Hari ini adalah hari terakhirku tinggal di kosan. Selepas acara wisuda kemarin aku memutuskan untuk kembali pulang ke rumah Ibu. Rindu yang begitu kuat membuatku akhirnya memutuskan untuk kembali, meskipun pada awalnya aku akan tetap tiggal dan bekerja dikota ini. Selepas subuh aku sudah selesai memilah barang-barang yang akan ku bawa pulang, sisanya kutinggalkan dikosan karena aku memang sudah berniat untuk tidak akan membawa semuanya, hanya sebagian yang kuanggap penting saja, terlebih karena tidak akan ada yang menjemputku jadi akan sangat merepotkan jika ku membawa banyak barang. Terkecuali dengan koleksi buku yang lumayan cukup banyak, mereka akan aku bawa semua, sebagian akan kutitipkan melalui jasa pengiriman barang agar tidak terlalu memberatkanku. Bagiku buku menjadi salah satu penawar yang dapat mengobatiku dari semua derita yang selama ini kualami.Buku yang masih tersisa kususun dengan rapi dalam kardus yang berukuran cukup besar. Kegiatan ini sungguh sangat melelahkan. Untung nya tinggal rak bagian atas saja yang belum disusun. Karena tinggal sedikit lagi dan ingin cepat selesai,aku menumpuk semua buku yang berada tangan dan alhasil semua jatuh dan berserakan. Sial sekali, niatnya ingin cepat kelar justru malah menambah pekerjaan baru. Jadilah aku sekarang duduk didepan tumpukan buku-buku itu. Sebenarnya bukan karena perkara itu yang membuat ku mengumpat dan berkata kasar. Tetapi karena ku dapati foto seseorang yang belum hilang dari ingatanku. Saat itu aku sedang menyusun ulang buku-buku yang berserakan itu dan nampak dalam salah satu buku yang tidak pernah selesai ku baca, tepat pada halaman yang ceritanya tak dapat ku terima. Foto tersebut adalah potret seorang laki-laki dengan perawakan tinggi gagah dan wajah yang tampan, Zaidan namanya, sang pujaan tercinta. Dalam kehidupan nyataku, aku tak pernah tahu kemana kisah ini akan bermuara. Ku pandangi lekat-lekat, tanpa ku berniat mengambilnya dari tempatnya berada tak lama segera kusimpan kembali sebelum perasaan ini kembali mencuat kepermukaan.
Segera kututup rapat dengan menggunakan perekat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan. Di atas nya tertulis nama Aneu dan alamat lengkap rumah ibu, selanjutnya barang tersebut kuberikan kepada jasa pengiriman. Urusan ku hampir selesai, terakhir ku berpamitan pada teman-teman kost juga ibu penjaga kostan tempat aku tinggal selama hampir empat tahun ini, yang tentunya sudah kuanggap sebagai keluarga keduaku. Sangat mengharukan, perpisahan selalu menjadi akhir yang memaksa kisah yang satu berakhir dan membuat kisah yang baru lahir.
Bus yang mengantarkanku menuju kampung halaman tidak terlalu padat, mungkin karena ini memang hari biasa, bukan akhir pekan yang biasanya selalu penuh. Tapi aku bersyukur, jadi keadaan didalam tidak terlalu sesak. Aku duduk di kursi ketiga belakang supir, disampingku ada seorang wanita yang sedang tidur tampak seperti kelelahan menyender ke jendela. Bus terus melaju, namun aku tidak bisa memejamkan mata barang sebentar saja. Para pengamen hilir mudik di lorong bus menjual suara. Ada yang biasa saja,namun tak sedikit yang sebenarnya bertalenta dan aja juga beberapa pedagang asongan yang menjajakan dagangannya dengan paksa. Lambat laun laju bus mulai tersendat-sendat, mulai macet dan ini sudah biasa terjadi. Karena akan memakan waktu yang cukup lama, aku pun berdiri dan membuka bagasi mengambil tas yang tadi di simpan. Dalam duduk,aku merogoh tas mencari buku lama yang di masukan sebelum berangkat dari kosan. Buku yang membawa kenangan usang . Ya aku baca ulang buku yang di dalam nya terdapat kisah Zaidan,Kamel,Wanita itu dan Aneu-Aku.
Cinta moyet orang-orang dewasa melabeli nya. Rasa suka yang tiba di pertemuan pertama lalu selanjutnya dianggap sebagai cinta. Aku mencintai pria itu, kakak kelas yang bukan hanya gagah nan tampan tapi juga pintar. Zaidan. Tak ada hal lain yang dapat di tunjukan selain dari pada kekaguman dan penghormatan dan Aku mencintainya dalam diam. Mengenal nya dalam waktu singkat tidak menghambat cinta tumbuh dengan cepat dan teramat banyak. Cinta kedua setelah kisah Cinta pertama berakhir bersama kepergian ayah dari dunia ini. Dalam waktu yang cukup lama baru di ketahui bahwa ia pun kehilangan cinta pertamanya. Ibunya meninggal karena penyakit yang berbahaya tapi dia melepas dengan ikhlas setelah sekian lama bersama hingga di detik terakhir dalam hidupnya. Cerita detail nya ku dapati dari Kamel yang berkata bahwa Zaidan pernah bercerita tentang ibu nya dulu. Tak ada cekcok sedikit pun yang menghinggapi persahabatan kami. Meski sama-sama di ketahui bahwa Kamel juga mencintai Zaidan seperti aku. Entah siapa yang lebih mencintai nya,yang jelas kami mencintai nya dengan cara yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konspirasi Semesta
Short StoryOh Tuhan, situasi macam apa ini? selucu inikah takdir dariMu. Kalau kamel tahu mengenai ini dia akan terpingkal-pingkal menertawakan takdir yang Kau berikan pada ku.