prolog: intan FL

7 0 0
                                    

PRANGG.
Suara benda pecah itu membangunkan tidur Andreas. Entah dari mana asal suara itu, tapi sepertinya berasal dari dapur. Andreas melihat kesampingnya, istrinya tidak ada di ranjang.  Andreas segera turun dari ranjang lalu dengan cepat melangkah menuju dapur. Pikirannya kemana mana, Ia takut terjadi apa apa dengan Meiyra apalagi dia sedang mengandung.

Setelah sampai di dapur, seketika tubuh Andreas kaku  layaknya patung. Mulutnya sudah tak bisa berkata kata lagi rasanya sudah tak berfungsi lagi. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya ini apakah benar benar nyata.

Kepala Meiyra mengeluarkan darah segar yang cukup banyak.  darah segar lainnya juga  mengalir dari pahanya.

"Aaaaaaachhhh" Teriak Andreas.

Tiba tiba Andreas pingsan tak sadarkan diri.

...
Kubuka mataku pelan pelan. aku langsung bisa menebak bahwa aku berada di rumah sakit. Karena aku sekarang terbaring di kasur putih layaknya rumah sakit. 

Tiba tiba saja aku langsung teringat dengan kejadian Malam itu. Aku langsung bertanya tanya dalam hati dimana keberadaan Meiyra sekarang. Apakah dia baik baik saja atau malah... ah tidak tidak. Aku harus positif thinking.

Dengan pelan aku turun dari ranjang rumah sakit menuju pintu.

Aku membuka pintu, tiba tiba laki laki ber jas putih muncul di depan pintu, kurasa itu dokter.
"Dok, mana istri saya?" tanyaku langsung.

Laki laki kukira Dokter itu hanya diam.

"Dok, tolong jawab pertanyaan saya" kataku tidak sabaran. Sedangkan mataku sudah berkaca kaca.

"Maaf pak. Bapak silahkan masuk dulu dan kembali berbaring di sana" tunjuk Dokter kearah ranjang.

" Setelah itu saya akan menjelaskan" Lanjutnya.

Aku menurut pasrah. Aku kembali  berbaring di ranjang.

Dokter itu berdiri di samping ranjang.

"Istri bapak sangat luka parah. Tangannya bekas di sayat sayat pisau malah pas di nadinya. Telinganya mengeluarkan banyak darah. Setelah  dilakukan otopsi, istri bapak ternyata habis terkena cekik di bagian leher. Saya sudah berusaha untuk menyelamatkan tapi maaf istri anda sudah berpulang" kata dokter itu dengan nada bersalah.

Aku masih mencerna kata kata dokter. Berarti istriku Meiyra sudah tiada. Jujur aku tidak bisa menerima ini. Meiyra wanita yang sangat aku cintai dan aku tidak ingin dia pergi. Rasanya baru kemarin kita masih tertawa bahagia karena Meiyra mengatakan bahwa dia hamil. Tapi sekarang dia sudah meninggal bersama calon anakku yang dia kandung.

Tidak terasa air mataku menetes. Aku merasa aku cengeng sekali. Tapi apa boleh buat, air mata ini mengalir dengan sendirinya dikala mendengar penuturan dari dokter. Dadaku sangat sesak.

Tak lama kemudian, Zeva dan Delani datang. Zeva adalah teman dekat Meiyra Sedangakn Delani adik kandungku.

"Sudah baikan?" tanya Zeva.

Aku tersenyum getir sebagai jawaban.

"Yang sabar ya Andre, aku turut berduka  atas kematian Meiyra. Aku juga sedih karena aku merasa sangat kehilangan sahabatku" katanya terlihat sedih.

Aku hanya diam. Bingung mau merespon apa. karena disini bukan hanya Zeva yang merasa kehilangan tapi aku juga.

"Bisa ceritakan bagaimana aku bisa ada di sini dan tidak sempat melihat istriku di semayamkan" pintaku.

Zeva mengangguk. "Sebenarnya aku tidak tau bagaimana awalnya. Pada waktu itu jam 11 lewat tiga puluh kalau tidak salah. Aku  pulang dari kantor karena habis lembur. Aku menaiki mobilku, tapi tiba tiba saja di perjalanan aku dihadang oleh beberapa penjahat bersenjata dan meminta aku menyerahkan mobil dan handphone ku. Aku takut pada waktu itu dan tidak berpikir panjang. Dan menyerahkan semuanya."

"Aku bingung harus pulang ke apartemen naik apa. Bayangkan malam malam dimana ada taksi. Setelah mikir,  Kebetulan rumah kamu dekat dengan tempat kejadian itu. Kuputuskan saja aku kerumahmu.  Namun setelah aku berada di depan rumahmu, aku mendengar kau berteriak. Tanpa pikir panjang akupun masuk kedalam karena pintunya tidak di kunci. Dan aku sangat kaget melihat Meiyra sedang terkapar dengan darah yang cukup banyak. Apalagi kamu juga tidak sadarkan diri".

" aku langsung menelpon pihak rumah sakit. Dan tidak lama kemudian ambulance datang lalu kau dan Meiyra segera di larikan ke rumah sakit. Sudahlah ndre aku tidak kuat menceritakan kejadian itu lagi." Kata Zeva dengan mata berkaca-kaca.

Aku tidak ingin memaksakan Zeva untuk menceritakan kejadian itu sekarang. Karena aku faham bagaimana perasaannya. Pasti masih kacau dan shock sepertiku. Apalagi dia sahabat dekat dari Meiyra.

Aku hanya bisa pasrah mendengar itu. Namun setelah dipikir pikir siapa yang membunuh istriku? Aku merasa tidak tenang apabila aku tidak mengetahui kematian istriku.

" yasudah Ndre. Aku pulang dulu. Leon di rumah takut nyariin aku" pamit Zeva.

Aku mengangguk. Sebenarnya masih banyak yang ingin aku tanyakan kepada Zeva. Namun semua itu aku urungkan sementara. Kesehatanku belum pulih dan aku harus sabar akan hal itu.

Tiga hari kemudian. Aku di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Tepatnya Senin pagi, aku di jemput oleh adik perempuanku Delani.

"Mama mana Del?" tanyaku pada Delani. Sembari berjalan ke dekat jendela.

"Ibu tadinya mau ikut jemput. Tapi aku larang karena dia juga tidak enak badan".

" kakak masih pusing?" Tanya Delani  sambil membereskan baju bajuku.

"Tidak. Kakak udah sembuh" jawabku. Memang kenyataannya aku sudah merasa agak baikan. Buktinya aku di perbolehkan pulang.

Aku tidak sabar ingin segera pulang kerumahku dan Meiyra. Aku ingin segera memeluk guling yang sempat di peluk Meiyra. Aku masih shock dan tidak percaya dia pergi begitu cepat. Aku ingin segera ke makamnya.

"Ayo mas" Suara Delani membuyarkan lamunannku.

Aku mengangguk dan menyusul Delani menuju taksi yang sudah ia pesan sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KefahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang