“Karena itulah aku semakin berdosa. Karena dia tidak mendapatkan apa-apa. Dia hanya mendapatkan luka dari keegoisan kita.”
***
PERGI tanpa arah tujuan itulah yang Raja lakukan sekarang, kakinya terus melangkah sedang pikirannya melayang pergi. Dia menengadahkan kepala, malam menyelimuti, begitu dingin, membuat tubuhnya gemetar. Tidak ada cahaya, hanya malam tanpa bintang ataupun bulan.
Sampai akhirnya kaki Raja terasa lelah, dia berhenti sejenak, memandang berkeliling, dia berada di sebuah taman, taman yang sebenarnya jauh dari rumah. Dia mendengkus tidak percaya bahwa kakinya melangkah sejauh ini.
Raja duduk di salah satu bangku taman, dia menghela napas berat, sedangkan kedua tangannya mencengkeram kepala.
“Astagfirullah hal adzim,” seru Raja lirih. “Apa yang telah hamba lakukan Allah?”
Kegundahan menyelimuti, rasa bersalah semakin menyakiti setelah mengetahui apa yang terjadi. Bagaimana dia tidak merasa berdosa karena keegoisannya dia telah membuat Nadia menjadi orang egois pula. Pertengkaran pertama setelah mereka menikah akhirnya terjadi hari ini, setelah dia mendengar dari Nadia, bahwa untuk menghindari pernikahan yang diatur oleh orang tuanya, Nadia membuat drama palsu dengan Dodit.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.“Ini salahku!” Raja meraup rambutnya dan menggeleng frustasi.
Nadia mencoba meraih Raja yang terus melangkah mundur, menghindar ketika Nadia ingin menenangkannya.
“Raja, bukan seperti itu. Dengarkan aku dulu, tenangkan diri kamu dulu,” bujuk Nadia khawatir.
“Apa yang telah aku lakukan? Keegoisanku meninggalkan luka di hati kamu, membuat kamu trauma akan cinta! Kamu menghindari pernikahan, gara-gara aku! Semua karena aku.” Raja menyalahkan diri sendiri, tidak henti menepuk dadanya dengan keras.
Mata Nadia memerah, berair dengan cepat. “Sama sekali nggak ada hubungan dengan kamu Raja. Aku yang bodoh! Kenapa waktu itu aku nggak lebih peka, nggak menyadari kalau kamu pergi karena sakit, aku lebih peduli sama diri aku sendiri. Hatiku tertutupi oleh amarah dan kebencian. Jadi aku yang salah.”
Nadia menangkupkan kedua tangan, isak tangis akhirnya pecah. Ketika dia tidak bisa memeluk Raja untuk menenangkannya.
“Lalu kita melibat orang yang nggak bersalah di dalam masalah kita?” Raja berkata dengan suara tercekat. “Nadia, aku semakin malu bertemu Dodit. Aku semakin malu bahkan di depan Allah saat ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik Nadia [End]
روحانيات"Kamu membuatku hanya memiliki satu pilihan. Melepaskan kamu, itu yang bisa aku lakukan." - Nadia Humaira Nadia Humaira adalah perempuan yang terobsesi dengan penyempurnaan diri. Dia tidak mempercayai cinta walaupun umurnya sudah siap untuk menikah...