Angin penghujan bulan februari membelai lembut jemari padi yang membentang luas. Hijaunya meranum bak gelaran sajadah beludru kelas dunia nan halus, sejuk dipandang mata. Sesekali angin itu menyapa burung pipit kecil yang terbang riang bercanda di bawah biru langit, kemudian menelisik menyusup kedalam jiwa jiwa yang gerah akan sejuknya siraman hati dari Illahi.
Ya, angin itu tak luput jua membelai jubah putih Abah Suhail yang kini tengah berdiri di saung mungil berbahan jati tua, terlihat bakoh. Ya, memang demikian seharusnya ia mensetting diri.
Dia sudah memformat segala kata "Lemah, Lelah, Menyerah" dalam kamus hidupnya, semenjak 5 tahun silam. Pasca kejadian itu. Kejadian yang membuat dirinya kini bisa berdiri di sini. Momong ratusan santri dengan berbagai watak yang kadang ia hanya bisa tersenyum masygul memahami, bagaimana tidak. Ia sudah menyecap kehidupan sebagai santri selama belasan tahun.
"Abah..." Seseorang mengusap pundaknya halus. Ia menoleh, melempar senyum, bidadari nya ternyata.
"Pie, nduk ?"
"Sudah ditunggu sama asatidzah yang lain untuk launching program beasiswanya, kok malah galau disini sendirian" Umi Hilya mencandai suaminya itu. Sambil menghadiahkan senyum termanisnya.
"Oh iyo, Lali aku. Tak kesana dulu"
Ia berjalan ke arah mushola kecil di antara pasir,kerikil, semen, dan perkakas bangunan lain yang digunakan untuk membangun satu kamar santri lagi.
Sudah ada dua buah kamar di pesantren yang ia kelola ini. Tapi dua kamar itu hanya difungsikan sebagai ruang kelas saat sore hari, ratusan anak anak mula usia 3 tahun sampai 15 tahun riuh melafadzkan hafalan quran nya.
Tahun ini, ia bersama kawan kawan seperjuangan nya bertekad membuka program beasiswa untuk santri mukim usia remaja hingga dewasa.
Sebuah langkah yang sepertinya mustahil, sebab ia hanyalah seorang perintis kecil yang belum berpengalaman apa apa. Hanya modal tekad dan keyakinan bahwa Allah akan menyertai langkah mereka.
"Assalamua'alaikum, 'afwan ta'akhortu. Keif?"
"Laa isykala fih , Abah. Hanya nunggu njenengan, kita layangkan doa dulu, biar yang menerima brosur ini, yang hatinya adalah orang orang ikhlas yang mau berjuang dengan kita, Bah. Membumikan kalam ilahi" Ustadz 'Arif menjawab, teman-temannya yang lain mengangguk, tanda setuju.
Lantas pria berusia 26 tahun itu menengadahkan tangannya, lirih ia ungkapkan segala harap yang membuncah dalam dadanya.
"Ilahi, Yaa Rabbi.
Sesungguhnya kami tengah dalam ikhtiar menunaikan titahMu, untuk menyebarkan indah diinMu,
Maka,
Kirimkanlah orang orang yang senada dalam visi dakwah ini
Ketuklah hati hati yang tulus dan ikhlas menjemput hidayah ini.Hanya PadaMu kami berserah,
Dan kami tak pernah kecewa selama menggantungkan harap PadaMu""Aamiiin"
Abah suhail menghapus sungai kecil di ujung matanya. Kemudian melanjutkan,
"Bismillah, semua teman-teman seperjuanganku, para asatidzah Ma'had Khodimatul Ummah, ketahuilah bahwa kita membuat program ini tulus untuk menjemput para penjaga kalam ilahi tanpa pamrih apapun, kecuali balasan dari Ilahi .
Maka, mari luruskan niat kita bersama.
Dan, semua sudah siap degan flyer dan caption yang harus disebar?"
"Sudah Bah" Ustadz 'Arif, Ustadz Mannan, Ustadzah Syifa, Ustadzah Aini, dan Umi Hilya menjawab serentak.
"Usai membaca Al Fatihah, kita kirimkan ya kesemua akun sosial media yang kita punya. Tandai semua teman, sebar ke semua grup yang ada. setelah kalian, sementok kalian, bahkan walau harus akun kalian di blokir." Abah mengomando.
Dan, setelah masing masing membaca Al Fatihah, teriring harap dihati, sebuah program menghafal Al Quran 2 tahun full beasiswa, telah mengudara menuju satelit satelit pemancar informasi.
Siap menjemput hati hati yang tergerak menyelami dunia qurani.
----------------------------------------------------
Haiiii... Assalamualaikum!!!!
Aku balik lagi.. Hehe.
Maaf atas segala cerita yang mandeg, naskah2 yang nyampah, aku kurang serius orangnya :( sukak garap setengah2..Ini aku coba bangkit in mood nulis aku lagi
Komitmennya sih tiap hari kudu apdet, bismillah, doain yak !
Udah gitu aja. Capek ngetik :') wkwkk
NN.Neyra
KAMU SEDANG MEMBACA
PadaMu Berlabuh
SpiritualHidup ini adalah tentang mengarungi bahtera. Menurunkan layar layar kapal menuju satu labuh nun jauh disana. Hanya kadang, sekalipun kita sudah punya peta, banyak batu karang yang siap menghadang, atau pulau indah yang kadang membuat kita alih fokus...