Di pinggir lapangan, pada tenda sederhana, seorang pemuda duduk sendiri. Di hadapannya secangkir kopi dan dunia yang meninggalkannya pergi. Potret-potret melaju enggan menepi.
*
Angin nakal ingin ikut menikmati kopi, membolak-balik halaman buku yang belum disentuhnya.
*
Di lapangan itu, anak-anak berbaris, dengan jenuh mendengar khotbah pembina. Perihal bicara bahasa purba, tali-temali, hingga pertolongan pertama.
Siang itu, segalanya terasa lambat. Memucat.*
Dan waktu
Membawa segala hal tentang kedatangan dan kepergian. Tentang perjumpaan dan perpisahan. Tentang rumus peristiwa.*
Siapa dari kita yang tidak pernah terasing dan kesepian?
Gilang Alamsyah
8/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Pagi Hari
PoetryPuisi-puisi ini ditulis semata-mata untuk menyenangkan hati penulis, meringankan beban pikiran penulis, juga demi menyebarluaskannya. Jika nanti pembaca menemukan makna, kegembiraan, kesedihan, atau hal lain semacam kenangan sewaktu membaca, itu han...