Yim melangkahkan kaki dengan berat menuju ke kelasnya. Wajahnya tampak datar tanpa ekspresi. Dia berniat untuk tidak berangkat kuliah namun itu semua urung dilakukannya. Menurutnya berdiam diri tanpa melakukan apapun akan membuat keadaan emosinya lebih buruk. Setidaknya dia bisa mengalihkan pikiran dan emosinya dengan kegiatan di kampus.
Ponselnya berbunyi, Phi Ton itulah yang tertera di layar ponsel. Yim segera mengangkat panggilannya.
"Hallo, Phi?"
"Di mana?"
"Aku sudah di kelas," Yim berbohong.
"Ada apa Phi?"
"Aku hanya memastikan dirimu baik-baik saja atau tidak."
"Jangan mengkhawatirkanku, aku bisa menjaga diriku."
"Siang nanti temui aku di kelas."
"Mmmm.... Itu terlalu jauh. Bisa ketemu di tempat lain?"
"Temui saja di sana!" Panggilan terputus.****
Yim menyibukkannya diri dengan membuka buku, mengerjakan beberapa soal sembari menunggu waktu masuk kelas. Dia bingung karena tak tahu dimana letak kelas Phi Ton. Yim meletakkan bolpen yang dipegang dan mengambil ponsel.
Bisa beritahu detail ruang kelasmu, Phi?
Yim memberanikan diri untuk mengirimkan pesan LINE. Akan memalukan lagi ketika dia salah ruangan nanti. Dengan cemas dia menunggu balasan Phi Ton.
B. 305. Datang saja ke lantai 3 gedung B Fakultas Ekonomi. Jangan bawa temanmu!!!
****
Day menyikut siku Yim. Menunggu respon apa yang akan diberikan. Dua kali. Tidak ada reaksi. Tiga kali, kali ini dengan keras dia melakukannya.
"Day, apa yang kamu lakukan!" bentak Yim sambil memukul kepala Day.
"Sudah sadar? Sampai mana lamunanmu?"
"Tidak ada yang aku lamunkan!"
"Lalu?"
"Aku hanya merenung. Ngomong-ngomong di mana Pom?"
"Masih di kantin mungkin. Yim kalau kamu ada masalah kamu bisa cerita denganku. Atau dengan Pom. Jangan sungkan. Kalau bisa aku akan membantu," kata Day tulus.
Pom tergesa-gesa memasuki kelas, tentunya ini bukan tanpa alasan. Dia sudah melihat dosennya berjalan menuju kelas. Pom tidak ingin terlambat, karena akan ada ekstra tugas untuk mahasiswa yang telat. Apalagi ini adalah mata kuliah Mathematics and Basic Calculus yang pastinya menjadi momok baginya. Menurutnya ini tidak masuk akal sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya untuk mempelajari matematika dan kalkulus. Dia lebih suka mata kuliah Basic Reading atau Basic Listening, dan satu yang dia takuti yaitu Basic English Grammar. Yang paling buruk adalah Basic Speaking. Yim, Pom dan Day adalah mahasiswa jurusan bahasa Inggris, namun dari ketiganya hanya Yim yang kemampuan bahasa Inggrisnya baik."Yim??? Sore ini jadi ikutan klub drama?" tanya Pom.
"Klub apa?" sela Day.
"Dra... Ma!" jelas Pom.
"Wah, kebetulan sekali. Aku juga berencana untuk bergabung dengan klub itu," kata Day penuh antusias.
"Khaaa... Semakin banyak orang semakin baik. Pasti kau tidak sabar lagi untuk melihat aktingku," goda Pom.
"Kau akan berakting menjadi raksasa?"
"Dayyy!!! Itu kasar sekali!" Yim pun memberi respon.
"Itu cocok sekali untuk Pom, bukan menghina tapi memilihkan karakter yang cocok. Lihat saja tubuhnya," Day mengatakan itu sambil melihat Pom dari atas ke bawah.
"Berani melawan raksasa?" tantang Pom.
Day menggeleng.
"Diamlah. Dosennya sudah datang. Sampai nanti jam 3 di ruang klub drama!" kata Yim pelan.
Pom tersenyum lega, Day dengan segera merubah sikap dengan tenang dan bersiap untuk menerima pelajaran.Senyap. Tidak ada yang berani membuat kegaduhan karena dosen yang killer dan sangat disiplin."Akhir selesai juga!" kata Pom lega.
"Emang kamu paham apa tadi yang dibahas?" tanya Day.
Pom menggeleng.
"Kita harus ke laboratorium bahasa. Masih ada satu kelas lagi. Sebelum waktu makan siang." Yim mengambil bukunya dan memasukannya ke tas.
"Yim, menurutmu apa aku harus mencari tutor untuk mata kuliah tadi ya?"
"Ide yang bagus," jawab Yim.
"Lalu kau ada saran siapa?"
"Cari saja senior dari Fakultas Teknik. Coba saja nanti di klub drama. Mungkin ada beberapa mahasiswa teknik di sana," jelas Day panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Of Love (On Going)
Roman d'amourBertemu dengan orang yang dibenci plus menyebalkan memang tidak enak. Tapi bagaimana bila harus bertemu setiap hari? Yim, memiliki hutang budi pada Phi Ton, dia dalam pengawasannya. Bersama sahabatnya Pom, Yim mengarungi masa kuliah dan pencarian...