59. Nier

1.1K 101 4
                                    

Everything that lives is designed to end
We are perpetually trapped in a never-ending
Spiral of life and death
Is this a curse?
Or somekind of punishment

~2B in Nier: Automata~

*
*
*

Ketika zat berisi chakra disuntikkan ke dalam tubuh, terjadi pertukaran ion-ion dalam jumlah sangat banyak dan sangat cepat. Reaksi itu menimbulkan pelepasan energi yang sangat besar. Ibarat arus listrik, jika benda yang dialiri tidak memiliki kemampuan untuk menampung arus itu, maka benda itu bisa hancur. Tugas Sisilia mencari koefisien reaksi yang tepat agar mendapatkan hasil sesuai keinginan. Dengan kata lain, menentukan dosis Darah Abadi dan cara pemberiannya.

Untungnya peralatan elektronik di ruang pemeriksaan tidak terganggu akibat ledakan jutsu Kaito. Para teknisi laboratorium tidak terhambat untuk melakukan analisis. Mereka mengukur kecepatan reaksi darah ID62 terhadap darah Ren. "Kau benar, Sisilia, ID62 bekerja terlalu cepat, tubuh Nakamura-san tidak akan sanggup menahan reaksinya. Kita harus memberikan ID62 dengan kadar yang sangat sedikit dan perlahan-lahan."

Sisilia terdiam sebentar untuk berpikir keras. Dia mengambil seekor tikus  yang pernah terinfeksi NV22. Tikus itu mengalami kerusakan saraf dan otot-otot sehingga kesulitan bergerak. Dia meletakkannya ke dalam bilik percobaan untuk melakukan beberapa tes. Dia mengambil darah tikus tersebut dan memasukkannya ke tabung reaksi. Dia meneteskan ID62 sebanyak sepersekian mililiter ke dalam tabung itu dan mengocoknya hingga homogen. Selanjutnya dia memasukkan darah campuran itu ke dalam alat penyuntik dan menginjeksikan kembali ke dalam tubuh si tikus.

Proses itu memakan waktu sekitar setengah jam. Bukan waktu yang lama, tetapi dalam keadaan Ren yang sekarat dan Ambrosio yang terkuras energinya, setiap menitnya menjadi pertaruhan nyawa antara hidup dan mati.

Tikus itu berangsur-angsur bisa bergerak aktif dan tidak mengalami hambatan. Ia menjadi tikus yang sehat sedia kala. Sisilia menyerahkan tikus itu untuk dibiopsi. Para dokter serta teknisi laboratorium tercengang melihat hasilnya. Kondisi saraf dan jaringan yang seharusnya rusak akibat NV22, tidak ditemukan lagi dalam tubuh tikus itu.

"Apa golongan darah Ren Nakamura?" ujar Sisilia.

"O Negatif," jawab seorang rekannya.

"Hubungi Rumah Sakit Universitas T. Minta kiriman darah O Negatif secepatnya. Kita akan membuat infus ID62 melalui transfusi darah. Mudah-mudahan cara ini berhasil menyelamatkan Ren Nakamura," ujar Sisilia dengan mata berbinar menghunus tajam.

*
*
*

Entah sudah berapa lama Ren bertahan dengan kondisinya, tak ada tanda-tanda perubahan. Pria itu masih berlutut dengan mata terpejam berusaha bermeditasi. Sesungguhnya efek Bigguban Bakuhatsu Kaito masih menjalar dalam tubuhnya. Tenaga yang disalurkan Ambrosio hanya membantu memperlambat kerusakan, sedangkan untuk memperbaiki tubuhnya, dia harus menghentikan kerusakan terlebih dahulu, baru chakra-nya bisa digunakan untuk memperbaiki.

Ambrosio meringis kesakitan dan peluh dingin mengalir di keningnya. Tenaganya hampir habis dan kepalanya pusing. Ambrosio sadar tak lama lagi ia akan ambruk. Anak buah Kenji--para petugas keamanan--duduk bermeditasi di sekeliling Ren, menyalurkan tenaga mereka. Anak buah yang lain sedang memperbaiki peralatan dan membersihkan bangunan, sebagian lagi menyelamatkan orang lain yang cedera. Selain itu, energi mereka tidak sebesar dirinya, Ambrosio tidak bisa mengandalkan mereka untuk membantu Ren.

Hiro baru tiba di Azteca Lab setelah mendengar kejadian itu bergegas masuk ke dalam. Sebelumnya ia berada di bengkel senjata karena mengetahui kakaknya memesan senjata khusus untuk Sisilia tanpa melalui dirinya seperti yang biasa Ambrosio lakukan. Kakaknya itu sepertinya menghindar berbicara dengannya. Benar-benar pria yang keras hati.

Melihat kekacauan di ruang perawatan, Hiro tercenung. Dindingnya retak, barang-barang berhamburan, darah menggenang di lantai dan potongan tangan tergeletak dekat kakinya. Ren terluka parah dan tengah dibantu energi orang-orang disekitarnya. Hiro tersentak. "Mana Sisilia?" tanyanya.

Ambrosio melirik tajam pada Hiro. Hiro membalasnya dengan tatapan yang sama. "Dia di atas, sedang melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Ren," jawab Ambrosio sambil membuang muka. Hiro mengembuskan napas lega.

"Ugh!" Ambrosio mengerang singkat. Kakinya goyah. "Tuan!" seru ajudannya panik, bergegas memegangi lengannya untuk membantu berdiri. "Aku baik-baik saja," ketus Ambrosio dan mendorong pria itu menjauh darinya. Melihat hal itu, Hiro menggeleng lemah. Ia melangkah dan berdiri di samping Ambrosio. "Mau apa kamu?" tanya kakaknya ketus.

Hiro menapakkan tangannya ke pundak Kenji, memimik gerakan Ambrosio. Mereka berhadapan seperti bayangan cermin. "Sebesar apa pun kekuatan yang kau miliki, ada kalanya kau akan berada pada titik terlemah. Saat seperti itu, bilang saja kalau kau butuh pertolongan. Lagi pula, bukan cuma kau yang memiliki kekuatan besar di sini, Onii-san," ujarnya.

"Cih, banyak omong!" ujar Ambrosio seraya membuang muka. Hiro melakukan hal yang sama. Kedua kakak beradik itu membisu, memusatkan tenaga mereka pada Kenji.

Ketika keduanya berlutut di belakang Kenji dan tertunduk dengan sebelah tangan bertumpu di lantai, sebelah lagi masih bertahan di punggung Kenji, Sisilia muncul membawa brankar yang dilengkapi tiang-tiang infus dan selang-selang yang terhubung dengan beberapa kantong darah.

Para pria di ruangan itu menatap Sisilia penuh harap. Mereka sangat kelelahan dan kedatangan wanita itu seakan membawa kabar baik. Beberapa pria yang mengelilingi Ren menyingkir untuk memberi ruang bagi dokter menangani Ren. Ren bergeming dengan mata terpejam rapat. Dokter memasang alat pemantau tekanan darah dan saturasi oksigen. Seorang lagi mengukur suhu tubuh Ren lalu meraba pembuluh darah di tangannya. Tubuh Ren sedingin es, sukar menemukan pembuluh darahnya. Vena kubital median di lipatan lengan Ren menjadi pilihan utama. Sekantung darah O Negatif bercampur ID62 dialirkan ke dalam tubuhnya.

Setelah beberapa menit, detak jantung Ren menguat. "Bersiap-siap! Kita pindahkan pasien," ujar salah satu dokter. Satu per satu pria yang menyalurkan energinya untuk Ren menjauh. Tubuh Ren diangkat untuk direbahkan di brankar. Ketika Kenji melepaskan tangannya dari tubuh Ren, Ambrosio dan Hiro terkulai lemas. Tenaga medis segera membantu mereka sementara Sisilia mengiringi Ren dibawa ke kamar perawatan yang lain. Dia tidak ingin melewatkan sedetik pun proses perbaikan yang terjadi pada tubuh Ren.

*
*
*
*
*

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang