01.

26 1 0
                                    

Bertemu lagi di cerita baru aku-!! semoga kalian suka, walaupun alurnya emang agak gajelas :> karna ya gitulah kalian tau.

Enjoy-!

Try to be 'Just Friends'


Hidupnya baik-baik saja sebelum mengenal yang namanya 'Cinta'. Ternyata rasanya lebih sakit dari yang ia bayangkan. Sama-sama cinta, namun berakhir sebagai teman.

Bagaimana caranya, agar ia tidak kehilangan salah satu dari mereka, gadis itu menyukainya begitupun lelaki itu, namun ia telah melupakan seorang 'sahabat' yang ada di hidupnya.

Semua hancur semenjak 'rasa' itu datang. Dewa Cakra Anggasta, lelaki itu muncul dan membuatnya seperti memiliki 'rasa' yang berbeda terhadapnya.

Laki laki yang memiliki caranya sendiri untuk membuatnya tertarik kepadanya, awalnya rasa itu tidak muncul, dan tidak pernah terbayang. Gadis itu selalu berusaha untuk menghilangkan 'rasa' itu, tapi 'sakit' yang ia dapatkan.

•••

"Ana!" seorang gadis dengan jepit hitam ciri khasnya, dan rambut yang sedikit keriting itu memanggil Alana.

"Kantin yok na!" ajak Rara
"Yuk! eh tapi gue lagi boke nih, traktir dong ra!" Balas Alana dengan cepat, 3 yang ia prioritaskan, harta, takhta, dan tarktiran. "Gampang" jawab Rara singkat.

Kedua gadis itu berjalan menuju kantin tanpa berbicara apapun, tiba tiba terdengarlah suara lelaki hingga membuat dua gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

"Selamat siang Rara" ucap lelaki itu, iya dia Dewa. Satu sekolah pun sudah tahu bahwa dia menyukai Rara, tapi yah cintanya itu bertepuk sebelah tangan, sayang sekali.

"Najis, skip" ketus Rara sembari mengalingkan pandangan ke depan. "Yang ada di sini bukan Rara aja, ada gue tai" sungut Ana. "Lah elu siapa? kita kenal?" ledek Dewa. "Kampret" jawab Ana, kedua gadis itu langsung berjalan kembali menuju kantin, tak peduli bahwa Dewa membuntuti nya dari belakang.

"Fae mana?" Ana membuka pembicaraan sambil mencari tempat duduk yang kosong, "Nyusul paling" jawab Rara, sepertinya Fae ada tugas yang belum dia kerjakan, gadis itu memang rajin, pikir Ana.

Ketiga remaja itu duduk di kursi kantin sembari mengotak-atik ponselnya, mereka ke kantin bukan untuk makan, melainkan untuk julid atau ghibah, tak ada yang memulai topik pembicaraan, apalagi untuk julid, walaupun biasanya Rara yang selalu memulainya, mereka bungkam karena ada sosok Dewa disana, lelaki bar-bar dan ceplas-ceplos.

"Ga pesen makanan lo ra?" Dewa memecah keheningan. "Nanti aja tungguin Fae" jawab Rara.

"Kapan?"

"Apanya?"

"Fae"

"Oh"

"Kok oh?"

"Terus?"

"Kapan?"

"Apanya?"

"Anjing"

"Bangsat"

"BACOT, GUE NIKAHIN LO BEDUA" Teriak Ana yang sudah geram dengan tingkah keduanya, mengapa tidak jadian saja? itu yang ada di pikiran Ana.

"Oke" jawab Dewa enteng.

"DEWA!"

"Apa sayang?"

Dukgh

"Anjing, sakit tolol" Dewa memegangi kepalanya yang telah di lemparkan ponsel oleh Rara.

"Wah, aduh ini handphone gue retak" tak memperdulikan Dewa, gadis itu malah melihat seluruh layar ponselnya sembari mengusap - ngusap.

"Sialan lo"

"Bodo, suruh siapa ikutin gue ke kantin?!"

"Tai"

"Skip"

"Mati aja gue mati" ketus Ana yang daritadi hanya diam saja melihat tingkah kedua temannya itu— ah apakah bisa disebut teman?

