[38] Perempuan Ateis

2.9K 419 23
                                    

Untuk semua yang kita lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk semua yang kita lakukan. Untuk dosa yang berikan. Allah menghukum kita dengan rasa bersalah.

***

KARLINA menyenggol bahu Meilisa. “Sekarang lo ngerti kan maksud gue? Tentang perkataan gue yang kemarin? kalau lo nggak bakal bisa mendekati Mas Dodit karena saingan lo kali ini lebih berat?”

Karlina menyinggungkan senyum, kepalanya mengangguk, mengarah pada satu perempuan yang sedang berbicara dengan Dodit di halaman depan kantor HNR Advertising.

“Perempuan itu yang gue maksud. Dokter Anita Cendana,” ucap Karlina dramatis.

“Gue nggak bisa menang, sama sekali.” Kedua bahu Meilisa merosot. Suaranya memelas. “Dia dokter, cantik, kaya pula.”

Wajah Karlina dan Meilisa menempel di kaca jendela, tirai menjadi tempat persembunyian saat mereka berusaha mengintip, ingin tahu apa yang Dodit dan Anita bicarakan.

“Dari informasi yang gue dapat.” Karlina berbisik ke telinga Meilisa yang sekarang cemburu melihat Dodit tersenyum mendengarkan Anita bicara. “Anita Cendana adalah teman dari suami Mbak Nadia, Raja Pangestu! Lebih tepatnya sahabat dan juga dokter pribadi Mas Raja.”

Meilisa tertarik dengan info yang Karlina beritahukan. Dia mengerutkan kening. “Sahabat Mas Raja? Berati hubungan mereka saling terkait satu sama lain dong? Itu berati Anita juga tahu kalau sebelumnya Mbak Nadia dan Mas Dodit hampir menikah tapi gagal?”

“Pastinya begitu.” Karlina mengiyakan. “Nggak mungkin Anita nggak tahu. Rasanya gue lihat Anita datang juga waktu akad nikah Mbak Nadia.”

“Menurut lo, bagaimana perasaan Mbak Nadia sekarang?” Meilisa meminta pendapat. Dia melirik sekilas pada Nadia yang berada di dalam kantor. Seperti biasa di depan komputer. “Apa dia merasa terganggu? Karena! Gue merasa merasa tingkah Mbak Nadia aneh akhir-akhir ini?”

“Aneh gimana maksud lo?”

Meilisa memberikan isyarat agar Karlina mendekat. Agar dia bisa mengucapkan dengan bisikan. “Apa ini firasat gue aja tapi entah kenapa semenjak memilih menikah dengan Mas Raja, Mbak Nadia berubah! Dia lebih pendiam dan lebih suka berdiam diri di dalam kantor. Dia seperti menghindari Mas Dodit. Mungkin karena merasa malu dan juga bersalah.” Dia berpendapat, sedangkan jari terus mengelus dagu. Menandakan berpikir keras.

Karlina menganggukkan kepala. “Entah kenapa kali ini gue setuju sama pendapat lo. Bukan lo dan gue, tapi semua orang merasakan perubahan yang dratis dari Mbak Nadia. Mungkin karena bersalah sama Mas Dodit membuat Mbak Nadia nggak bisa melihat lelaki itu secara langsung.” Dia menduga juga.

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang