Catatan covid-19. (Vol 1)

22 1 0
                                    

20 April 2020.

Hari ini aku sedang duduk di meja belajarku, hendak membuat tugas kuliah tapi tiba-tiba kemalasan menyerang. Hari ini tepat minggu ke-enam karantina dirumah, belajar jarak jauh. Sebenarnya dari minggu pertama karantina sudah sangat membosankan dan rasanya sekian hari aku semakin gila dirumah dan tidak bisa kemana-mana. Rindu kampus, teman-temanku dan gebetanku yang jelas tidak mungkin merindukanku. Sudah lama sekali aku tidak menulis catatan seperti ini, tapi kurasa sungguh sia-sia jika aku tidak meninggalkan jejak apapun dalam keadaan seperti ini. Kata ibuku, kelak di masa yang akan datang aku bisa menceritakan ke anak-anakku kalau aku pernah merasakan terkurung di dalam rumah karena pandemi.

Awalnya aku sangat update mengenai berita perkembangan covid-19, tapi lama kelamaan aku jadi ikut gila rasanya melihat dunia ini semakin parah. Aku memutuskan berhenti mencari tahu dengan sengaja, tapi tetap saja jika ada berita yang lewat di sosmed-ku aku pasti tidak kuasa untuk membacanya. Sekarang aku bahkan tidak ada semangat dirumah. Tidak ada motivasi untuk belajar. Kuliah tetap berjalan seperti biasa, hanya berbeda metode. Kami biasa kuliah lewat video conference melalui aplikasi zoom atau google meet. Tapi akhir-akhir ini beredar kabar kalau zoom itu berbahaya dan bisa mencuri data-data kita dan menjualnya di darkweb. Ngeri. Saat berita ini sedang hot, aku dan teman-teman memutuskan untuk uninstall zoom dan menghapus akun kami.

Daily routine selama dirumah salah satunya adalah kuliah yang terkadang dosennya memindahkan jadwalnya hingga tidak ada kuliah sama sekali dalam hari itu. Rebahan hingga seluruh badan sakit. Makan, makan dan makan. Mencoba resep-resep yang lagi hits di tiktok, contohnya dalgona coffee. Kopi yang bisa membuatmu encok.

Sekarang aku sedang memikirkan bagaimana nasib ujian modul kami yang rencananya ditunda dan semua dikumpulkan menjadi satu pada bulan juni. Aku bukannya mendoakan yang lebih buruk, tetapi dari apa yang aku baca, penelitian dan lain-lain, pandemi covid-19 ini tidak akan berakhir dengan mudah. Ada yang bilang butuh waktu dua tahun sampai 2022 untuk benar-benar pulih. Bisa kamu bayangkan tidak, apa yang akan terjadi dengan dunia ini jika karantina akan berlangsung hingga 2022? Aku khawatir dengan orang-orang diluar sana, yang tidak punya pilihan untuk mencari nafkah. Yang terpaksa harus keluar di tengah wabah seperti ini demi sesuap nasi. Semoga tuhan selalu melindungi mereka dimanapun mereka berada.

Semoga dunia akan segera pulih. Aamiin.





Sekian catatan hari ini.

Sincerely, Alissa.

quarantine day(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang