Hari yang di nanti nanti banyak siswa pun di mulai. Masa Orientasi Peserta Didik Baru. Bagi sebagian siswa senior mungkin itu adalah tontonan yang sangat menarik. Tapi bagi kami para peserta hal itu terlalu memalukan.
Barisan pita warna warni menghiasi rambut kami lagi ini. Sepatu serba hitam pun melekat di kedua kaki. Ditambah, tas ransel lusuh kami yang terbuat dari karung dihiasi tali rapia menempel erat di pundak kami.
Pukul 06.00. Waktu yang cukup luar biasa untuk kami tiba di sekolah. Atau mungkin tidak bagi mereka yang tinggal di dekat sekolah. Namun bagi siswa yang harus menempuh perjalanan 30 menit dengan angkutan umum, hal tersebut sangat menyebalkan.
Sia sia saja Clara hanya bisa menggerutu dalam hati. Riuh suara peluit pagi ini membuyarkan semua kekesalanku. Empat orang senior terihat berdiri di depan gerbang hitam tua itu. Seragam putih abu abunya sangat rapih. Topi bertengger mantap di atas kepala dasi terkait tapi di depan dada. Hanya saja sebuah peluit menjuntai di tangan mereka. Bunyinya sesekali melengking.
"KAMU YANG DISANA ! CEPAT BARIS !"
Suara melengking tersebut mengejutkan jantung Clara. Sepintas mata mereka bertemu.
"Ah rupanya aku yang senior itu tegur" ucap Clara dalam hati.Langkahnya di percepat. Ingin sekali ia melirik jam putih di pergelangan tangan nya, namun sia sia rasa kaget dan takut ternyata lebih besar dari yang ia bayangkan.
Clara memasuki barisan anak anak yang terlambat saat itu. Dalam hati Clara yakin bahwa ia hanya terlambat beberapa detik saja. Tapi sudahlah memang hari ini hari sial pertamanya.
Semakin dekat dengan keempat senior itu, Clara sedikit bisa memperhatikan mereka. Satu orang perempuan berambut pendek dengan gigi gingsul. Satu orang perempuan lainnya berambut panjang terikat tapi dengan tatapan tanpa senyum.
Sedangkan satu orang laki laki berkulit putih tidak terlalu tinggi dan satu lainnya berkulit sedikit gelap dan jangkung, namun tatapan matanya entah mengapa mulai mengusikku.
Hari semakin terik. Hari pertama ini menjadikan hari kelam yang para siswa baru alami.
Selanjutnya para siswa baru mengikuti serangkaian upacara penerimaan. Dilanjutkan dengan memasuki kelas yang sudah di tentukan.
Mereka semua berbaris di sebuah lapangan basket yang cukup luas. Satu persatu siswa menuju kelas masing masing. Ahh rasanya membosankan untuk menunggu.
Mata Clara sesekali memperhatikan siswa lain. Tak ada yang berbeda. Teman teman satu SMP nya pun hanya sedikit bahkan bisa di hitung dengan jari.
Awalnya ia tak peduli, namun entah mengapa kekhwatirannya mulai muncul. Ia tak pandai untuk mendapatkan teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You See Me ?
Teen Fiction13 Juli Beberapa hari yang lalu adalah ulang tahunku ke lima belas. Aku menatap barisan buku di hadapanku. Rasanya aneh. Kini aku harus memulai semua hal dari titik yang berbeda. Ku langkahkan kakiku keluar kamar. Ibu sedang memasak makan...