- 00

543 53 2
                                    

Pagi ini Yena mengumpat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Yena mengumpat. Yuri Chaewon gusar karenanya, walau sudah biasa tetap saja umpatannya buat rungu tak enak. Parahnya Yena absen kebun binatang di dalam bus, jadi banyak kata kotor Yena yang turut hadir pada rungu penumpang lain, itu buat Chaewon malu. Chaewon harap si Choi tahu, tempatnya ini ramai jadi punya inisiatif berdiam diri. Tapi Chaewon kelewat tahu itu andainya yang tak akan nyata.

Sedang Yuri, kalem dengan netra bergerak pada bacaan bukunya, tujuannya jelas menghindar.

"Na, udah napa" kata Chaewon bisik-bisik

Yena lekas berhenti, tapi sesaat kemudian kepalanya menengok sisi kiri, Chaewon duduk disana, di sebelahnya. Rupa si Choi dibuat mengintimidasi dan bagai terbaca pula murka.

Yena mulai buka suara tapi kata panjangnya kali ini hanya angan semata, entah darimana tangan Yuri bergerak cepat menempel lakban kuning pada mulut Yena. Yena reflek membulat mata tapi di balas pula si kalem Yuri, Chaewon juga siap untuk cubit Yena sebagai antisipasi Yena mengumpat lagi.

Penumpang lain terkikik, alunannya abstrak, tak ubahnya sebagai cibiran lebih lembut, dibanding secara terang menghina. Mereka juga sudah hafal betul akan ada yang membisu anak SMA itu.




Bis terhenti tatkala singgah di depan halte. Setengah dari penumpang turun yang di dominasi para siswa di sekolah Seoyeon. Begitu pula ketiga kawan yang satunya tak jera buat keributan. Tas serupa mereka nampak epik berurutan keluar, dan setelah ketiganya keluar Chaewon melepas pegangan pada tangan Yena, dan sengaja Yuri menarik kuat lakban pada mulut masih yang tertutupi.

"Asu yur, sakit anjir" ujar Yena dengan tangan mengelus bibirnya, nada wicara tak pantas di dengar memang.

"Yen" itu suara Chaewon, sesaat ia menarik nafas panjang "tau ah gue enggak bisa ngomong lagi," kata Chaewon acuh, lalu tangannya menggandeng Yuri dan berjalan beriringan, melewati Yena yang hanya berjarak satu langkah di depan


Yena mendengus, Chaewon Yuri abai.


Tak lama setelah menatap kedua kawan tak suka Yena ambil langkah panjang sebagai bentuk usaha menyusul kedua teman.




Perangai ketiganya memang tak sama, walau demikian mereka menguntai huruf dan tercipta kata sakral sahabat. Ketiganya belum tahu betul apa memang mereka pantas atau tidak disebut sahabat, setidaknya itu dapat jadi jawaban saat ada yang bertanya seberapa erat hubungan ketiganya.











round and roundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang