20

2.6K 353 72
                                    

            KARENA tidak ingin membuat skandal, akhirnya aku memberi ide mengajak Gun ikut bersama kami—maksudku, Myungsoo dan aku—ke rumah sakit. Gun mengendarai mobil sendiri, sementara aku bersama Myungsoo. Mobil Tesla berwarna merah, bukan mobil yang biasa digunakannya. Hm, aku jadi bertanya-tanya ada berapa mobil laki-laki ini.

Tapi jelas aku tidak menanyakan perihal itu, memangnya aku wanita matrealistis apa? tentu saja.

Kukeluarkan kacamata dari dalam tas-ku saat mobil mulai masuk ke area rumah sakit. Rumah sakit itu merupakan salah satu rumah sakit bergengsi se-Korea Selatan. Masih masuk ke dalam Kimsung group—tapi aku tidak tahu anak yang keberapa. Pokoknya, Kimsung ini merupakan jaringan terbesar dan bayangkan saja orang yang sedang duduk mengemudikan tesla disebelahku ini adalah pewaris mutlak karena anak laki-laki dari kakek Myungsoo hanya satu, dan beliau—ayah Myungsoo—tidak memiliki anak lain selain Myungsoo.

"Ayahmu tidak memiliki anak lain selain kau?" tanyaku keceplosan. Bagus sekali, Myungsoo pasti sudah bisa menduga jika aku melamun tentang dia sepanjang perjalanan. Aku buru-buru melepas seatbelt-ku saat menyadari jika si merah sudah terparkir. Tepat di samping mobil ini, ada Gun dengan mobilnya juga.

Mesin mobil masih hidup, dan Myungsoo langsung mengangkat kedua alisnya menatapku. Entah itu karena tidak menyangka mendapatkan pertanyaan itu dariku atau karena heran ada wanita lancang yang bertanya tentang kehidupan pribadi orang.

Myungsoo melepas seatbelt-nya sambil menjawabku. "Tidak ada. Bibi itu pernah hamil, namun keguguran dan sampai sekarang mereka belum memiliki anak."

Mereka... aku bisa merasakan ada jarak tak kasat mata yang hadir di antara Myungsoo dan orangtua-nya. Ia mungkin sudah tak membenci, namun perkala melupakan itu adalah hal yang sulit. Karena sejujurnya aku juga belum sembuh dari masalalu-ku itu. kami, anak-anak broken home yang mungkin sama-sama mencari pelampiasan 'lebih baik' dari obat-obatan dan minum-minuman. Hingga berakhir seperti ini.

Sayangnya, cangkang milik Myungsoo mungkin lebih kuat sehingga dia masih mampu jatuh cinta dan percaya—tak meninggalkan trauma. Sedangkan aku, mungkin perlu lebih banyak waktu untuk bisa memercayakan hatiku kepada orang lain.

Aku tersenyum kecil, menepuk bahu Myungsoo pelan entah sebab apa, kemudian mengajaknya untuk turun saat Gun mulai mengetuk-ketuk kaca pintu mobil.

Kami kemudian melangkah masuk. Beberapa orang tenaga medis langsung menyapa Myungsoo saat melihat laki-laki itu, sedangkan Myungsoo membalas dengan senyuman formal. Aku berjalan di samping Gun sementara Myungsoo melangkah di depan kami, mengimbau kami untuk mengikutinya menuju lift dan menunggu sampai lift terbuka. Tidak ada yang tahu kalau yang sedang masuk ke dalam lift bersama Myungsoo itu adalah aku—karena kalau tahu aku yakin semuanya sudah berisik.

"Sepertinya kacamata ini benar-benar bisa menyembunyikan kecantikanku." Gumamku lebih kepada diri sendiri sambil melihat pantulan diri pada lift. Dengan rambut di gelung dan dress panjang betis plus jaket jeans biru langit, tak lupa kacamata, aku mungkin terlihat seperti rakyat biasa.

"Itu karena kau memakai ini," sahut Gun sambil menekan tahi lalat aksesoris yang kutempel di sudut bibir atas sebelah kanan.

Aku berdecak sambil menepis tangan Gun dengan menyentak. "Nanti copot!"

Gun memutar bola mata.

Dan tepat saat itu aku mendengar Myungsoo terkekeh. Kepalaku langsung menoleh tajam, kedua mataku menyipit. "Kenapa kau tertawa?"

"Kau tidak akan di potret. Ini adalah rules di rumah sakit ini, lagipula memotret orang sembarangan merupakan pelanggaran hukum."

"Tapi aku bukan orang sembarangan." Kataku cepat. Aku ini aktris terkenal, lho.

The Celebrity And Her Perfect Match | MYUNGZY COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang