#1. Embun Pagi

8 1 0
                                    

"Akulah embun yang tak ingin berpaling dari pagimu"


*****

Beberapa tahun silam.

mataku mulai terbuka dengan perlahan begitu mendengar suara kicauan burung dipagi hari. lekas aku mengambil ponsel di atas meja, melihat pukul berapa sekarang. dugaan ku ternyata benar, waktu masih menunjukan pukul enam pagi yang artinya masih ada waktu untuk segera bersiap untuk ke sekolah. tak pikir panjang aku beranjak dari kasur dan segera menuju kamar mandi untuk menyelesaikan suatu 'urusan'.

seberes mandi, terdengar ibu yang berteriak dari bawah. ia berkata "ayo segera sarapan.. nanti kamu telat dihari pertamamu masuk kelas tiga SMA". mendengar itu, aku pun membalasnya "iya bu.. Septi segera turun" sembari mengenakan seragam sekolah.

"Septi berangkat dulu ya bu" ucapku sambil mengecup pergelangan tangan ibu. 

"iya nak.. hati-hati dijalan. belajarlah yang rajin disekolah" balas ibu padaku. sebuah doa yang sama selalu beliau ucapkan ketika aku berpamitan untuk berangkat ke sekolah. 

pagi ini terlihat cerah. bagaimana tidak, langit berwarna biru berhiaskan awan putih yang beraneka macam bentuknya. tak lama, tercium aroma parfum yang kukenal ketika aku menyusuri jalan melewati rumah itu. samar terlihat gadis tetanggaku sedang berpamitan dengan orang tuanya di depan pintu masuk rumahnya. peristiwa yang hampir setiap hari aku rasakan, namun aku tak pernah bosan menikmati skenario ini. gadis itu lantas menatapku sembari menyapa dengan senyuman. tentu saja aku membalas sapaan itu dengan berbalik tersenyum padanya. gadis ini begitu menawan; rambut hitam terurai lurus dengan indah dan mata yang begitu bersinar bak matahari. di seragamnya tertulis nama 'Riana Sabrina'. seperti biasa kami berjalan bersama menuju sekolah. menambah kesan indah di pagi ini.

"tak terasa ya.. sudah dua tahun kita melewati masa SMA" ucapnya tiba-tiba padaku.

"iya.. sekarang sudah kelas tiga saja. kukira kamu tidak akan naik kelas.. eh ternyata opiniku salah." balasku dengan sedikit candaan.

"ihh jahat banget sih.. temen sendiri dikatain tidak naik kelas." ujarnya dengan nada sedikit kesal. bagiku amarahnya tidaklah menakutkan. justru aku menikmati itu semua. bercanda dengannya selalu mengasyikan. sungguh beruntung aku dapat mengenalnya. masih teringat jelas bagaimana kita bertemu di kelas dua. bagaimana pertemuan pertama kita yang terasa canggung. hingga sekarang, jarak kita begitu dekat. apalagi kita baru menyadari kalau rumah kita bersebelahan. semoga untuk tahun ini, kita dapat sekelas kembali. batinku dalam hati.

"Riana.. menurutmu apakah kita akan sekelas lagi?" tanyaku penasaran.

"entahlah. memangnya kenapa?"

"tidak apa-apa. ayo bergegas.. nanti keburu telat" ucapku sambil mempecepat langkah. Diikuti dengan langkah Riana. jarak sekolah dari rumah kami terbilang cukup dekat. hanya beberapa meter saja sehingga tidak perlu menggunakan sepeda motor untuk kesana. toh, berjalan kaki itu cukup menyehatkan. apalagi berjalan bersamanya.

*****

Tetap dukung cerita ini ya.. :))

biar authornya makin semangat untuk update 

Krisan dipersilahkan kalau bisa sebanyak-banyaknya ehe

love u all 💕


LOVE STATEMENT FROM A COWARDWhere stories live. Discover now