Halo Pembaca yang budiman,namaku Ardi Fabian akrab disapa Bian.e...maaf..gaya bicara saya norak ya?..mmm..Oke..saya memang tak pandai berbicara dan sepertinya saya harus lebih biasa..baiklah kita ulangi.
Hello Pembaca yang bisa baca,Aku Bian dari nama lengkapku Ardi Fabian (udah teresan akrab belum?)..ah #lupakan! Aku mau menceritakan kisah klasik remaja,ASMARA (entah masih pantas dikatakan remaja atau enggak..).Aku mahasiswa di sebuah universitas masuk jurusan ekonomi biar mudah cari duit nantinya.Aku hidup dengan kakak perempuanku dan suaminya,jadi kami bertiga.Cerita dimulai....
Masa kecilku adalah masa terberat yang pernah kualami.Tanpa bercerita ke khalayak,orang-orang sudah bisa menebak jenis kastaku dari penampilanku yang selalu kusut,pontang panting setiap hari membantu atau lebih tepatnya bekerja di sebuah bengkel dan warung. kurus,kuruus..sekali.ya,itu karena aku hanya makan sehari sekali saja dibanding pekerjaan beratku dan umurku yang masih anak-anak,itupun sisa dari makanan warung jika ada.Kalaupn tidak ada sisa,aku masih makan kok..walaupun hanya sekedar sepotong roti atau satu buah gorengan bernama bakwan atau mendoan,So jangan terlalu membayangkan betapabmengenaskannya penampakanku.Tapi aku tak menganggapnya begitu berat dulu.Asyik menikmati karena aku masih banyak teman disekolah.ya,sekolah.Hal yang aku dan ibuku tak boleh tinggalkan.Tak jauh juga dengan kakakku,Amelia.Kami bekerja untuk melanjutkan sekolah kami,disamping kami yang hanya punya ibu yang menjajakan sayuran diluar rumah sebagai penyambung hidup kami setiap hari.Ibu sudah seperti ini setelah melahirkanku.Dalam perjalanan pulang menyambut kehadiranku di dunia,maut malah menjemput ayah ditengah jalan.Tapi ibu selalu menghadirkan keceriaan dan fikiran positif kepada kami setiap hari.Jarang sekali kami menyelimuti hari-hari kami dengan kesedihan,ceria menjalani hidup wujud dari kata "bersyukur".
Dan hal yang terberat pun terjadi disini.Ibuku berbaring seminggu dirumah setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit.Memang ketika diizinkan pulang dari rumah sakit,ibu sudah mulai pulih sekitar dua hari lamanya.Hari setelahnya,ibu terbaring lagi dan rawat jalan menjadi pilihan.Kakakku yang saat itu baru selesai ujian menggantikan pekerjaan ibu sementara.Untunglah,libur yang didapatkannya banyak,selain masih bekerja malam harinya disebuah kedai.Aku mulai merasa kasihan padanya.Tapi ibuku masih saja bercanda ditengah lemahnya untuk menyemangati kami.Dan kau tahu?selama itu hanya ibu dan kakak yang tahu apa penyakit ibu.
"Bian izin nggak sekolah dua hari aja ya..?"pintaku pada ibu suatu hari
''Bian ingin ibu sembuh kan?.."tanya ibu
Aku mengangguk.
"Ibu selalu merasa lebih baik setiap harinya ketika Bian pamit berangkat sekoah dan kembali pulang dengan keceriaan Bian seperti biasa"
"tapi ibu cepat sembuh ya.."
"Bian tidak lihat? Ibu sudah bisa berjalan sendiri ke kamar mandi,duduk didepan tivi..makan dengan lahap.."
"Ibu tidak memaksakan diri kan?"..
"Ibu ya malas to kalau masih sakit jalan-jalan.Tidur aja enak.."
Senyumku mulai mengembang.
"kalau begitu Bian janji akan dapat juara tahun ini!!" kataku dengan semangat
"Oke.Ibu tunggu.3 besar kan?"
"ya,Ibu.."
Ibu meraihku dan memelukku dalam dekapan hangatnya.
Hari selanjutnya,aku melanjutkan hari seperti biasa.Seusai sekolah,aku mengecup tangan ibu pamitan pergi ke bengkel membantu disana sebagai pekerjaanku.Aku dan kakak selalu pulang malam setelah isya'.Awalnya ibu menghentikan kami bekerja karena kami yang selalu pulang malam.Tapi karena kami yang selalu belajar dan tidur tepat waktu setelahnya,ibupun akhirnya mengizinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis tempo hari
Historia CortaCinta datangnya memang tanpa aturan.Seperti apa yang dirasakan Bian tentang hatinya.Entah itu terobsesi atau memang benar-benar jatuh cinta pada gadis tempo hari.Ketika waktu mendatangkannya pada suatu kesempatan,apakah kesempatan itu akan terbuang...