“Aku belum terlambat, 'kan? Tuhan pasti mengampuniku, 'kan? Untuk penyangkalanku atas keberadaan-Nya”
***
“KAMU kenal siapa yang menyebut kalimat itu? pastinya tahu! Karena dia duduk di sampingku di saat menghibur diri setelah melepas perempuan dicintai untuk lelaki lain.” Anita menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri, walaupun air mata tidak bisa terkendali.
“Kamulah orangnya Mas.” Anita mengulas senyum.
“Kamu melapalkan itu berulang-ulang dan membuat aku terngiang.” Anita kemudian menggoyangkan kaki, alas sepatunya menyentuh rerumputan. “Aku ingin tahu arti dari kalimat itu dan sengaja mencari tahu. Ternyata itu adalah sepenggal ayat dalam Al-quran yang tercipta untuk menyembuhkan. Sebuah keyakinan luka pasti sembuh jika menyerahkannya pada Allah.”
Dodit diam, dia tidak mengalihkan matanya dari Anita.
“Kupikir itu klise! Mengingat aku memiliki pemikiran seorang ateis dan independen, bersikap skeptis terhadap dogma religi. Aku nggak mempercayai adanya Tuhan, tapi...”
Anita tertahan sejenak, dia menggigit bibir bawahnya, seperti hendak menahan isak tangis yang hendak keluar, butuh waktu lama, sampai perempuan itu menegakkan kepala dan berani menatap Dodit kembali.
“Tapi pembuktian kamu menghancurkan keyakinanku. Ketegaran kamu setelah terluka membuat aku yakin, ternyata memang ada Tuhan yang menyembuhkan luka.” Anita menganggukkan kepala. “Tanpa sadar, aku memanggil nama Allah di waktu aku sedih, walaupun terdengar canggung karena lidahku yang kaku. Aku berusaha untuk mengenal-Nya dengan caraku.”
Alis Dodit tertaut, terlihat bingung ketika mendengar kalimat ‘dengan caraku’. Anita menyeka air mata dan kali ini tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit dengan cara indah.
“Aku belajar melaluii kamu. Aku belajar tentang Islam dari cara kamu menjalani hidup kamu. Mas Dodit, kamu lah yang membantu aku menemukan Allah,” ungkap Anita.
Sungguh, setiap kalimat yang terucap dari perempuan itu sangat menggetarkan jiwa, sangat sederhana namun begitu memiliki kerinduan yang teramat dalam pada Sang Pencipta, pasti sangat sulit bagi Anita menjalani hidup, tanpa sandaran, tanpa keyakinan.
“Bukan aku, tapi Allah.” Dodit berucap.
“Allah lah yang membimbing kamu pada-Nya, hanya dia yang mampu memberikan hidayah pada orang-orang yang Dia kehendaki.” Dodit memberikan senyuman lembut dan hangat. “Pastinya kamu salah satu kesayangan-Nya, tentu saja, kamu sudah menyelamatkan banyak nyawa manusia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik Nadia [End]
Spiritual"Kamu membuatku hanya memiliki satu pilihan. Melepaskan kamu, itu yang bisa aku lakukan." - Nadia Humaira Nadia Humaira adalah perempuan yang terobsesi dengan penyempurnaan diri. Dia tidak mempercayai cinta walaupun umurnya sudah siap untuk menikah...