Dewa masih memegangi kepalanya, ia sama sekali tak beranjak keluar dari tempat duduk itu, melainkan ia malah meminta traktiran pada Rara sebagai tanda untuk minta maaf, banyak sekali tingkah mereka berdua, mulai dari Dewa yang kepo dengan isi ponsel rara, hingga diam-diam melihat isi chattan nya, dan Rara yang meminjam ponsel Dewa untuk bermain cacing, 1 kata, lucu.

"Hello girls!" Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Fae datang, entah apa yang di pikirkan Fae ketika melihat Dewa ada di sana, mereka akui bahwa mereka memang dekat, namun masih aneh bagi para gadis itu  jika Dewa bergaul dengannya, karna setahu Ana, clan Dewa sedang ada masalah dengan ketiga gadis itu. Dewa memang tidak satu clan dengan Ana, tapi mereka cukup dekat semenjak Dewa menyukai Rara.

"Girls garls gurls tai" sungut Dewa. "Eh ada anak anjing, ngapain di sini?" tanya Fae, "Bucin" jawab Ana cepat, "Iya nih, masih bucinin Rara" sergap Dewa sambil melihat kearah Rara dan memainkan alisnya, seperti psikopat!

Rara hanya diam saja, ia sudah lelah menghadapi Dewa yang bucinya sudah tidak manusiawi itu. Rara akui Dewa memang tampan, tapi ya belum waktunya Rara membuka hati untuk Dewa.

"Ngapain aja lo?" Rara yang sudah malas untuk berbicara akhirnya bertanya kepada Fae. "Gue tadi liat Lala ngasih minuman ke Radit, cuma minum doang sih, tapi gue cemburu lah" benar, Radit sudah jadian dengan Fae dua minggu lalu, ya masih bisa dibilang pengantin baru, namun semenjak Fae dan Radit berpacaran, Lala justru malah lebih dekat dengan Radit, dan lebih menyebalkan nya lagi, Radit lebih sering upload foto Lala dibandingkan Fae, walaupun Rara dan Ana sudah memperingati, entah kenapa Fae masih mau bertahan.

"Baru dua minggu loh Fae, sebulan aja masih kurang" peringat Ana kepada Fae, tentu saja, ia tidak mau temannya terluka hanya karna seorang Pria yang tidak tahu diri seperti Radit.

"Putusin aja kek, ribet amat" ucap Dewa acuh, sudah kubilang, dia memang ceplas ceplos.

"MULUT LO PEN GUE KEPANG!" —Ana

"Gue ga restuin lo sama Rara mampus" —Fae

Dewa tidak memedulikan teriakan kedua temannya itu, ia masih menggoda Rara dengan memainkan alisnya yang tebal itu. Sementara Rara ia sudah pasrah melihat kelakuan Dewa yang entah bisa ia sebut sebagai teman atau tidak.

Tak lama setelah itu, mereka akhirnya memesan makanan, Rara yang traktir sesuai janji. Awalnya Fae akan julid tentang Lala, namun di situ ada Dewa, ya kalian tau sendiri kenapa.

•••

Ding Dong

Bel sekolah telah berbunyi, semua murid bergegas untuk membereskan tas nya, ada yang langsung pulang, ekskul, bermain basket.

Rara langsung membereskan tasnya, dan ingin langsung segera pulang, ia tidak mau bertemu dengan Dewa, intinya hari ini sangat melelahkan. Rara langsung menuju parkiran, dan sesuai dugaanya, ia sudah dijemput oleh supirnya, 'Selamat' batin Rara.

Fae sudah pulang duluan oleh Radit, walau awalnya Lala meminta Radit mengantarkannya pulang, namun syukurlah, Radit lebih memilih Fae, tentu saja, dia pacarnya bukan?

Ana masih diam disekolah, ia masih harus mengerjakan tugas tambahan, Ana memang bar bar orangnya, namun ia tidak bodoh, sehingga banyak guru yang selalu mengandalkan Ana.

Saat Ana ingin masuk ke ruang guru untuk memberikan buku - buku, langkahnya terhenti, ia melihat Dewa sedang bersama— ah itu siapa?

To Be Continued

Hallo semua-!!! disini aku cuma mau bilang, maaf kalau misalnya alurnya gak jelas gitu,,

Dan untuk kalian yang masih belum paham sama alurnya, cukup baca sampai habis ya-!

Tokohnya bakal terus nambah sesuai alurnya.

Oke, selamat bertemu di part selanjutnya-!

Try to be 'Just Friends'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang