian setempat memenjarakannya. Zilan pergi bersama ibunya karena tak sanggup menahan malu.
Aku menyesal karena tidak mengungkapkan perasaanku padanya saat itu.
Yah, pesanku untuk kalian adalah; kejadian buruk selalu datang tanpa diduga, jadi jangan menunda sesuatu sepertiku.
-SELESAI-
Sejujurnya, aku tidak pernah menyukai cerita dari sudut pandang pria. Karena menurutku, bahasa mereka terlalu monoton. Tapi, demi pengalaman, aku mencoba membuatnya. Meski pada akhirnya majas ini terlalu lebay khas remaja labil sepertiku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Short (ONESHOOT)
RomanceIni adalah kumpulan cerpen yang kubuat dengan genre (fool) romance. Sinopsis #1 Pernah dengar kisah cinta dari pasangan yang paling cocok di dunia ini? Bukan karena mereka sama-sama cantik dan tampan, tapi karena mereka sama-sama gila! LOL! (warnin...