[33] Arti Ikhlas

3.6K 460 49
                                    

“Jangan berpura-pura tegar di depanku, Nak!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan berpura-pura tegar di depanku, Nak!”

***

SEMUA orang tercengang, kaget, bingung ketika Dodit Dirgantara, berjalan turun dan berpaling dari Nadia. Lelaki itu tidak menuju pintu keluar, dia berbalik arah menuju pada seseorang yang duduk tepat di depan panggung, mendekat kepada Raja Pangestu.

Jantung Nadia seperti berhenti di tempat ketika melihat Dodit mengulurkan tangannya kepada Raja, ketika dia melihat senyum ikhlas yang teramat luar biasa dari bibir Dodit.

“Ayo Mas, saya antar kamu duduk di samping calon isteri kamu,” ajak Dodit. “Dia sudah menunggu. Jangan biarkan dia menunggu terlalu lama.”

Anita yang duduk di samping Raja, menundukkan kepala segera. Tanpa sadar, dia juga meneteskan air mata, tidak sanggup melihat bagaimana Dodit mengikhlaskan keinginannya dan menyerahkan perempuan dicintai kepada lelaki lain.

“Apa yang kamu lakukan?” seru Raja. Ekspresinya bercampur aduk, terluka, amarah serta bingung.

“Hari ini kamu akan menikahi Nadia Humaira. Jangan berbohong lagi, jangan mendustai diri lagi. Kamu mencintainya dan juga sebaliknya.”

Dodit menarik tangan Raja, membuatnya berdiri dengan paksa. Dia memandunya berjalan melewati para tamu yang terlihat semakin bingung dengan apa yang terjadi. Bingung melihat mempelai laki-laki malah menarik lelaki lain dan kemudian mendudukkannya di samping Nadia. Mereka bertukarpandangan, seakan mencari jawaban satu sama lain.

Achmad dan Husein menatap Dodit tak berkedip saat melihat tindakan Dodit. Tidak ada keterkejutan sama sekali. Mungkin sudah menduga bahwa ini akan terjadi. Bahwa Dodit Dirgantara akan melakukan hal ini demi Nadia.

“Hari ini yang akan menikah adalah Raja Pangestu dan Nadia Humaira, Pak Penghulu,” beritahu Dodit kepada penghulu yang juga tampak bingung seperti tamu yang lain. “Lelaki ini adalah mempelai lelakinya bukan saya.” Dia menambahkan menepuk pundak Raja.

“Bagaimana bisa?” Penghulu menatap beralih dari Nadia yang memejamkan mata lalu ke Dodit. “Yang menikah hari ini kan, seharusnya Dodit Dirgantara dan Nadia Humaira.”

“Raja Pangestu.”

Sebuah suara menyela, suara yang gemetar dan lirih. Nadia membuka matanya perlahan, air mata terus membasahi pipinya dan akhirnya dia angkat bicara.

“Hari ini adalah pernikahan Nadia Humaira dengan Raja Pangestu.”

Raja menatap Nadia. Lelaki itu terhenyak. Matanya memanas, air mata menggenang dengan cepat. “Nadia?”

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang