Alan belakangan ini sering menghubungi Kesya untuk mencari kontak Bella. Namun Kesya selalu menolak permintaannya dan selalu mengabaikan pesannya.
"Ngapain sih lo mantengin hp mulu." Kata Fino yang saat ini sedang duduk di sebelahnya.
"Suka - suka gue." Sahut Alan, masih sibuk dengan ponselnya.
"Ditanyain itu jawab yang bener." Tanya Fino sambil mengambil jus yang baru saja dia beli.
"Ah! Ini si Kesya kenapa susah banget sih!" Alan berteriak pada ponselnya sehingga Fino tersedak saat meminum jus yang dibawanya.
"Lo mau bunuh gue?!" Teriak Fino yang masih terbatuk - batuk.
"Eh, lo punya kontaknya Bella ga?" Alan bertanya kepada Fino. Tanpa memperdulikan Fino yang sedang tersedak.
Fino memincingkan matanya dan mendekatkan tubuhnya pada Alan yang kini sedang duduk di depannya.
"Lo mau ngapain? Tumben - tumbenan. Biasanya juga ogah kalo ketemu."
"Jawab aja, ribet lo." Sahut Alan.
"Gue gak punya, tapi gue yakin Galang punya. Lo masih kontakan sama Galang kan?" Sahut Fino.
"Oke, thanks." Alan langsung menepuk pundak Fino dan beralih lagi ke ponselnya.
Fino menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengerti dengan Alan yang selalu berubah - ubah dan sulit ditebak. Sampai saat ini Fino masih tidak menganggap Alan serius dengan ucapannya terdahulu.
Fino tidak yakin jika hal itu benar - benar akan dilakukan Alan. Dia yakin diantara keduanya, baik Alan maupun Bella ada saja yang akan menghalangi mereka. Sejak awal Fino berpikir mereka memang dipertemukan hanya untuk saling memberi pelajaran. Tidak lebih dari itu.
•••"Bel, gue sebenernya mau nanya ini dari pertama gue ketemu lo di sini. Sebenernya dari Al-"
"Hey." Dafa datang dan ikut bergabung dengan Bella dan Kesya di kafe yang sama seperti 2 hari yang lalu, saat Kesya baru saja sampai di Jogja. Yah, sejak 2 hari yang lalu hubungan Bella dan Dafa kembali membaik karena mereka sudah membicarakan masalahnya saat perjalan pulang. Dengan kehadiran Dafa, ucapan Kesya terpotong.
"Oh, Sya, kenalin ini Kak Dafa. Dia anak temen papa gue." Bella memperkenalkan.
"Kak? Dia kelas 12?" Tanya Kesya.
"Iya." Sahut Bella.
Kemudian Kesya dan Dafa berkenalan dan mereka bertiga mengobrol tentang satu sama lain. Di tengah obrolan, Bella teringat dengan ucapan Kesya yang terpotong sebelum Dafa datang. Bella kemudian bertanya kepada Kesya. Namun Kesya bilang hal itu tidak penting sehingga Bella disuruh melupakannya.
Kesya mengurungkan niatnya untuk memberitahu Bella tentang Alan yang terus saja meminta kontaknya kepada Kesya. Kesya tidak ragu lagi dengan keputusannya tidak memberikan kontak Bella kepada Alan setelah ia melihat keakraban Dafa dan Bella di sini. Kesya dapat melihat Dafa begitu menyayangi Bella. Jadi Kesya yakin tidak lama lagi Bella akan benar - benar melupakan Alan.
"Permisi dulu ya," Dafa berdiri dari kursinya dan pergi ke toilet.
Kesya kemudian bertanya kepada Bella, "Bel, papa sama mama lo kok ngizinin lo jalan sama Kak Dafa?"
"Lah. Malah mereka yang nyuruh Kak Dafa jagain gue."
"Jadi lo sama Kak Dafa dijodohin gitu?"Kesya mulai berasumsi yang tidak - tidak.
Bella tertawa mendengar pertanyaan Kesya yang baginya sangatlah mustahil. Dia menganggap Dafa sudah seperti kakaknya sendiri. Bahkan sampai saat ini papa dan mamanya masih melarangnya untuk berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Novela JuvenilBagi beberapa orang cinta bukanlah hal yang mudah. Tak hanya menyukai, tapi harus diungkapkan. Seperti halnya Bella seorang gadis yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran dan mengungkapka...