Berbahagialah, Kamu

11 0 2
                                    

Hai.
Sudah lama tak menulis di wattpad ini
Sudah banyak pula moment yang aku lewatkan
Hanya saja, kali ini, disaat aku down, aku sama sekali tak menulis quote galau atau sebagainya
Aku pun bingung, kenapa bisa begini
Well, aku punya banyak cerita yang ingin aku sampaikan, tapi kali ini aku bakal cerita tentang luka yang baru-baru ini aku alamin

.............

Bicara orang baru, ya dia tergolong baru di dalam hidupku. Cukup lah setahun mengenal bagaimana dia. Bagaimana lucunya, pendiamnya, emosinya, bahkan kasih sayangnya. Bahkan pertama kali mengenalnya, aku merasa "he is the one until forever". Lebay sih. Tapi pasti kalian pernah merasa, menemukan orang yang sepaham. Padahal kenal baru tapi sudah merasa kenal bertahun-tahun. Aku memulai hubungan dengannya setelah hampir sebulan saling mengenal satu sama lain. Semuanya indah, indah banget malahan. Aku bersyukur Tuhan mengirimkannya untukku. Kali ini, Tuhan memihakku. Kita menghabiskan waktu bersama, bahkan aku sempat merasa bersalah telah menyebabkan skripsinya mandet akibat sering pergi main. Aku sempat merasakan downnya, dimana dia tak berani pulang kampung hanya karena tak jadi wisuda akibat alat yang belum siap. Btw, dia jurusan Sistem Komputer dimana diharuskan membuat sebuah robot.

4 bulan sudah berlalu. Dia mulai sibuk kerja part time, pagi-siang kuliah. Btw, masih ada mata kuliahnya yang nilainya masih anjlok. Jadi dia memutuskan untuk mengulangnya. Sorenya sampai tengah malam, dia bekerja. Disini aku lumayan sering khawatir, dimana dia sering pulang tengah malam. Takut hal buruk terjadi seperti pembegalan, kecelakaan dsb. Tapi Alhamdulillah itu tidak terjadi. Namun, makin lama dia makin berubah. Semakin lama aku tak mengenal sosoknya. Pedulinya hilang, bahkan berkabarpun tak ada. Namanya cewek, pasti akan selalu ada masa suka mengomel dan menuntut akan sebuah kabar. Dianya tak mendengar dan bahkan berlaku seenak hatinya.

Hari ini dia jujur. Emang ga enak ya, jujur tapi menyakitkan.
"Lagi malas pacaran".
Jleb. Hati siapa yang tak hancur. Sejujurnya, aku juga pernah bosan, pernah jenuh, tapi aku selalu berpikir, ini hubungan ga main-main. Udah diumur segini masa masih suka gonta-ganti cowok. Udah saatnya serius. Beda ya pemikiran cewek sama cowok.
Aku masih berusaha mempertahankan meskipun dia dengan angkuhnya mencampakkan. Aku masih berharap dia akan balik seperti dulu lagi, mungkin ini hanya perihal waktu. Ditambah, masih banyak beban yang dia pikirkan. Dengan cukup sabar aku menunggunya.

Oh ya, aku disaat itu sedang menganggur. Yang aku lakukan hanya diam di kos, nonton, instagram-an, youtube-an, gitu-gitu aja. Itu yang membuatku seperti orang bodoh yang selalu menyalahkan diri telah membuatnya bosan terhadapku. Sampai akhirnya, aku mendapatkan pekerjaan. Waktu ku tersita, aku tak terlalu fokus ke hp saja. Paling tidak sedikit demi sedikit aku bisa melupakan masalahku dengannya.

Tak menampik, aku juga punya kesalahan terhadapnya. Aku masih sering pergi dengan cowok lain, tapi itu hanya sebatas teman dan tak lebih. Aku juga cewek yang butuh hiburan, yang butuh refreshing penyegaran otak. Aku tak mengiyakan apa yang aku lakukan ini benar, tapi aku punya alasan.

Setelah cukup lama menanti, dia kembali setelah 3 bulan tak ingin dihubungi. Semuanya balik ke awal kembali. Seperti pasangan baru, tapi yang beda, kita jarang chattan. Untuk apa chattan, toh tiap hari ketemu. Ucapnya kepadaku. Aku type cewek yang posesif, tapi hanya saja, aku tak bisa memposesifkan dia. Bentengnya terlalu kuat, percuma diposesifkan, yang didapatkan hanya keacuhan. Pesan hanya akan di baca tanpa direspon. Mau drama? Mana sempat.

Tepat di bulan Februari kemaren, dia kompre. Tapi yang deg-degan malahan aku. H-1 komprenya, aku menemani dia belajar, entah bisa dikatakan belajar entah menemani kecemasannya. Sampai-sampai dia bikin di kertas yg menggantung di dinding "lulus". Hari itu sungguh indah. Yang kita lakukan adalah saling membahagiakan.

Ditengah pandemi Covid-19 ini, bukan hanya perekonomian ku saja yang diganggu, percintaan ku juga. Dia harus balik ke kampung halamannya, dan aku harus balik ke kampung halamanku. Kita LDR. Aku mulai menangkap sinyal-sinyal perubahan lagi pada dirinya. Aku hanya bisa mendiamkan. Karena bukan waktunya lagi aku marah-marah. Lagi-lagi
"Lagi malas pacaran". Ini trip ke 2.

Ketawa boleh dong?
Alasan sama persis seperti yang dahulu. Aku kehabisan akal, tak habis pikir, segala bentuk perjuangan, usaha yang telah aku berikan akan semudah itu luntur hanya karena alasan itu. Kali ini aku menanyakan, apa maunya.

"Putuslah"
"Temanan aja"

WTF DUDE!
Segitu mudahnya. Aku meminta kesempatan sepanjang apapun, sama sekali tak direspon. Ditelfon bahkan belasan kali, tak diangkat. Ini bukan sosoknya. Bukan lagi sosok yang aku kenal. Dia sudah berbeda. Tak lagi seperti kata-katanya
"Kita langgeng ya"
"Jaga hubungan kita baik-baik ya"
Sekarang hanya tinggal kebulshitan belaka.

Aku tak mengiyakan ajakan putus. Aku hanya mendiamkan. Bahkan sekarang aku tak tau, aku fix putus atau tidak.

Teruntuk kamu, tepat tanggal 25 besok, kita resmi 11 bulan. Apa kamu ga sayang dengan hubungan yang cukup lama ini? Apa kamu tak sedikitpun ada rasa sayang lagi? Aku yakin, tak semudah itu, rasa itu hilang.
Berbahagialah, jika memang sendiri kau akan merasa lebih nyaman. Yang bisa aku terima sekarang, hanyalah menerima keadaan. Toh, hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku tak punya pilihan.
Paling tidak, aku hanya bisa mengucapkan apa yang ku pendam sejak lama
"AKU RINDU KITA".
Oh ya, aku masih memiliki impian, jikalau kamu yang bakal nemenin aku ngejar mimpi aku menjadi orang sukses.
Mendaki gunungnya jangan lupaa ya, itu janji kamu yang udah lama.

                          
                                                         Awtikaa-mu

Daun GelakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang