Bab 43: Cemburu dan keguguran.

448 23 35
                                    

Kenapa setiap hari Velan selalu sibuk, tiadakah waktu sebentar untuk istrinya?

Iya itu adalah pikiran Stella yang begitu cemburu dengan kesibukan Velan di dunia kerjanya, padahal Stella sedang mengandung anak pertamanya.

Stella yang kebetulang lagi sedang bertanam cocok di balkonya, tiba-tiba ada suara bel yang berbunyi. Stella mulai membukakan pintu dan ternyata.

"Laki lo tuh di jaga bukan di biarin gini," ujar Gadis itu sambil menompang pundak Velan yang elihatan sangat lemas, Stella hanya terdiam. Dunia Singapur sangat sempit.

"Ouh, Makasih," ucap Stella membiarkan gadis itu mengantarkan suaminya ke tempat tidur. Gadis itu mulai beranjak dari kamarnya.

"Ouh iya gua haus nih, kasih air apa gitu?" pintanya, Stella mulai menghembuskan napasnya kasar sambil memegang perutnya yang sedikit membesar hari demi hari.

Stella mulai ke dapurnya, sedangkan gadis yang licik itu mulai ke kamarnya lagi untuk menemui sang Suami Stella.

"Bodoh! mau-mau aja kamu Stell, di kelabuin sama ular. Samperin suami lo," batin Stella, Stella mulai membawakan secangkir teh untuk gadis ular itu dan ternyata dia sudah tiada melaikan sudah berada di dalam kamar berduaan dengan suaminya.

Rasa perih di diri Stella mulai terasa, hampir saja Stella meneteskan Air matanya. Saat itu Gadis ular itu mengelus dan menatapi Velan sangat dekat dan mesra.

"Aku ikhlas dan Ridha Mas, kalau kamu mau berpoligami," batin Stella yang mulai beranjak dari depan pintu itu sambil menyikap air matanya yang sudah tertetes.

Natusya mulai keluar dari kamarnya Velan, Apa rencananya sudah berhasil untuk menyakitin wanita yang di anggapnya perebut cintanya?

Sadar Natusya, sadar.

"Kayanya udah masuk nih, Bagus deh," gumamnya sambil memasang wajah devilnya, sedangkan Velan ia benar-benar terbaring lemas dan gak tau kalau kelakuan dirinya menyakitin wanita suci yang gak pernah bersentuhan sama lelaki lain terkecuali dirinya.

Malam sudah tiba, Velan mulai terbangun dan mulai membersihkan tubuhnya. Sedangkan Stella enggan mau menghampiri suaminya ya dibilang sakit sih iya, tapi selingkuh di hadapannya lebih sakit dari pada demamnya sendiri.

Velan mulai merasa aneh dengan Istrinya yang enggan mau menyapa, atau pun cuman sekedar bertanya ia kenapa bisa pulang cepat.

"Yang!" panggil Velan lirih, Sedangkan Stella mulai beranjak dari sopanya menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam. Velan benar-benar merasakan hal aneh di diri Stella sejak ia Hamil anak pertama.

Beberapa menit mereka perang dingin, Stella sudah selesai masak dan sudah tersusun rapi.

"Mas, makan," seru Stella yang Velan tunggu-tunggu sejak tadi, Velan langsung menghampiri Stella dan mendekap mesra tubuh sanga istri. Sedangkan Stella, langsung melepas dekapan dari tangan Velan.

Stella hanya diam, Ingin rasanya Velan kembali ke situasi awal mereka menikah dahulu.

Velan dan Stella sudah menjalin 3 tahun Menikah, di tahun ke 2 Stella mengandung anak pertama mereka.

"Ummi harap, kamu lahir di dunia ini dengan selamat ya," batin Stella sambil mengelus perut buncitnya. Sedangkan Velan hanya bisa menatap sendu sang Istri yang sudah mendiamkannya dari siang sampai malam ini.

"Gak usah khawatirin aku, aku udah biasa ko sendirian. Sakit, atau enggaknya aku urusin aja Pekerjaan kamu sama dia," ujar Stella yang sudah menyelesaikan makan malamnya terdahulu.

Baru saja Stella hendak melangkah ke wastapel, perutnya tiba-tiba bergerak sangat dasyatnya. Membuat pergerakan dan erangan Stella menjadi sangat terasa.

"Awhh! Ehmm- Dek, sabar! Allahu akbar!" jerit Stella, Velan langsung menangkap tubuh Stella yang hampir saja terjatuh. Namun, mereka sudah terlambat Stella pendarahan yang cukup banyak.

"Kamu diam, jangan panik. Iya, kita langsung ke rumah sakit oke," tutur Velan yang langsung menggendong tubuh Stella yang sudah banyak darah bercucuran dari kakinya.

"Awhhh! Masss!" lirih Stella sambil menangis sekuat tenaganya, Velan mulai meletakan Stella di kursi utama dan langsung menggas menuju rumah sakit terdekat berada di Singapura.

Sepanjang perjalanan, Stella masih saja menjerit kesakitan akibat pendarahan yang terus saja terjadi tanpa ia minta.

"Ya Allah, engkau maha pengasih lagi maha penyayang. Aku berlindung kepadamu, dan aku berserah diri kepada mu. Ya allah, lindungilah anak hamba, hamba ingin jika dirinya tidak terselamatkan khusnul khatimahkan ia di sisi mu," batin Stella sambil mnangis lirih.

Mereka sudah sampai di Hospital Center Singapore. Di sini, ebih banyak dokter asli indonesia jadi tentang kebahasaan sudah lancar akan bahasa indonesia.

"Masss!" lirih Stella berkali-kali, Seswkali Velan mengecup sayang kening Stella agar tenang.

"Iya- iya ini udah sampai," ujar Velan yang langsung saja di hadang oleh Tiga perawat dan satu dokter yang emang khusus untuk Stella.

Stella sudah di dorong ke ruangan UGD persalinan dengan brangkas.

"Bapak tunggu di luar dan urs administrasinya dahulu," ujar Dokter Lidya, sang ahli spesialis persalinan dan anak.

Tak menunggu lama, Operasi Stella sudah selesai hanya saja membawa kabar buruk.

"Maaf sebelumnya pak, apa kalian sedang bertengkar?" tanya Dr. Lidya.

Velan menggeleng, "Gak ko dok, cuman Istri saya lagi gak mood untuk mendekat dengan saya. Padahal saya gak ngelakuin apa-apa," ujar Velan sangat kelihatan polosnya, padahal dia sudah berduaan di dalam kamarnya sendiri dengan wanita lain dan di hadapan Stella sendiri.

"Maaf sebelumnya, apa bapak tidak tau belakangan ini istri anda sedang depresi berat, sampai janinnya hilang dan ya bisa di bilang keguguran," ucap dr. Lidya mampu mengejutkan Velan. Dan ia baru sadar atas apa yang ia lakukan selama ini.

"Akhhh! ko gua bisa gini sih! bodoh banget, lo lebih milih pekerjaan dan asik berduaan dengan wanita lain, sedangkan istri lo sedang mikirin lo!" ucap Velan frustrasi akibat dirinya sendiri kelalaian.

Stella sedang tertidur pulas di atas brangkas tanpa ada jeritan lagi. Velan mulai menghampiri dirinya dan mulai menggenggam lembut tangan Stella.

"Kamu benar-benar wanita tangguh selama ini, walau sakit wajah kamu aja berseri dan bersinar. Aku salah, Aku udah lalai gak ngerawat kamu, sehausnya aku nyadar sama kelakuan aku. Aku harap kamu akan baik-baik saja dan ikhlas menjalankannya bersama ku," ucap Velan lirih sambil menyikap sisa air matanya yang sudah terjatuh berkali-kali.

Stella mulai menggerakan tanganya dan membalas genggaman Velan yang sudah keliatan lesu.

"Gak apa-apa, ini takdir Allah. Dan aku udah ikhlas dengan kejadian menimpa aku," sahut Stella yang mulai tersenyum lesu, Stella mulai bangkit dari tidurannya ingin menyapukan sisa air mata di pelopak mata Velan.

"Kamu lelaki tangguh dan setia ku, jangan nangis cuman gegara ini. Adek udah pergi jauh di tempat hang layak buat dia, aku udah pasrah dengan keadaan. Kamu kuat, kamu juga udah ngerawat aku dengan baik," ujar Stella tersenyum lagi serasa Velan gak ada dosa yang ia perlakuan terhadap Stella.

"Enggak Sayang, Aku yang salah. Udah cukup, kamu istrahat aja ya," suruh Velan mulai mengelus dan mengecup lembut kening Stella.

Stella mulai terlelap lagi dengan kebahagiaan yang walau di atas penderitaan dia sendiri.



Gimana alur yang satu ini?
Bikin mewek dan baper gak?

Kasih Vote dan Komen❤

VELANSTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang