Bandung , 13 Mei 2013
Sejenak aku terlena mendengar suara tawanya saat ia tengah bermain dengan kawan-kawanya . Tawa renyah milik gadis paling manis dihidupku . Tentunya setelah Bunda dan Aira, adikku. Membuatku ingin terus menatapnya. Tapi hari ini , aku tak mendengar tawa itu lagi , aku melihatnya tepat didepan mataku ia menangis meraung-raung bersama adik lelakinya yang sekaligus sahabatku sendiri sembari menatap dua raga yang telah terbujur kaku tertutup oleh kain kafan. Hari ini seakan langit pun ikut menangis bersama mereka. Pipinya yang dulu bersemu merah saat tertawa kini terlihat lebih tirus dengan lingkaran hitam di bawah mata serta bibirnya yang pucat. Ia tidak berhenti meneriakan kedua orang yang amat berjasa bagi hidupnya. Hatiku perih melihatnya. Bahkan tenaganya seakan tak pernah habis saat kedua orang tuanya itu telah ditelan oleh dinginya tanah merah. Ia memeluk kuat nisan kedua orang tuanya seraya menggenggam erat tangan adiknya.
" Lang , ayo pamit pada Bian dan Binar . Setelah pemakaman mereka langsung pindah rumah." Suara Bunda perlahan menyadarkanku hingga aku terkejut.
" A... apa bun ? Mereka pindah?" Tanyaku lirih
" Iya sayang, mereka akan ikut dengan om nya karena disini mereka sudah tak memiliki siapa-siapa. " kata Bunda seraya menahan tangis.
Apa dayaku yang saat itu hanya seorang bocah berumur 11 tahun. Aku bahkan menahan tangisku agar tidak pecah saat melihat gadisku dan sahabatku pergi bersama seorang lelaki dewasa yang kuyakini adalah adik dari mendiang ayah mereka. Itulah terakhir kali aku melihat mereka. Bahkan setelah 6 tahun berlalu aku sama sekali belum mengetahui mereka berada dimana. Aku berharap jika aku bertemu denganmu aku dapat langsung mengenalimu dan kamu juga langsung dapat mengenaliku. Tetapi jika Tuhan tidak mempertemukanku denganmu maka aku yang akan berusaha mencarimu,... Binar ku~Pandu Langit
KAMU SEDANG MEMBACA
1/2
Teen FictionInilah kisah tentang Cinta,Keluarga,Pengorbanan,Persahabatan,serta Pengkhiatan salam manis dari ketua cybers ~Pandu Langit