'Menurut lo, lo itu jauh ngelinding atau masih mencoba gelantungan?'***
Pagi-pagi sekali Noe sudah ada di rumah Laras, dengan Laras yang baru saja terbangun karena kedatangan Noe.
Mau tidak mau Noe harus menunggu Laras siap, sekaligus menunggu Icut menjemput mereka. Entah akan dibawa kemana, Noe juga masih bingung bagai mana bisa secepat itu icut menemukan mamanya.
Noe sengaja tidak menghubungi Alfath, ia berencana mengabari abangnya itu setelah ia bertemu mamanya dan pulang bersamanya.
**
Ridho baru saja selesai mandi, dengan handuk putih yang masih menggantung di lehernya, sambil sesekali ia gosokkan ke rambutnya yang masih basah.
Ia jalan menuju meja makan, mengambil sepotong roti yang sudah diisi dengan selai nanas di meja makan.
Masih dengan roti di tangannya dan satu gigitan yang masih dikunyahnya. Ia memperhatikan sosok yang sedang duduk manis di sofa ruang tamu.
"Eh ada tamu yah?" Sapa Ridho, seraya duduk di lengan kursi tepat di depan Noe dengan posisi menyamping.
Noe hanya melihat Ridho sekilah lalu kembali dengan aktivitasnya semula. Diam.
Harusnya Noe sudah tidak terkejut lagi, rumah Laras rumah Ridho juga."Aturan datengnya semalem." Cuap Ridho lagi sambil menikmati roti yang hampir habis di tangannya.
"Maksudnya?" Tanya Noe bingung.
"Semalam, kan malam minggu." Ucap Ridho, santai lalu mengunyah gigitan terakhir rotinya.
"Terus?" Tanya Noe lagi
"Do, temen kamu?" Tiba-tiba seorang pria paruh baya datang dari belakang Ridho.
"Laras, pa"
"Kok kamu yang disini? Laras mana?" Tanyanya lagi, dengan santai namun terkesan tidak ramah.
"Iya pa, ini mau dipanggilin" Saut Ridho yang langsung meninggalkan ruang tamu
"Kamu yang waktu itu, ke sini bareng Ridho kan?" Tanyanya yang kali ini ke Noe dengan nada yang sama seperti sebelumnya.
"Iya, om" Jawab Noe dengan hati-hati.
"Assalamualaikum" Salam Icut, yang kini sudah berdiri di ambang pintu yang terbuka lebar
"Waalaikumsalam" Saut Noe dan Papa Laras bersamaan.
"Laras ada Om?" Tanya Icut basa-basi dengan senyum yang menampakkan gigi-gigi nya.
"Ada, lagi dipanggilin. Sini masuk."
"Makasih om" Ucap Icut, seraya berjalan ke arah Noe dan duduk tepat di samping Noe.
"Kalian berdua teman kampus Laras?" Tanya Papa Laras lagi.
"Iya, om" Jawab Icut dan Noe bersamaan.
"Ada acara apa pagi-pagi begini?"
"RASS CEPETAN TEMENNYA UDAH NUNGGU!!!" Teriak Ridho yang sengaja meninggikan volume suaranya. Sambil berjalan ke ruang tamu lagi.
"Ido, kamu ikut mereka yah!" Suruh Papanya, lalu menepuk bahu Ridho dan pergi meninggalkan ruang tamu.
"Siap pah" Ucap Ridho bersemangat, sambil meletakkan tangan kiri di kening dengan posisi hormat.
Ridho pun kembali duduk di depan Icut dan Noe sebagai tamu yang tidak disuguhi apa-apa. Menemani mereka ngobrol dan menunggu Laras. Beberapa menit kemudian Laras menghampiri 3 orang ini dan langsung mengaja Noe dan Icut berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pagi dan Senin
Ficção AdolescenteLangit sedang hujan. Aku kembali berfikir, kenapa orang-orang begitu mengagumi hujan . Bahkan tulisan tentang hujan hampir tak terhitung jumlahnya. Dari sajak, puisi, novel, bahkan pantun. Tapi aku sama sekali tidak terfikirkan tentang itu. Yang kui...