[28] Belum Siap Melupa

3.4K 443 21
                                    

“Bilang aja, kalau kamu belum siap untuk melupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bilang aja, kalau kamu belum siap untuk melupa. Belum sanggup untuk menghapus namanya.”


***

WAKTU berjalan begitu cepat. Tidak terasa tanggal pernikahan semakin dekat, terbilang hanya tinggal sepuluh hari. Nadia berkejaran dengan waktu untuk menyiapkan semuanya. Walaupun Maimunah sudah menyewa jasa wedding organizer untuk urusan pernikahan tapi Nadia merasa kurang kalau tidak memeriksa sendiri secara langsung.

“Gedung? Check.”

Nadia memberikan tanda centang di list. Gedung tempat akad nikah dan resepsi sudah ditinjau beberapa hari lalu. Walaupun sempat terjadi perdebatan antara Achmad dan Nadia; Achmad menginginkan pesta resepsi besar-besaran tapi Dodit menginginkan sebaliknya yaitu resepsi sederhana yang hanya dihadiri kerabat dan keluarga terdekat.

“Baju pernikahan, check!”

Nadia memberikan centak lagi pada lembaran kertas yang berisikan list yang harus dipersiapkan.

“Menu makanan, check!”

“MC dan wedding singer? Check!”

Nadia mengerutkan kening. Tinggal satu permasalahan lagi yang harus diselesaikan yaitu nama-nama orang yang diundang. Nadia dan Dodit belum membahas soal itu.

“Daftar nama tamu!”

Dia beranjak bangun. Keluar dari kantor dan berjalan menuju ruang HRD. Dia memandang berkeliling pada ruangan sebentar, namun dia tidak menemukan orang yang dicari. Dia hendak menuju dapur tapi matanya terusik ketika melihat Meilisa sedang mengoleskan maskara pada bulu mata. Tidak bisa menahan diri, Nadia mendekati Meilisa dari belakang kemudian berdeham.

“Eh, Buk Nadia.”

Meilisa panik dan segera menyingkirkan peralatan make-up dari atas meja. Tertangkap basah tampak berleha-leha di jam kerja. Dia juga membenarkan roknya yang sedikit terangkat yang semula memperlihatkan paha yang putih mulus.

“Ada apa Buk?” tanya Meilisa.

“Laporan keuangan bulan ini mana?” tagih Nadia langsung.

Meilisa menunjuk layar komputer. “Lagi dikerjakan Buk.”

“Kok lama amat, biasanya kan! Sebelum akhir bulan udah dikasih sama saya.” Nadia berucap ketus.

Pandangan para pegawai melirik dari balik komputer mereka, menangkap nada jengkel dari suara Nadia. Mereka saling bertukarpandangan.

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang