SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA BACA DOA !!!
-
-
-***
Matahari sudah kembali ke persembunyiannya. Berganti dengan bulan yang tergantung di langit ditemani bintang-bintang di atas sana. Cahayanya yang redup membuat bumi tidak bisa menunjukkan keindahannya sementara waktu.
Di rumah kecil nan reot itu, kini sudah terpasang dua buah obor di depannya.
Obor itu dibuat oleh Dimas, Barok dan juga Nugro setelah pencarian Tyo tak kunjung membuahkan hasil sore tadi.Di dalamnya, delapan remaja tengah terlelap dan bergulat dengan bunga tidurnya masing-masing. Mereka semua tertidur dengan sangat pulas, mungkin karena kelelahan setelah seharian mencari Tyo.
Semilir angin di malam hari membuat hawa semakin dingin, kedelapan-nya kini tidur dengan posisi meringkuk.
Begitupun dengan Nadia, kakinya yang sempat terkilir sekarang sudah jauh lebih baik karena sore tadi Mak Roro memijitnya. Namun setelah hari mulai petang, Mak Roro kembali pamit untuk pergi ke dalam hutan. Pantaslah rumah yang ditempati rombongan itu kondisinya tidak terawat, karena pemiliknya pun sangat jarang berada di rumah.
Angin yang bertiup kini bukan hanya menimbulkan hawa dingin tapi perlahan membawa suara gamelan sampai ke telinga Nadia.
"Berisik..." Gumam Nadia sembari mengubah posisi tidurnya, tangan kanannya ia taruh di atas telinga berharap suara bising itu menghilang.
Namun pada kenyataannya, suara yang ia dengar justru semakin bertambah keras.
Gadis itu kembali mengubah posisi tidurnya. Kali ini Nadia menutup telinga dengan kedua tangan, tapi suara gamelan itu tetap terdengar.
"Ck. Handphone siapa sih yang bunyi ?" Ujar Nadia yang kini membuka matanya kemudian mengubah posisinya menjadi duduk.
Gadis itu memeriksa sekelilingnya. Semua temannya sudah terlelap. Itu artinya suara gamelan yang ia dengar bukan berasal dari ringtone ponsel seseorang, melainkan memang ada yang sedang bermain gamelan di tengah malam seperti ini.
'Kenapa perasaan gue ngga enak ya ?' ucap Nadia dalam hati.
Tangan gadis itu menyeka keringat yang perlahan menetes di dahinya. Tunggu. Nadia berkeringat ? Tapi bukankah hawanya begitu dingin ?
Krieeett....
Nadia sontak menoleh ke arah pintu, sedetik kemudian ia membelalakkan matanya.
"Kok pintunya kebuka sendiri ?" Tanya Nadia pada diri sendiri.
Gadis itu memegangi dadanya, detak jantungnya berdegup lebih kencang.
'Paling cuma angin...' Nadia mencoba tidak berfikiran buruk.
Gadis itu kini berjalan pincang mendekati pintu dengan kaki yang gemetar. Awalnya Nadia berniat untuk menutup pintu itu, tapi terhenti saat melihat sesuatu disana.
Nadia menyipitkan matanya. Ada seorang laki-laki yang kini berdiri membelakangi Nadia di depan pintu.
Nadia menoleh kebelakang kemudian memperhatikan ketiga cowok yang tengah tertidur pulas dengan beralaskan tikar di depannya.
'Mereka bertiga masih ada disana, lalu...'
Gadis itu kembali berbalik badan. Namun ia dibuat terkejut karena laki-laki itu sudah berdiri di depan Nadia dengan jarak yang sangat tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
RONGGENG
HororKe sembilan remaja itu tidak menyadari kalau nyawa mereka berada di ambang kematian. Desa Petilasan adalah desa angker. Dan hutan Ronggeng adalah sarangnya. JANGAN LUPA UCAP DOA SEBELUM MEMBACA CERITA INI !! *27 Maret 2020*