1'9

9 2 0
                                    

Entah sudah berapa jam Senja dan Fajar berjalan-jalan mengelilingi alun-alun. Jujur alun-alun ini sangat ramai sekali.

Dan tempatnya juga sangat bagus. Membuat Senja berulang kali memberhentikan langkahnya hanya untuk memoto pemandangan.

Lalu Fajar? Dia memoto Senja dari samping. Hah sungguh tidak punya kerjaan.

Selama perjalanan mereka berbicara tentang hal yang mereka sukai. Ya meskipun selera mereka sangat lah jauh.

Bahkan Fajar beberapa kali mengejek idola yang Senja sukai. Membuat Senja berulang kali memukul pundak Fajar. Dan Fajar hanya tertawa saja.

"Lu kenapa masuk SMA?" tany Fajar.

"Gua? Mmm gak tau" jawab Senja sembari memoto pemandangan.

"Lu mau tau alasan gua masuk SMA?" tanya Fajar.

"Apa?" tanya Senja tanpa menoleh pada Fajar dan melanjutkan perjalanan-nya. Membuat Fajar lagi-lagi mengikuti Senja dari belakang.

"Gua pengen jadi translater" ujar Fajar yang membuat Senja berbalik pada Fajar.

Fajar sontak kaget ketika Senja berjarak sangat dekat dihadapannya. Entah berapa detik mereka diam saling menatap, sampai akhirnya Senja sedikit memundurkan langkahnya.

"Tunggu, lu mau jadi translater? Serius?" tanya Senja dengan tatapan ragu.

Fajar mengangguk semangat dan tersenyum.

"Woaah. Kirain mau gua lu gak bakal jadi itu" ujar Senja sembari tertawa.

"Emang lu mikir nya gua bakal jadi apa?" tanya Fajar.

"Editor?" jawab Senja tidak yakin.

Fajar pun tertawa sangat keras mendengar jawaban Senja. Sehingga membuat beberapa pengunjung mengalihkan perhatian pada Fajar.

Sedangkan Senja? Dia hanya menatap bingung pada Fajar. Apa yang lucu?

"Nja" panggil Fajar di sela-sela tawanya.

"Kenapa lu mikir gitu?" tanya Fajar dan mulai mendekat pada Senja.

"Ka- karna... ya gua selalu liat story lu dan... isinya editor semua" jawab Senja dengan gugup karena Fajar kembali berjalan mendekat padanya. Dan hal itu membuat nya menunduk karena tak berani menatap Fajar.

Fajar pun tertawa, lalu ia menyubit pipi Senja. Membuat Senja semakin gugup. Sekaligus jantung nya kini tengah maraton seratus keliling.

"Pipi bakpao" ujar Fajar kemudian menggenggam tangan kiri Senja.

"Simpen dulu hapenya" ujar Fajar lagi.

Senja pun memasukkan handphonenya ke dalam saku celana. Lalu ia mengikuti langkah Fajar.

"Kita mau kemana?" tanya Senja menoleh pada Fajar.

"Makan" jawab Fajar.

"Bukannya tadi udah makan?"

Sungguh pertanyaan konyol yang Senja lontarkan membuat Fajar menatap nya. Ia heran dengan wanita ini.

Apa katanya tadi? Ya ampun padahal ini sudah memasuki waktu siang. Dan mereka baru makan pagi. Lalu saat siang Senja masih mengatakan pagi? Ya ampun.

"Tadi kata lu? Cok kita makan baru sekali. Pagi! Ini siang! Waktu nya kita makan siang! Dan itu gak pantes buat dikata tadi" ujar Fajar dengan penuh penekanan.

"Sorry" ujar Senja.

Lalu kemudian mereka pergi dari sekitar alun-alun. Menuju tempat makanan jalanan.

Fajar Berakhir SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang