Chapter 1: In Front of Camera

23 4 3
                                    


Chapter 1: In Front of Camera

Venesia, 2/8/2020 [04.15 PM]

Seorang gadis berjalan keluar dari stasiun dengan langkah tegas dan percaya diri. Wajah Asia dengan kulit putih dan senyum menawan melambai ke arah kamera. Setiap kamera segera mencari cara untuk mengambil potret dirinya yang sudah pasti dimuat dalam berita. Gadis itu melepaskan kacamata hitamnya dan menampilkan netra abu-abu yang bersinar cemerlang. Aura selebritis terasa jelas memancar darinya.

Sarah Milleston, penyanyi berdarah Asia-Inggris dengan karier cemerlang di usianya yang sangat muda. Prestasinya dalam dunia layar lebar pun cukup banyak, ditambah penghargaan atas suara indah yang dimilikinya. Sarah adalah tipe gadis yang diidolakan semua orang dan tak perlu berusaha untuk membuat orang lain menyukainya. Seluruh gadis ingin bertukar tempat dengannya.

Gadis itu memasuki mobil dan memasang senyum terakhirnya sebelum kaca mobil menutup. Ekspresinya kini berubah datar dan kaku, jauh berbeda dengan apa yang berada di depan kamera.

"Jam berapa kita harus sampai di rumah ayah?"

Manager Sarah, Miss Elaine telah duduk di sebelah sopir. Wanita itu menyerahkan berkas tebal di tangannya pada Sarah. "Kurang lebih satu jam lagi sebelum nona akan menandatangani kontrak dengan media entertainment lain. Kita akan sampai dalam 20 menit, sebaiknya Anda bersiap-siap menghadiri rapat bisnis Tuan Milleston satu jam setelahnya. Saya menyiapkan pidato untuk berjaga-jaga apabila tuan akan meminta Anda membuka pertemuan. Sebaiknya nona pelajari secepat mungkin sebelum rapat dimulai."

"Berapa lama rapat bisnis ayah?"

"Kurang lebih 5 jam karena rapat tersebut termasuk makan malam bisnis. Ah, saya harap nona tidak makan terlalu banyak makanan berminyak dan makanan manis karena tokoh yang akan nona perankan dalam film selanjutnya harus membuat nona seberat 35 kg."

"Kau menyuruhku diet lagi?"

"Saya harus meminta Anda melakukannya karena sutradaranya sudah memperingatkan saya—"

"Ah, seharusnya aku ingat kalau sutradara Fence sangat ketat dengan hal ini. Terimakasih," ucap Sarah dan menyandarkan tubuh sepenuhnya. "Ada lagi?"

Meskipun Sarah meminta Miss Elaine untuk terus menjelaskan jadwal pekerjaannya, namun pikiran Sarah sama sekali tidak fokus. Bayang-bayang rumah menghantui pikirannya dan mengingatkannya pada kenangan lama di hari ulang tahunnya yang kelimabelas, berjarak 2 tahun dari saat ini. Mengingat hal itu membuat Sarah memejamkan mata santai. Seharusnya minggu depan adalah ulang tahun Sarah yang ketujuhbelas, hari dimana dia bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Pemikiran itu cukup menghibur hatinya, meski Sarah tidak yakin apakah dia benar-benar akan bebas.

"Miss Elaine."

Wanita berkacamata itu menoleh dan sedikit mengangkat alis.

"Kapan sidang perceraian ayah dan ibu?"

Alis wanita muda tersebut turun perlahan. Dia menghela napas dan menjawab. "Tanggal 25 Oktober, nona."

Sarah menoleh ke arah jendela tanpa membuka matanya. "Bangunkan aku jika kita sudah sampai."

"Nona!"

Sarah tidak perlu melihat managernya untuk mengetahui bahwa di balik keluhannya, wanita itu setuju. Ada beberapa hal yang disetujui oleh keduanya, meski pun mereka tak pernah mengungkapkannya langsung. Hal-hal yang selalu dihindari Sarah adalah salah satunya.

Sarah mulai tenggelam dalam pikirannya. Ada pepatah yang mengatakan 'bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.' Sarah yakin orang yang mengatakannya masih berpikiran sempit mengenai kebahagiaan karena dirinya berbanding terbalik dengan hal itu. Sarah sudah mendapatkan kebahagiaannya sejak lama, justru kerja keras lah yang membuat keluarga Sarah hancur.

Banyak orang mengidolakan Sarah. Bahkan jika orangtuanya bercerai dan Sarah diam saja ketika ditanyai wartawan, berita akan menuliskannya sebagai 'Gadis Muda Berhati Baja.' Sarah selalu ingin tertawa dalam setiap talking show yang memuakan itu. Takdirnya tidak pernah berada di tangannya sendiri—takdirnya ada pada para wartawan, jurnalis, host, dan kameraman.

Dalam setiap alur kisah, Sarah melihat kehidupannya dalam film yang ia jalani. Betapa melelahkan mengulang-ulang kehidupan yang ia jalani di depan kamera dan dijual dengan harga mahal bagi masyarakat hanya untuk menemukan kesamaan antara kehidupannya dengan film terkenal. Klise sekali, dunia entertainment seringkali sekejam itu untuk mendapatkan keuntungan.

"Nona Sarah, kita akan segera sampai."

Netra abu-abu itu terbuka perlahan-lahan, tersadar dari lamunannya. Gadis itu melirik spion untuk merapikan rambut dan wajahnya, sebelum kaca mobil terbuka menampilkan wajah cantiknya tersenyum ke arah kamera.

Hanya ada satu hal yang tertancap di dunia kerja Sarah. Setiap tokoh terkenal terlihat hebat karena perkataan orang lain. Itulah alasan kenapa orang lain itu penting—karena kau harus memanfaatkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cliché LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang